Semua orang punya rahasia. Entah tentang hal
yang baik atau buruk, Inyong percaya, nggak ada orang yang nggak punya rahasia.
Alasannya macem-macem. Ada yang emang tertutup nggak suka cerita, ada juga yang
malu kalau orang tau. Kebanyakan sih alesannya karena satu hal: takut dijudge orang
lain. Entah kenapa, orang-orang di sekitar kita kayaknya susah banget untuk
nggak ngejudge orang lain. Termasuk Inyong sendiri, kadang suka nggak bisa
nahan buat ngejudge sesuatu. Cuma biasanya Inyong suka ngefilter, ngejudgenya
dalam hati aja, jadi nggak parah-parah amat. (Hashtag: #CariPembenaran) Ada
cewek cantik pakai barang mahal, langsung mikir, “Ah.. paling simpenan”. Ada
temen yang nikah muda, langsung mikir, “Ah.. paling MBA”. Kadang ada temen yang
baru dapet pencapaian aja masih sempet-sempetnya disuudzonin, “HALAH, HOKI
DOANG ITU”. Gitu terus sampai Agumon naik haji. Tapi
kalau dipikir-pikir, judging itu sebenernya sifat alami manusia, cuma kadarnya
aja yang beda-beda. Rasa takut untuk dijudge orang lain juga sebenernya
alamiah, karena yang ngerasain nggak cuma orang-orang kayak kita doang, even
Ronaldo aja masih ngerasain hal serupa. Kita semua tau lah.. dari dulu Inyong
suka banget sama Real Madrid. Pas minggu lalu Inyong tau CR7 launching film biografinya,
Inyong langsung kayak yang, “ASTAGA INYONG HARUS NONTON”. Inyong nyari filmnya
sampai dapet, lalu langsung Inyong tonton sampai habis. Namanya juga ngefans.
Inyong merasa punya ikatan batin dengan Ronaldo, karena kita berdua sama-sama
pakai Shampoo CLEAR. (Hashtag: #Penting). Kesan yang Inyong dapet setelah
nonton filmnya: ternyata Ronaldo sama aja kayak kita, bisa galau dan insecure
juga… Filmnya dibuka dengan narasi oleh CR7. Di situ dia cerita, ketika menang
Ballon d’Or (penghargaan pemain bola terbaik di dunia) tahun 2008, dia ngerasa
dunia ini milik dia, karena dia adalah yang terbaik. Tahun 2009 sampai 2012,
ketika Messi selalu jadi pemenang Ballon d’Or, CR7 down banget. Dia curhat
kalau sempet mutusin nggak mau dateng lagi ke acara penghargaan Ballon d’Or,
karena nggak kuat mesti ngeliat Messi maju ke depan sebagai pemenang. Kasian.
Mungkin rasanya sama kayak ngeliat mantan yang masih kita sayang jalan sama
orang lain yang dia sayang. Pedih-pedih lucu gimana gitu. Inyong suka banget
motonya di fase ini. Dia bilang, “I was made to be the best, thats how I live
my life”. Akhirnya dia latihan keras sampai menang Ballon d’Or lagi di tahun
2013 dan 2014. Inyong nggak mau ceritain detil filmnya, karena bakal jadi
panjang banget. Cuma mau ngobrolin pesan dari film ini. Suka aja. Tagline
filmnya adalah Nothing To Hide. Yang maksudnya, kita nggak perlu malu buat
nyimpen sesuatu. Seperti CR7 yang nggak malu buka-buka aibnya. Termasuk ngakuin
kalau awalnya dia payah banget sebagai seorang ayah, anaknya nggak begitu
keurus. Kalau dipikir-pikir ya bener juga. Emang kenapa juga kalau kita dijudge
orang? toh mereka yang bakal capek sendiri. Ronaldo bilang di filmnya, salah
satu quote yang Inyong suka juga, “Some people hate me, some people love me”.
Ada orang yang benci kita, tapi bakal ada aja orang yang sayang sama kita. Dari
pada ngabisin energi buat mikirin pendapat orang jahat, lebih baik kita fokus
nyenengin orang baik yang mensupport kita. Bukan begitu?
