LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
ASPEK HAMA PENYAKIT TANAMAN
KOMODITAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Oleh :
Muhammad Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kacang
tanah merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang banyak dibutuhkan dalam
menu makanan sehari-hari dan bahan baku industri. Konsumsi kacang tanah semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan gizi, diversifikasi
pangan dan peningkatan kapasitas industri pangan dan pakan ternak.
Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang tanah
mengandung lemak (40 – 50%), protein (27%), karbohidrat dan vitamin (Suprapto,
1999). Di Indonesia kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering dengan
rata-rata produksi 1,0-2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5-1,5 ton/ha pada
lahan kering (Harsono et al., 1997), sedangkan rata-rata produksi di tingkat
petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000).
Menurut Arsyad dan Asadi (1993) hasil kacang tanah dapat mencapai
2,0 ton/ha di lahan sawah, bahkan menurut Adisarwanto et al. (1993), Sudaryono
dan Indrawati (2001) potensinya dapat mencapai lebih dari 4 ton/ha.
Meskipun kacang tanah bagi petani merupakan tanaman penghasil
pendapatan tunai, tetapi petani tetap mengutamakan tanaman jagung atau padi
sebagai bahan pangan sumber karbohidrat dan pakan ternak. Oleh karena itu
selain ditanam secara tunggal, kacang tanah juga ditanam bersama dengan tanaman
pangan lain seperti jagung secara tumpangsari atau tumpanggilir.
Gomez dan Gomez (1983) mendefinisikan tumpanggilir (relay cropping)
sebagai menanam dua atau lebih tanaman secara bersama-sama pada sebidang lahan
dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga. Penanaman dengan
sistem tumpanggilir telah lama dilakukan petani, khususnya yang mempunyai lahan
relatif sempit sebagai usaha untuk mengintensifkan penanaman baik menurut ruang
maupun waktu, menganekaragamkan bahan pangan dan pakan, mengurangi resiko
kegagalan panen, meningkatkan pendapatan petani dan memperluas lapangan
pekerjaan.
Pada tumpanggilir, selain kompetisi yang terjadi antar komponen
tanaman penyusun pada saat tumbuh bersamaan, tanaman juga akan menghadapi
kompetisi dengan gulma, baik kompetisi terhadap unsur hara, cahaya, air maupun
ruang tumbuh.
Kompetisi antar komponen penyusun tumpangilir dapat diminimalkan
dengan pemilihan tanaman dan pengaturan populasi tanaman. Dalam hal jagung
sebagai tanaman kedua, populasinya perlu diatur agar tidak merugikan tanaman
kacang tanah sebagai tanaman utama. Hasil penelitian Ridwan dan Dahono (1989)
menunjukkan bahwa pada tumpanggilir kacang tanah dan jagung dengan populasi
kacang tanah 160.000 tanaman/ha dan jagung33.333 tanaman/ha tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah maupun jagung. Berarti sampai pada
populasi tersebut belum terjadi persaingan antar keduanya. Penelitian tersebut
juga menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan waktu tanam jagung pada
tumpanggilir kacang tanah dan jagung terhadap tinggi tanaman dan bobot 100
biji. Tetapi waktu tanam sangat berpengaruh terhadap jumlah cabang, jumlah
polong bernas dan polong hampa. Makin jauh jarak waktu tanam jagung dengan
kacang tanah menunjukkan tendensi jumlah cabang dan jumlah polong berisi yang
makin meningkat, sebaliknya jumlah polong hampa menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa penanaman jagung dan kacang tanah secara bersamaan kurang menguntungkan
bagi kacang tanah karena pertumbuhan jagung lebih cepat sehingga kacang tanah
tidak mendapat cahaya yang cukup akibat dari penaungan.
Kompetisi tanaman dengan gulma merupakan salah satu penyebab
rendahnya hasil tanaman. Penurunan hasil karena adanya persaingan dengan gulma
berkisar 47% pada kacang tanah (Moenandir et al., 1996), sedangkan pada jagung
50 – 60% (Jaya et al., 1994), oleh karena itu pengendalian gulma menjadi sangat
penting untuk meningkatkan hasil tanaman.
Penanaman intensif seperti sistem tumpanggilir merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma karena terjadi
peningkatan efektivitas penyerapan cahaya matahari oleh komponen tanaman
penyusun pada saat tanaman tumbuh bersama sehingga menekan pertumbuhan gulma.
Palaniappan (1985) menyatakan bahwa penekanan gulma dalam penanaman
yang intensif termasuk sistem tumpanggilir ditentukan oleh komponen tanaman
penyusun, kerapatan tanaman dan teknis budidaya. Jika kerapatan tanaman dalam
sistem tumpanggilir lebih besar daripada pertanaman tunggalnya (additive), maka
kemampuan tanaman untuk bersaing dengan gulma juga meningkat sehingga mengurangi
bobot gulma dan menyebabkanpergeseran komposisi gulma. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Mercado (1979) yang menyatakan bahwa perubahan sistem pertanaman
dari pertanaman tunggal ke pertanaman ganda seperti tumpangsari dan
tumpanggilir dapat mempengaruhi spesies gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan
perbedaan interaksi dalam kompetisi gulma dan tanaman. Perubahan spesies gulma
disebabkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan tanaman, antara lain pengaturan
air dan pemupukan serta adanya perbedaan karakter morfologis dari komponen tanaman
penyusun yang dapat merubah mikroklimat sehingga menimbulkan respon yang berbeda
dari setiap spesies gulma.
