SURAT
CINTA UNTUK SOEKAMAH
Mbah Soekamah, 61
tahun setelah hari-hari itu berlalu aku menemukan surat-suratmu yang masih
tersimpan rapi di Laci tua milik Kakung. Aku menemukan surat-surat ini setelah
3 tahun kakung meninggal dan kembali berada di sisimu lagi. Surat-surat kalian
masih tersimpan rapi Mbah pada sebuah amplop coklat usang yang di bungkus
depannya tertulis “Kenangan Indah”. Kakung menyimpan rapi surat-surat kalian
sebagaimana ia menyimpan rapi kisah cinta kalian dalam lubuk hati hingga akhir
hayatnya. Maafkanlah aku Mbah, karena tanpa seizin kalian aku telah membaca surat-surat
kalian.
Mbah membaca di setiap
kalimat yang kalian tuliskan sungguh membuatku merasa berdecak kagum. Kejujuran
kalian mengungkapkan perasaan cinta lewat pena membuat bait disetiap kalimat
terasa sungguh indah. Meski aku tak terlibat langsung pada peristiwa itu, tapi dari
surat kalian itulah aku bisa merasakan bagaimana awal mula kakung jatuh hati
padamu, hingga keberanian kakung muda untuk menyatakan cintanya kepadamu, juga
tentang kerelaannya apabila cintanya tak terbalas oleh olehmu.
Mbah menurutku apa
yang kalian lakukan dulu sangatlah unik tapi tetap membanggakan, di jamanmu
yang masih banyak anak gadis dijodohkan oleh lelaki pilhan orang tuanya, kalian
sudah berani memutuskan untuk mengariskan takdir cinta dengan tangan kalian
sendiri. Di jaman ketika anak-anak desa seusiamu malas belajar membaca, tetapi
lelakimu itu rela belajar mesin ketik milik komandannya demi menuliskan surat
cinta yang layak untukmu. Cara kalian memadu kasih sungguh cerdas. Aku bangga menjadi
cucu kalian Mbah, menjadi sebagian dari buah cinta kalian.
Mbah betapa indahnya
memadu kasih dijamanmu dulu. Masih ada rasa
malu yang begitu kuat untuk menyatakan, dan ada rasa sabar yang begitu
besar untuk menunggu. Kau tentunya jauh lebih ingat dan lebih tahu betapa lama
kakung memendam rasa kepadamu, begitu juga denganmu kan? Kalian menahannya
hingga katamu Allah menyampaikan kalian pada Takdirnya. Benar adanya jika
segalanya akan indah pada waktunya. Tidak ada kemunafikan dalam bertutur dan
berperilaku dijamanmu. Pemuda itu memberimu cinta tapi juga berani bertanggung
jawab atas sikapnya dengan mengajakmu menikah. Iya Mbah benar, tidak ada yang
lebih kuat untuk mengikat cinta kecuali dengan ikatan pernikahan. Rasanya itu
jarang dilakukan lelaki dijamanku termasuk aku cucumu. Tapi Mbah, yang paling
membuatku terkesan adalah rasa iklhasmu untuk menerima kakung karena akhlak dan
rasa cintanya bukan karena harta dan kedudukannya. Kalian berdua memang berbeda dalam beberapa perkara kecuali dalam satu hal yaitu begitu
merendahkan perkara harta dan kedudukan tetapi menjunjung tinggi perkara akhlak
dan iman. Pastilah bahagia setiap lelaki yang mendapatkan gadis sepertimu.
Karena harta yang paling berharga bagi seorang lelaki adalah istri yang
sholikah.
Waktu perlahan akan menghapus ingatan, tulisan akan membantu mengingatkan. Bersukurlah kalian
Mbah, karena surat-surat yang masih tersimpan itu, kini cucumu jadi tahu apa
yang terjadi dengan kalian saat itu. Kini di atas meja yang sama saat kau membalas
surat lelakimu itu Mbah, aku berusaha dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan
kehati-hatian untuk menulis kembali bagaimana rasa bahagiaanmu di setiap
menerima dan membalas surat dari laki-laki yang kau kasihi itu. Aku ingin
kisahmu dan lelakimu ini menjadi kenangan sekaligus teladan yang baik bagi
kami cucu-cucumu.
Kau tentu masih
ingatkan.?
Ini adalah surat
pertama Kakung untukmu Mbah....