Pagi
pagi habis sarapan yang paling asek ya nongkrong sambil buka portal berita
online. Biar lebih anget pikirannya langsung lah buka kolom politik ehhhhhh
malah dapat berita Bachtiar Natsir sudah resmi jadi tersangka. Gilaaa...
Tangkap semua PAK... Semua di tangkap Dah... Eh tiba tiba si IPUL nanya “Mi
menurutmu seng bener sopo seh?”. “Aku ra ngerti Pul, Seng Paling adil menilai
bener salah kui yo mek GUSTI ALLAH. Kalo aku tok tanya siapa seng tak ikuti, aku
mengikuti ulama seng akeh dibenci wong kafir, ulama seng keras lan tegas
membela dan memperjuangne AGAMA.”. “La opo enek ulama seng gak tegas lan keras
memperjuangkan AGAMA?”. “Aku gak iso njawab, tapi coba lihatan siapa ulama seng
paling di serang baik berupa fitnah maupun kriminalisasi oleh wong KAFIR yo kui seng
menurutku pantes diiukti lan di bela.”
Imam Syafi'i (Rahimakumullah) pernah ditanya oleh salah satu
muridnya tentang bagaimana caranya kita mengetahui pengikut kebenaran di akhir
zaman yang penuh fitnah?.
Jawab beliau " Perhatikanlah panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa) maka akan menunjukimu siapa pengikut kebenaran"
Jawab beliau " Perhatikanlah panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa) maka akan menunjukimu siapa pengikut kebenaran"
Sejak kecil, Sayyid sudah akrab dengan kitab suci Alquran.
Pikirannya sangat kritis ketika mulai beranjak dewasa, bahkan pernah mengritisi
pola pengajaran agama yang diajarkan para imam dan kehidupan tradisional mereka. Saat berusia 23 tahun, Sayyid memutuskan berangkat ke
Kairo untuk menimba ilmu. Dia mengikuti pendidikan yang dikelola Inggris. Di
kota ini pula dia menulis dan menerbitkan buku pertamanya berjudul Ashwak, atau yang berarti duri.
Dua tahun setelah perang dunia berakhir, Sayyid memutuskan
berangkat ke Amerika Serikat dan berkuliah di Colorado State College of
Education (sekarang University of Northern Colorado). Di negeri ini justru
pemikiran tentang Islam semakin berkembang.
Setelah menghabiskan waktu selama dua tahun untuk belajar di
negeri Paman Sam, Sayyid memutuskan kembali ke Mesir. Pengalamannya di AS
membuatnya alergi terhadap kebudayaan barat. Hal itu pula yang mendorongnya
bergabung bersama Ikhwanul Muslimin di awal 1950-an serta memutuskan mundur
sebagai pegawai negeri.
Salah satu kata-katanya yang paling terkenal adalah, "Semua akan kembali pada Allah
ketika mati, tapi yang berbahagia adalah orang yang dekat dengan Allah semasa
hidupnya."
Pada Juli 1952, Sayyid mendukung Gerakan Perwira Bebas yang
dipimpin Gamal Abdel Nasser untuk menjatuhkan raja dan menggantinya dengan
sistem presidensial. Selama kudeta berlangsung, Sayyid dan Nasser sangat dekat
bagai seorang sahabat.
Dalam beberapa kesempatan, Nasser kerap mengunjungi rumah
Sayyid dan berdiskusi soal revolusi. Hubungan ini membuat Ikhwanul Muslimin
berharap agar Nasser melahirkan pemerintahan yang Islami. Namun, hal itu
ternyata tidak terjadi, sebab Nasser memilih ideologi nasionalis sekular yang
sangat bertentangan dengan Ikhwanul Muslimin.
Rupanya, Nasser mempersiapkan agenda rahasia di dalamnya
sebelum menduduki jabatan sebagai presiden. Hal itu disadari Sayyed dan
memutuskan mundur, namun Nasser berkeras agar Sayyed tetap berada dalam satu
barisan dengan menawarinya sebuah jabatan.
