Pak IPUL kini aku tahu apa yang membuatmu murung semurungnya.
Kinipun aku juga merasa
Merasa kecewa yang teramat dalam juga teramat berdosa
Bagaiman tidak?
Kita sama-sama kecewa pada bapak ibuk, manusia yang tidak
mungkin kita pungkiri akan curahan kasih sayangnya
Kita pasti sepakat bahwa kita dulu telah berbuat dengan hebat
Tapi apa daya jika yang kita mau mereka tak tahu
Kita mungkin hanya manusia perasa.. Ya hanya perasa tanpa
sepatah kata
Kita berharap mereka mau tahu dan mengerti
Atau bahkan sesekali kita bermimpi mereka akan terlibat
Nyatanya TIDAK..
Mereka datang dari arah yang berlawanan
Mana mungkin kita melawan
Maka biarlah kita yang berbalik meski kita tahu dibelakang kita
adalah Jurang Neraka
Pak IPUL waktu terus saja berjalan menggerus masa lalumu dan
mungkin juga masa depanku
Rasanya aku ingin pasrah saja
Biar saja semua mengalir dan terus mengalir hingga kita tenggelam
dalam gelombang kepedihan
Hingga kita hancur terkubur dalam keterpurukan....
.
.
.
.
.
.
Tapi Pak IPUL aku masih saja teringat akan orang tua itu..
Yang keriput kulitnya, putih rambutnya tapi masih segar hijau
ketakwaannya
KAKUNG
Iya KAKUNG Bapakmu
Ucapan terakhirnya terlanjur menghujam deras dalam jiwaku
Tengtang IKHLAS dan TANGGUNG JAWAB
Pak IPUL mungkin kakung sudah tahu apa yang akan terjadi padaku dan
yang sudah terjadi padamu
Aku tak mungkin mengguruimu tentang dua kata itu bagi kehidupan
kita
Tapi yang pasti dua kata itu bukan hanya untukku saja
Pak IPUL mungkin kita ditakdirkan menjadi semiskin-miskinnya,
serendah-rendahnya, dan seburuk-buruknya manusia
Jika memang iya harus setakut apa kita untuk menjalani hidup ini
Harus lari sejauh mana kita agar tidak beban menanggung malu dan
derita
Aku bingung Pak IPUL
Rasanya sudah tidak ada tempat yang nyaman, tak ada waktu yang
membahagiakan
Kita terasa nista menunggu mati
Kecuali dalam satu hal
Iya satu Hal saja
ALLAH..
Kita masih punya ALLAH pak IPUL
Dia punya kuasa untuk menciptakan keajaiban
Gelap pun bisa Dia jadikan terang
Yang hidup bisa Dia matikan dan yang mati bisa Dia hidupkan
Kita harus mendekat
Lalu kita sandarkan saja semuanya
Dengan usaha lalu doa mungkin Dia akan iba
Dan yang pasti tetap saja kata KAKUNG sabar dan ikhlas jadi
kuncinya.
Pak IPUL aku tak mungkin memaksamu karena aku sadar kita hancur
karena keterpaksaan
Rasanya aku ingin memulai
Kesdihan dan luka lalu biar saja berlalu
Masa depan kita masih suci
Aku tak peduli kelak aku akan menjadi apa dan seperti apa
Aku hanya berharap bisa mengakhiri semuanya dengan IKLHAS dan
TANGGUNG JAWAB
Mungkin dengan itu semuanya akan berakhir dengan benar
Biarlah jalan tetap menjadi jalan, aku ingin Istiqomah pada arah
dan tujuan
Semoga kelak aku sampai
Sampai pada ridhoNYA
.
.
.
.
.
.
Dan Foto itu adalah saran yang mungkin akan memberimu seribu
harapan baru.
No comments:
Post a Comment