1.2
Tujuan
·
Untuk
mengetahui teknologi produksi komoditi kacang tanah
·
Untuk
mengetahui penggunaan dosis yang tepat dalam penanaman kacang tanah
·
Untuk
mengetahui penggunaan inokulan dalam penanaman kacang tanah
·
Untuk
mengetahui pemeliharaan kacang tanah
1.3 Manfaat
Mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui bagaimana teknologi produksi pada kacang tanah yang
meliputi budidaya kacang tanah, penggunaan dosis pupuk yang tepat, penggunaan
inokulan dan juga pemeliharaan tanaman kacang tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman
pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari
Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa
Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang
dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad
ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah
adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang
kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau
“groundnut”.
2.2
Karakteristi Kacang Tanah
- Akar
Sistem akar merupakan
akar tunggang yang telah berkembang menjadi baik dengan banyak akar-akar
lateral, tidak memiliki rambut akar, dan memiliki bintil akar untuk mengikat
nitrogen.
o Batang
Berbentuk cabang percabangan terdiri dari dua jenis
yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif
dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat pada 2
buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat
berkembang dari cabang vegetatif primer.
- Daun
Daun pada batang utama
tersusun spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4,
dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang
berukuran 3 – 7 cm x 2 – 3 cm, panjang tangkai daun 3 – 7 cm, terdapat bagian
yang menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini
merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung
ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan.
- Bunga
Cabang perbungaa berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada
cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang.
Pada setiap perbungaan terdapat 2 – 5 bunga, bunga duduk berwarna kuning muda
hingga jingga kemerahan.
- Buah
Buah polong berbentuk silindris, berisi 1 – 6 biji buah yang siap dipanen
memiliki ciri warna coklat kehitam-hitaman.
- Biji
Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga
merah muda, merah, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji
memiliki dua keeping biji yang lebar, epikotil dengan daun dan tunas
primordial, hipokotil dan akar primer. Biji yang akan dijadikan benih yang baik
memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
- Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul
- Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat
- Kulit benih mengkilap, tidak keriput, dan cacat
- Murni atau tidak bercampur dengan varietas lain
- Kadar air benih berkisar 9 – 12 %
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji
o Perkecambahan
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung
potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio,
cadangan makanan, dan calon daun. Biji memiliki kandungan air yang sangat
sedikit. Pada saat biji terbentuk, air didalamnya dikeluarkan sehingga biji
mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan
proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dormansi).
Bila kondisi lingkungan sesuai, beberapa biji segera mengalami perkembangan
sehingga memungkinkan untuk berkecambah. Perkecambahan adalah proses
pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk
tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Awal perkecambahan dimulai dengan
berakhirnya mada dormansi pada biji. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan
masuknya air kedalam biji yang disebut dengan imbibisi yang terjadi melalui
mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah,
akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan
pecahnya testa.
Air dalam jumlah yang
cukup didalam biji akan mengaktifkan enzim dan hormon di dalam kotiledon atau
endosperma. Enzim amylase segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam
amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membran sel
dan sitoplasma. Timbunan pati akan diuraikan menjadi maltosa kemudian menjadi
glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk
membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa
maltosa dari asam amino akan nerdifusi ke embrio. Setelah beberapa hari,
plumula tumbuh di atas permukaan tanah, dan radikula memanjang menjadi akar.
2.3
SYARAT TUMBUH
1.
Iklim
·
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
·
Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena
suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 oC. Bila suhunya
di bawah 10 oC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi
kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
·
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75
%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi
di sekitar pertanaman.
·
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman
kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.
Media Tanam
·
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis
tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
·
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah
adalah pH antara 6,0–6,5.
·
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber
air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik
atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi
pertumbuhan kacang tanah.
3.
Ketinggian Tempat
·
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah
adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat
ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
2.4 Teknologi Produksi Kacang
Tanah
Kacang tanah dapat
dibudidayakan di lahan kering (tegalan) maupun di lahan sawah setelah padi.
Kacang tanah dapat ditanam pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang
penting tanah tersebut dapat mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Akan
tetapi, tanah yang paling sesuai adalah tanah yang bertekstur ringan, drainase
baik, remah, dan gembur.