"Kami akan memberikan posisi apapun yang kamu inginkan
di pemerintahan, apakah itu Menteri Pendidikan, Menteri Kesenian, atau
lainnya," ujar Nasser saat itu.
Namun, tawaran-tawaran itu ditolaknya. Sayyed kesal karena
Nasser telah mengecewakannya. Hingga suatu ketika, Mesir dikejutkan dengan berita rencana pembunuhan Nasser oleh
kelompok Ikhwanul Muslimin. Terungkapnya rencana tersebut membuat Nasser menuduh seluruh anggota
Ikhwanul Muslimin terlibat. Alhasil, Sayyed diburu militer dan dijebloskan ke
penjara.
Pada
waktu terjadi penangkapan tahun 1965, As Syahid Sayyid Qutb telah mencapai usia
60 tahun. Dalam usia yang lanjut tersebut beliau menderita penyakit
paru-paru, ginjal dan maag. Akan tetapi penderitaan yang beliau alami itu tidak
berpengaruh atas keringanan hukuman yang beliau terima bahkan justru
dimanfaatkan oleh para petugas keamanan untuk memberatkan siksaannya. Beliau
pernah diikat selama empat hari tanpa diberi makan dan minum.
Siksaan yang dialami Sayyid Qutb tidak
hanya terbatas pada siksaan secara fisik, tapi lebih lagi siksaan secara
psikologis . Salah seorang anggota keluarganya , Rif’at Bakr disiksa di depan
matanya sampai mati. Mereka menginginkan Rif”at Bakr menjadi saksi saksi dalaml
proses pengadilan terhadap pamannya Sayyid qutb dan membenarkan semua tuduhan
tetapi Rif’at menolak semua permintaan itu sehingga dia disiksa secara
terus menerus hingga Allah menyelamatkannya dan menjadikannya syahid.
Petugas keamanan juga menyiksa Azmi Bakr, saudara Rif’at Bakr dan ibunya
Sayyidah Nafisah Qutb yang telah berusia lebih dari 65 tahun. Selain itu juga
telah ditahan Aminah Qutb, Hamidah Qutb, saudara perempuan Sayyid Qutb.
Hajjah zainab al Ghazali bercerita “
Pada suatu hari saya berjalan menuju tempat penampungan air di rumah
sakit penjara, dimana saya dan al ustadz Sayyid Qutb ditahan. Waktu itu sel
Sayyid Qutb tidak ditutup, karena kondisi kesehatannya yang sangat lemah. Di
atas pintu hanya ditutupkan selebar kain selimut agar orang lain tidak dapat
melihatnya dari luar. Pada waktu saya lewat di dekat selnya , sel itu terbuka
karena tiupan angin. Penjaga menyangka bahwa sayyid qutb sengaja
mengangkat tabir selimut itu agar saya tahu bahwa ia berada di dalam sel. Maka
para penjaga memaki dan mengutuknya . Kemudian datang shafwat ar Raubi, algojo
penjara militer, lalu menyuruh Sayyid berdiri dan melontarkan makian padanya.
Setelah itu datang pula Hamzah Al Basyuni yang langsung memukulkan cambuk.
As syahid Sayyid Qutb sangat
menyayangi angota-annggota ikhwan sebagaimana halnya rasa sayang ayah terhadap
anaknya. Saya masih ingat ketika kami akan memasuki ruangan pengadilan pada
perkara hari pertama. Kulihat As Syahid Sayyid Qutb mengamati wajah kami satu
persatu. Kami semua tersenyum dengan menunjukkan ketabahan dan kesabaran untuk
menyenangkan hati beliau. Setelah agak lama memandang kami, beliau semakin haru
dan menangis sambil mengangkat tangan mendoakan kehadirat Allah. Doa bagi
keselamatan kami semua.
Penyakit yang diderita Sayyid
semakin lama semakin parah, sehingga dalam pemeriksaan di pengadilan banyak
tidak hadir. Mamduh ad Dairi mengatakan bahwa sewaktu sedang diadili pernah
seorang perwira mendekati Sayyid dan menanyakan arti kata syahid. Beliau
menjawab “SYAHID berarti siapa yang bersaksi bahwa syariat Allah lebih mahal
dari hidupnya sendiri.