Markas,
15- 3 – 1955
Ass.’alaikum.w.w.
SOEKAMAH JTH:
Dengan singkat kami sampaikan seputjuk surat ini untukmu Mah. Dari itu
sebelumnja, djanganlah mendjadikan terkedjutnja hatimu nanti bila ternjata isi
dan maksud surat ini ada jang menjinggung perasaanmu, terutama yang
mengetjewakanmu. Dengan demikian, sebelunja kami sebagai penulisnja, tak lupa
maafkanlah isi surat kami ini bila mengetjewakan hatimu.
Sebenarnja, telah lama benar Mah terkandung niat dalam hatiku akan
menulis surat ini untukmu. Namun sekian kali kami mulai, sekalian kali pula
gagal. Entahlah apa jang akan kami rentangkan dihadapanmu ini beratlah rasanja
hatiku akan menguraikannja.
Kali inilah kami tjoba kembali, demikian pula kami beranikan diri untuk
menulis surat ini untukmu. Ja, sungguh lamalah kiranja kami akan menjampaikan
surat ini. Sebenarnja setelah kami pikir jang dalam-2, apakah jang kami
beratkan? Demikianlah pertanjaan dalam hatiku. Apakah isi surat kami ini?
Baiklah kau renungkan dengan seksamanja. Tiada lain, kami sengadja akan
menguraikan isi/rahasia hatiku kepadamu Mah, jang telah lama terpendam dalam-2
ini. Sebernja, sedjak kami pulang kundjung rumah pada tgl. 28-8-1954 jang
lampau itu, dan ketemu kau di madrasah itu, mulai saat itulah kami ingin menjampaikan
surat ini untukmu. Djadi kau sendiri tentu maklum. Sekianlah lamanja aku akan
menjampaikan surat ini, baru ini saatlah bisa terlaksana. Ja, sepandjang tempo
itulah telah tjukup bagiku untuk memikirkannja dengan dalam-2.
Sebenarnja bagi kami djuga merasa heran isi hati jang melintas dalam
hatiku ini Mah. Sungguh kami heran sekali, sedjak kami bertemu denganmu di
Madrasah pada akhir Agustus 1954 jang lalu itu, entahlah apa jang menjebabkan
fikiranku selalu mengenangkan pertemuan itu? Sungguh waktu jang singkat itu
selalu kami kenang-2kan, bagaikan suatu peristiwa jang mengandung sejarah baru.
Dengan desakan hatiku jang tiada kundjung padam kenangannja pada kawan pertemuan itu, saat
inilah kami sengadja memberanikan diri menjampaikan maksud hatiku kepada kawan
pertemuan itu. Siapa kawan pertemuan jang kami maksud ini? Tak usah kau
menengok kekanan dan kekiri, melainkan kaulah jang selalu menawan hatiku nan
djauh darimu ini.
SOEKAMAH, izinkanlah kami menjatakan perasaanku ini dengan setjara tertulis
sadja untukmu seorang. Sesungguhnja, setelah kami pikirkan dalam-2, apa
jeleknya kami tjoba menjatakan maksud ini kepadamu. Sekali lagi kami ulangi
Mah, bila maksud ini tidak sesuai dengan fikiranmu, tak usah kau kawatir kami/anggap
menjemookan diriku. Tidak Mah sekali-kali tidak. Walaupun kau tidak bisa
menjetujui akan apa maksudku ini, tetap kau kami anggap kawan baik-ku.
Demikianlah kesanku untukmu.
SOEKAMAH, Sungguh aku selalu terkenang akan dirimu Mah, walaupun aku
setiap hari menempati Kota Gadis yang ramai ini. Namun kenangan-ku, djanganlah
kau kira kepada Gadis Madiun jang tidak karuan tjorak ragamnya ini, melainkan
kaulah Gadis Desa sunji jang selalu menjadi kenanganku. Dari itu Mah, kami
terus terang menjatakan kepadamu, bahwa: sebenarnja AKU TJINTA KEPADAMU.