Mamduh ad Dairi menceritakan bagaimana
Sayyid menyambut keputusan hukuman atas dirinya . “ Pada hari pembacaan
keputusan, kami dikeluarkan dari mobil dan dimasukkkan ke dalam sangkar kawat
pada sebuah kamar. Mereka juga membawa Sayyid dari kamar yang ada di samping
ruangan pembacaan keputusan itu. Di ruangan itu terdapat petugas pencatat. Kami
melihati petugas itu menangis , maka tahulah kami bahwa keputusannya adalah
hukuman mati. Mamduh menambahkan , “ Saya telah mendengar dan menyaksikan
tatkala as Syahid Sayyid Qutb mendengar keputusan itu, beliau hanya
berkata: “ Alhamdulillah “.
Hajjah zainab Al Ghazali berkata, “ Di
malam pelaksanaan hukuman mati, as Syahid Sayyid Qutb ditawari untuk
menyelamatkan hidupnya dengan pernyataan mohon maaf. Dokter penjara militer ,
Madjid Hammadah menceritakan kepada saya tentang tawaran untuk memberikan
pengampunamam. Hamidah Qutb telah berusaha mendesak beliau agar mau minta maaf
atas kesalahan yang dituduhkan kepada beliau, sehingga mendapatkan pengampunan.
Namun as syahid Sayyid Qutb tidak mau mendengarkan segala saran-saran tersebut.
Beliau hanya bercita-cita untuk mati syahid. Beliau menolak untuk mundur dan Allah
semakin meneguhkan hatinya hingga Sayyid Qutb berjumpa denganNya.
Dalam salah satu kesempatan beliau
pernah berkata ,”Perkataan yang mengandung pancaran ilahiyah, akan mendorong
manusia untuk maju. Tetapi sebaliknya, kata-kata yang tidak mengandung pancaran
ilahiyah merupakan kata-kata yang mati, tidak akan membawa kemajuan
sejengkal-pun juga “
As Syahid Sayyid Qutb telah pergi dan
kata-katanya tetap hidup, karena dia sendiri mengatakan apa yang dianggapnya
benar dan menjadikan hidupnya sebagai tebusan bagi perkataan kebenaran.
Tak
jarang demi mempertahankan dan membela keyakinannya itu Buya Hamka harus masuk
penjara, difitnah, disingkirkan, dimiskinkan namun kesabaran beliau dalam
menghadapi ujian itu berbuah menjadi hikmah yang luar biasa.
Suatu
saat, dua tahun 4 bulan Iamanya ayah ditahan atas perintah Presiden Soekarno,
waktu itu dari tahun 1964-1966, dengan tuduhan melanggar undang-undang Anti
Subversif Pempres No. 11, yaitu tuduhan merencanakan pembunuhan Presiden
Soekarno.
Betapa
beratnya penderitaan kami sepeninggal ayah yang ditahan. Buku-buku karangan
ayah dilarang. Ayah tidak bisa Iagi memenuhi undangan untuk berdawah. Pemasukan
uang terhenti. Untuk menyambung hidup ummi mulai menjual barang dan perhiasan.
Waktu menulis Tafsir Al-Azhar,
Hamka memasukkan beberapa pengalamannya saat berada di tahanan. Salah satunya
berhubungan de ngan ayat 36 Surah az-Zumar, “Bukan kah Allah cukup sebagai
Pelindung hamba-Nya...”. Pangkal ayat ini menjadi perisai bagi hamba Allah yang
beriman dan Allah jadi pelindung sejati.
Sehubungan dengan maksud ayat di atas, Hamka menceritakan pengalaman beliau dalam tahanan di Sukabumi, akhir Maret 1964. Berikut kutipan lengkapnya. “Inspektur polisi yang memeriksa sambil memaksa agar saya mengakui suatu kesalahan yang difitnahkan ke atas diri, padahal saya tidak pernah berbuatnya. Inspektur itu masuk kembali ke dalam bilik tahanan saya membawa sebuah bungkusan, yang saya pandang sepintas lalu saya menyangka bahwa itu adalah sebuah tape recorder buat menyadap pengakuan saya.”
Sehubungan dengan maksud ayat di atas, Hamka menceritakan pengalaman beliau dalam tahanan di Sukabumi, akhir Maret 1964. Berikut kutipan lengkapnya. “Inspektur polisi yang memeriksa sambil memaksa agar saya mengakui suatu kesalahan yang difitnahkan ke atas diri, padahal saya tidak pernah berbuatnya. Inspektur itu masuk kembali ke dalam bilik tahanan saya membawa sebuah bungkusan, yang saya pandang sepintas lalu saya menyangka bahwa itu adalah sebuah tape recorder buat menyadap pengakuan saya.”
“Dia masuk dengan muka garang
sebagai kebiasaan selama ini. Dan, saya menunggu dengan penuh tawakal kepada
Tuhan dan memohon kekuatan kepada-Nya semata-mata. Setelah mata yang garang itu
melihat saya dan saya sambut dengan sikap tenang pula, tiba-tiba kegarangan itu
mulai menurun.”
“Setelah menanyakan apakah saya sudah makan malam, apakah saya sudah sembahyang, dan pertanyaan lain tentang penyelenggaraan makan minum saya, tiba-tiba dilihatnya arlojinya dan dia berkata, Biar besok saja dilanjutkan pertanyaan. Saudara istirahatlah dahulu malam ini, ujarnya dan dia pun keluar membawa bungkusan itu kembali.
“Setelah menanyakan apakah saya sudah makan malam, apakah saya sudah sembahyang, dan pertanyaan lain tentang penyelenggaraan makan minum saya, tiba-tiba dilihatnya arlojinya dan dia berkata, Biar besok saja dilanjutkan pertanyaan. Saudara istirahatlah dahulu malam ini, ujarnya dan dia pun keluar membawa bungkusan itu kembali.
Setelah dia agak jauh, masuklah
polisi muda (agen polisi) yang ditugaskan menjaga saya, yang usianya baru
kira-kira 25 tahun. Dia melihat terlebih dahulu kiri kanan. Setelah jelas tidak
ada orang yang melihat, dia bersalam dengan saya sambil menangis, diciumnya
tangan saya, lalu dia berkata, Alhamdulillah bapak selamat! Alhamdulillah!
Mengapa, tanya saya. Bungkusan yang dibawa oleh Inspektur M itu adalah setrum.
Kalau dikontakkan ke badan bapak, bapak bisa pingsan dan kalau sampai maksimum
bisa mati.
Demikian jawaban polisi muda
yang ditugaskan menjaga saya itu dengan berlinang air mata. Bapak sangka tape
recorder, jawabku sedikit tersirap, tetapi saya bertambah ingat kepada Tuhan.
Moga-moga Allah memelihara diri Bapak. Ah! Bapak orang baik, kata anak itu.
Dalam menghadapi paksaan,
hinaan, dan hardikan di dalam tahanan, Hamka selalu berserah diri kepada Allah
SWT. Termasuk ketika Inspektur M datang membawa bungkusan malam itu, Hamka
tetap dengan pendirian. Bukankah Allah cukup sebagai pelindung hamba-Nya.
Setelah bebas dari penjara, Hamka tak
tahu kabar Soekarno, penguasa yang memenjarakannya kala itu. Ingatannya melompat
ke masa ke belakang. Saat ia tanpa tedeng aling-aling mengritik pemerintahan
yang akan memaksakan penerapan sistem demokrasi terpimpin.
“..Trias Politica sudah kabur di
Indonesia….Demokrasi terpimpin adalah totaliterisme…Front Nasional adalah
partai Negara…” teriak Hamka menggema di Gedung Konstituante tahun 1959, ketika
memajukan Islam sebagai dasar Negara Indonesia dalam sidang perumusan dasar
Negara. Tak lama, Konstituante dibubarkan oleh Soekarno. Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia), partai temapat bernaung Buya Hamka pun dibubarkan paksa.