Ja, Tjinta dalam arti yang dalam Mah, tidak hanja kami menjintai kau untuk
sementara waktu sadja. Namun aku bermaksud, menanam tjinta yang tumbuh jang
tumbuh dalam dadaku ini untukmu, selama-lamanja, dunia sampai akhirat. Maka
dari itu, terus terang kami minta kepadamu Mah, bila tiada keberatan hatimu,
sudilah kau menemani aku untuk mendirikan hidup baru, menaiki djendjang RUMAH-TANGGA
bersama aku. Hanja kaulah Mah Gadis jang ku idamkan untuk menemani hidupku kelak
dikemudian nanti. Demikianlah harapanku harapanku kepadamu Mah. Dari itu
berilah kami kami djawaban jang memuaskan, bagaikan memberikan seteguk air jang
haus ditengah padang pasir. Namun sebelumnja kau mendjawab urat ini,
fikirkanlah sedalam-dalamnja, djanganlah kau nanti merasa menjesal dikemudian
hari setelah menerima permintaanku ini. Kalau kamu suka relakanlah kesukaanmu
itu dengan tulus hati, kalau kau merasa keberatan apa jang kami maksud ini,
djangan kawatir dan djangan merasa dirimu menampik aku. Sungguh aku tidak
perasaan jang demikian.Karena suami itu pakaian si isteri, dan isteri itulah
pakaian si suami, demikianlah firman Allah dalam Al-Qur’an. Sebagaimana
pakaian, seharusnjalalah jang sesuai dengan jang memakainja. Dari itu kalau memang
kau merasa tidak sesuai atau ada alasan lain-2 kami sekali-2 tidak berperasaan
apa-2 kepadamu Mah. Terutama lagi sebelum kau mendjawab, kami persilahkan
menjelidiki atau mengetahui keadaan sekalian famili kami jang serba miskin ini.
Terutama kami sendiri yang masih banyak beban yang kami pikul oleh karena itu
pikirkanlah hal tersebut dan djanganlah kau pandang kami orang jang mempunjai
kedudukan lumajan. Pandanglah kami pemuda desa jang selalu djauh dari alam
kota. Trutama kami sendiri hanjalah tani yang selalu mendjadi idaman hidupku,
disamping kami mengabdi kepada Negara, berbakti kepada Ilahi.
Untuk djelasnya kalau kau setudju hal ini Mah, Setudjuilah
orang/budinja, djanganlah kau memandang kedudukannja. Kedudukan adalah satu
barang yang remeh, jang mana nanti sewaktu-2 bisa kita lepaskan.
Sekianlah suratku jang pertama ini untukmu. Tak lupa kami ulangi,
fikirkanlah sedalam-2nja, sebelum kau mendjawab maksud jang terkandung dalam
hatiku sedjak tgl 28-8-1954 jang lalu ini.
Sekian
Mah, selamat beladjar sambil memikirkan maksudku ini.
Wassalam.
(Jasir).
Mbah tidak mudah membayangkan
bagaimana tingkah dan perasaanmu tatkala menerima surat itu. Jamanku dan
jamanmu tentu telah jauh berbeda, kau tak mungkin bisa meng-Update Status FB untuk mencurahkan
perasaan bahagiamu. Kau juga pastilah tak perlu merubah status Lajangmu menjadi
Berpacaran. Aku yakin cara kalian memperlakukan cinta saat itu masih sangat
sopan dan penuh dengan rasa malu. Yang ada dibenakku mungkin kau hanya
menyimpan surat itu di bawah bantal tidurmu, yang akan kau baca ulang lalu
mengecupnya berkali-kali saat sebelum tidur.
Empat bulan telah berlalu
dan kau belum juga membalas surat cinta pemuda itu. Ternyata kakung sangat mengharap
akan datangnya surat balasan darimu. Tanggal 29-7-55 Ia menulis ulang surat
cintanya dengan menggunakan bahasa yang lebih halus dan penuh harap. Tapi kali
ini ia menuliskannya dengan tulisan tangan. Sungguh rapi dan runtut setiap
kalimat yang ia tulis untuk menyatakan perasaannya padamu. Tapi Mbah, ternyata
surat itu tak jadi ia dikirim kepadamu. Kakung lebih memilih bersabar menunggu,
dari pada mengirim ulang surat cintanya.
Kesabaranpun berbuah manis.
Tanggal 13-8-55 surat balasan itu akhirnya datang. Lalu kesabaran itu pun
kembali berbuah manis. Rasa cintanya yang telah lama ia tahan akhirnya
bersambut dengan indah. Itulah yang aku tahu dari surat mu yang tertanggal
11-8-55.