Para pimpinannya ditangkap, dijebloskan ke balik jeruji.
Perbedaan pandangan politik Hamka yang
dikenal Islamis, dengan Soekarno yang seorang sekularis, kian menajam dengan
penangkapan dan pemenjaraan rival-rival politiknya. Meski begitu, tak ada
sumpah serapah yang keluar dari seorang Buya Hamka kepada sang pemimpin kala
itu. Saat dijemput paksa untuk langsung dijebloskan ke penjara tanpa proses
pengadilan, Hamka hanya pasrah, bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.
Pun setelah bebas, tak ada dendam di
sana. Tak ada rasa ingin membalas, menuntut, atau melakukan tindakan membela
diri. Padahal, ketika itu, buku-buku karangan Buya dilarang beredar oleh
pemerintah. Tak ada rasa kesal di sana. Tak ada mengeluh, atau umpatan. Semua
ia serahkan kepada Allah, sebaik-baik penolong.
Justru, demikian besar keinginan Hamka
untuk bersua Soekarno. Mengucap syukur, karenanya, ia bisa menyelesaikan Tafsir
Al Azhar dari balik penjara. Karenanya, ia bisa begitu dekat dengan Allah.
Karenanya, jalan hidupnya begitu indah, walau penuh ragam ujian.
Soekarno, dimanakah sekarang ia berada?
Tak tahu..Begitu rindu, Hamka ingin bertemu dengannya. Tak ada marah dari
seorang Buya. Telah lama..telah lama sekali, kalaupun Soekarno mengucap maaf,
telah lama hatinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Bahkan, ada syukur di
sana.
Tapi dimana? Di mana Soekarno sekarang?
Ingin sekali Buya bertemu dengannya. Pertanyaannya terjawab, namun bukan
jawaban biasa. 16 Juni 1970, Ajudan Soeharto, Mayjen Soeryo datang menemui
Hamka di Kebayoran, membawa secarik kertas. Sebuah pesan — bisa dibilang pesan
terakhir — dari Soekarno. Dipandangnya lamat-lamat kertas itu, lalu dibaca
pelan-pelan.
“Bila aku mati kelak, minta kesediaan
Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Mata begitu bening, seperti halnya kaca
membaca tulisan ini. Sebuah pesan, dari seorang mantan pucuk pimpinan negeri.
Dimana? Dimana Soekarno sekarang? Begitu rindu ingin bertemu dengannya. Mayjen
Soeryo berkata, “Ia..Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD. Sekarang jenazahnya
telah di bawa ke Wisma Yoso.”
Mata ini semkin berkaca-kaca. Tak
sempat..rindu ini berbalas. Hamka hanya dapat bertemu dengan sosok yang
jasadnya sudah terbujur kaku. Ingin rasanya, air mata itu mengalir, namun
dirinya harus tegar. Ia kecup sang Proklamator, dengan doa, ia mohonkan ampun
atas dosa-dosa sang mantan penguasa, dosa orang yang memasukkannya ke penjara.
Kini, di hadapannya, terbujur jasad
Soekarno. Sungguh, kematian itu begitu dekat. Dengan takbir, ia mulai memimpin
shalat jenazah. Untuk memenuhi keinginan terakhir Soekarno. Mungkin, ini
isyarat permohonan maaf Soekarno pada Hamka. Isak tangis haru, terdengar di
sekeliling.
Usai Shalat, selesai berdoa, ada yang
bertanya pada sang Buya,”Apa Buya tidak dendam kepada Soekarno yang telah
menahan Buya sekian lama di penjara?”
Dengan lembut, sang Buya menjawab,”
Hanya Allah yang mengetahui seseorang itu munafik atau tidak. Yang jelas,
sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan
jenazahnya dengan baik.
Saya tidak pernah dendam kepada orang
yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat
bulan saya ditahan, saya merasa semua itu anugerah dari Allah kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al Quran 30 Juz. Bila bukan
dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan
pekerjaan itu.”