Salamrejo tgl 11-8-55
Yth sdr
Jasir di Madiun
Assalamualaikum w.w.
Dengan ini kami sampaikan pada paman bahwa
keadaanku sekeluarga dalam keadaan sehat walafiat mudah-2an bagi paman begitu
djugalah adanja.
Selain ini kami sampaikan pula pada paman bahwa
surat dari paman telah kuterima pd tgl 30-7-55 serta telah ku mengerti pula apa
jang dimaksudkan paman.
Sungguh heran kami mengetahui hal ini sebab
bukankah kiranja keliru paman memilih anak untuk hidup berdua itu kami?
Karena bukankah telah paman ketahui sendiri
bahwa kami adalah pemudi desa jang djauh dari kota, pemudi desa jang telah tak
beribu, pemudi desa jang tak berkedudukan serta jang terendah dalam desa juga
terendah dalam pengetahuan, pengalaman serta dlm pergerakan. Djadi pendek kata,
kami adalah seorang pemudi desa jang terendah dalam segala hal. Dan telah paman
ketahui pula keadaan kehidupanku beserta keluargaku. Bahwa kehidupanku dan
keluargaku dalam keadaan hina jang sehina-2nja, serta dalam keadaan miskin jang
semiskin-2nja. Sehingga kami tak kuat akan meneruskan peladjaranku seperti
teman lainnja. Demikianlah kekuranganku serta keadaan keluargaku, maka dengan
demikian perlulah paman perhatikan.
Wahai paman sebetulnja sebelum datang pernjataan
dari paman sendiri ini sajapun telah diberitahu oleh saudara Kamsar serta telah
dimintai pertimbangan pula akan tetapi atas pertimbanganku djuga telah kami
berikan kepada saudara Kamsar waktu itu belumlah kami katakan pertimbangan jang
djelas sebab mengingat akan keadaanku serta kehidupan keluargaku tak mungkin
kami akan dapat hidup berdua dengan paman.
Maka dengan pernjataan paman sendiri jang
sebegitu itu kami dengan hati terbuka serta dengan ruang hati mengutjacapkan
menjetudjui apa jang dimaksudkan paman jang mungkin telah di takdirkan Allah
s.w.t kita bernasib demikian. Dan atas kemauanku ini bukannja terdorong karena
pangkat atau kekejaan melainkan kami juga ingat akan kebaikan, kebenaran serta
kelurusan hati paman. Sebab jang dikatakan pangkat (Kekajaan) itu adalah
sebagai kabut dunia belaka. Berlainan, dengan kebaikan, kebenaran, serta
kekerasan hati, karena dalam kebaikan, kebenaran dan kekerasan hati itu adalah
jalan kebahagiaan dunia dan akhirat nanti. Maka dengan demikian ta’ putus
harapan kami mudah2an Allah melindunginja.
Mudah2an mendjadikan periksalah adanya.
Harap maafkan segala kesalahan serta kehilafannja.
Kemudian dengan demikian kami selalu mengharapkan atas perhatian dari
paman.,
Wassalam.
Hormat kami
(Soekamah)
Kali ini aku bisa
merasakan dan membayangkan Mbah, alangkah senang dan girangnya kakung membaca
surat balasanmu itu. Aku tak mau bercerita banyak lagi, karena semua orang
pastilah sudah tahu apa yang kalian rasakan saat itu.
Yang ingin aku
katakan hanyalah betapa serunya dan tergelitiknya aku membaca surat-surat
kalian setelah ini. Dari cara kakung menyampaikan kebahagian dan rasa senangnya
atas balasan surat juga balasan cintamu, atau saat kau yang memanggil kakung dari
sebutan Paman (karena kedudukan silsilah
keluarga) menjadi Kakak. Hingga buku WANITA IDAMAN terbitan Gramedia tahun 1954 yang kalian
perbincangkan dalam surat memperlihatkan betapa inteleknya anak desa seperti
kalian saat itu.
Setelah ini aku akan
menuliskannya kembali Mbah. Tak hanya itu, akan kutulis juga Mbah kisah seorang
gadis muda yang rela menikahi duda tua demi menyelamatkan bayi kecilmu juga
bahtera rumah tanggamu.
Semoga saja yang
sedikit ini bisa menjadi kenangan yang baik juga pelajaran yang bermanfaat...
No comments:
Post a Comment