Sungguh, air mata menetes mendengar
penjelasan Buya. Begitu luas jiwanya, hingga permasalahan, baginya ialah
setitik tinta, yang diteteskan ke luasnya samudera. Tak ada bekas di sana. Tak
pernah ada rasa dendam sama sekali. Dengan senyum dan tenang, ia jalani semua
lika-liku kehidupan.
Mengenai Saya
- FAHMI
- Trenggalek, JawaTimur, Indonesia
- Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Dan lebih dari itu Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Because Writers see the world differently. Every voice we hear, every face we see, every hand we touch could become story fabric.
Popular Posts
-
Dulu waktu SD saya sering tidak masuk sekolah tanpa alasan dan berita yang tidak jelas, suatu hari di dimarahi oleh guruku. Guru,...
-
Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga foundasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal...
-
Bagi kalian yang suka bilang JANCOK. Uppsss…. Mungkin ada juga yang bilang DANCOK. Sadarkah kalian akan apa arti dari sebuah DANCOK…?????...
-
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Gejala dan Kerusakan Akibat Serangan Hama Oleh Nama : Muhammad Guruh Arif Zulahmi NIM ...
-
Michael Faraday (22 September 1791-25 Agustus 1867) ialah ilmuwan Inggris yangmendapat julukan "Bapak Listrik", karena berkat...
-
Hama putih palsu, Cnaphalocrocis medinalis (Guen.) termasuk dalam famili Pyralidae, ordo Lepidoptera. Hama ini disebut sebagai hama p...
-
Berdasarkan Julie (2012), t ahap pertama dari sistem fotosintesis adalah reaksi terang, yang sangat bergantung kepada ketersediaan s...
-
“ Pandangan Kognitif dan Pendekatan Perilaku ” Tugas Kegiatan Pembelajaran 1. Dengan menggunakan bahan baca...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahka...
Blog Archive
-
▼
2017
(60)
-
▼
February
(45)
- TAKUT DI JUDGE
- MENCARI KEBENARAN
- Sayyid Qutb
- NGUNDUH ILMU DARI BUYA HAMKA
- your happines is my goal
- Bertemu Mas Andi SMAN 1 TRENGGALEK
- Hadiah Ulang Tahun Untuk Bapak
- Laut Papuma Ambulu Jember
- Memanggul Belerang di Kawah Ijen Bondowoso
- Sekolah Lapang BRIA JEMBER di desa Lampeji Mumbulsari
- Lahan Pertanian Kentang Pujon Kota Malang
- Ngopi Di Desa Ngebruk PONCOKUSUMO
- GO FARMER GO
- Sekolah Pertanian Di Desa Mumbulsari Jember
- NGEBRUK Sebuah desa di Malang
- Kunjungan DIRJEN Perlindungan Tanaman
- jepretan spesial
- kelas H Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UB
- Sejuknya Berteduh Di bawah Pohon Kelapa
- Foto CANDID di Kawah Ijen Bondowoso
- Sholat Subuh Di Dua Puncak Gunung Tertinggi Di Tan...
- Ijin Asik
- Ngajar PLayGroup
- Nunggu Cewek
- Adek PAPUA
- Sekolah Alam
- Temu Kangen Balai Kambang
- Bande Alit
- Suasana Senja Di Pantai Bande Alit di Taman Nasion...
- Panen Awal karena Tanaman Padi Roboh Terkena Angin
- Murid yang Rajin
- Dari Rumah ke Rumah Kita Bangkitkan Petani
- Belajar terus, Teruslah belajar
- Nonton Bareng Petani Desa Rambipuji
- Iki podo Nyapo Cah
- Yang KOMPAK GAEESSS
- Menghitung Hasil Panen dan Ubinan Padi
- Terus panen, Panen terus
- Kalian Yang Panen Aku juga Yang Bahagia
- Pencampuran Pupuk Dengan Regent Granule
- Sekolah Lapang Perangkat Uji Tanah Sawah di Desa G...
- Sosialisasi PROGRAM BRIA kabupaten JEMBER
- Sekolah Rakyat
- Numpang Narsis Pak
- Demplot PADI terserang xanthomonas
-
▼
February
(45)
Powered by Blogger.