Di tanah berat
(lempung), bila terlalu becek, tanaman mati atau tidak berpolong. Dalam
kondisi kering, tanah lempung juga terlalu keras, sehingga ginofor (calon
polong) tidak dapat masuk dalam tanah, perkembangan polong terhambat dan pada
saat panen banyak polong tertinggal dalam tanah. Pada tanah yang kandungan
bahan organiknya tinggi (>2%) polong yang dihasilkan berwarna kehitaman
sehingga menjadi kurang menarik.
Kacang tanah masih
dapat berproduksi dengan baik pada tanah yang berpH rendah atau tinggi. Tetapi
pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah sering mengalami klorosis, yakni
daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong menjadi hitam dan hasil
menurun hingga 40%.
1. Varietas
o Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, ukuran biji seragam, sehat dan
jelas asal usulnya. Biji kacang tanah yang baru dipanen sangat baik untuk
dijadikan benih.
o Pemilihan varietas sebaiknya memperhatikan kesesuaian lingkungan, ketahanan
terhadap hama/penyakit, dan kebutuhan pasar. Untuk keperluan pasokan industri
kacang garing, biasanya digunakan varietas berbiji dua. Untuk keperluan lain
bisa dipilih kacang tanah biji 3 atau 4 seperti Kelinci, Singa, Turangga, dan
Domba yang hasilnya lebih tinggi.
2. Penyiapan Lahan
o
Tanah dibajak 2x
sedalam 15–20 cm, lalu digaru, dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan
gulma, dan dibuat bedengan selebar 3–4 meter.
o
Antar bedengan dibuat
saluran drainase dalam 30 cm dan lebar 20 cm yang berfungsi sebagai saluran
drainase pada saat becek, dan sebagai saluran irigasi pada saat kering.
o
Jika tanah sudah
gembur, tidak perlu diolah sempurna, cukup dilakukan penyemprotan herbisida
untuk membersihkan gulma kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum
tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanami.
3. Cara Tanam
o
Penanaman secara baris
tunggal dengan tugal atau alur bajak dengan jarak tanam 35–40 cm x 10–15 cm,
satu biji/lubang sehingga populasi sekitar 250.000 tanaman per hektar.
Kebutuhan benih antara 90–100 kg biji/ha.
o
Penanaman juga dapat
dilakukan secara baris ganda (50 cm x 30 cm) x 15 cm, satu biji/lubang.
4. Pemupukan
o 50 kg Urea/ha atau 100 kg ZA/ha, diberikan bersamaan tanam atau saat
tanaman umur antara 7–15 hari. Pemupukan paling efisien dilakukan secara larik
atau tugal.
o Bila kandungan P rendah (P-Bray I <12 ppm P),
perlu diberikan 80–100 kg SP36/ha pada saat tanam. Bila sudah tinggi (>12
ppm) tidak perlu dipupuk P.
o Jika kandungan K tersedia dalam tanah kurang dari
0,3 me/100 g tanah, maka perlu dipupuk dengan KCl sebanyak 33–50 kg/ha (45% K2O)
atau 25–38 kg KCl (60% K2O). Pupuk K dapat diberikan
bersamaan tanam dengan cara disebar.
o Pada tanah dengan kandungan Ca rendah (Ca-dd <1 me Ca/100 g tanah), maka
perlu diberi dolomit sebanyak 300–500 kg/ha bersamaan tanam dengan cara disebar
atau larikan pada fase pembentukan polong. Pada tanah masam, pemberian dolomit
sangat membantu pembentukan dan pengisian polong.
o
Pada
daerah yang endemik klorosis (gejala kuning) karena pH tanahnya tinggi
(>7,4) perlu ditambahkan bubuk belerang sebesar 300–400 kg/ha dengan cara
mencampur rata dengan tanah atau diberikan pada alur tanaman sebelum tanam atau
diberikan bersama pengolahan tanah. Bila tidak tersedia bubuk belerang, bisa
diganti dengan 2,5–5 ton/ha pupuk kandang.
o
Gejala
kuning juga dapat diatasi dengan penyemprotan larutan yang mengandung 0,5–1%
FeSO4, 0,1% asam sitrat, 3% ammonium sulfat (ZA), 0,2% Urea pada
umur 30, 45, dan 60 hari untuk mempercepat pemulihan klorosis.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
o Hama utama kacang tanah antara lain wereng kacang tanah (Empoasca
fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia
chalcites) dan ulat grayak (Prodenia litura). Hama tersebut dapat dikendalikan
dengan insektisida endosulfan, klorfirifos, monokrotofos, metamidofos,
diazinon, (seperti Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, dan Basudin). Untuk
pencegahan, pestisida dapat diaplikasikan pada umur 25, 35, dan 45 hari.
o Penyakit utama kacang tanah antara lain layu bakteri (Pseudomonas
solanacearum), bercak daun (leafspot), penyakit karat (Puccinia arachidis).
Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan atau menggunakan
fungisida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan klorotalonil (seperti
Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane MX 200, dan Daconil). Untuk pencegahan,
fungisida tersebut dapat diaplikasikan pada umur 35, 45, dan 60 hari.
6. Penyiangan dan Pembumbunan
o
Penyiangan gulma
dilakukan sebelum tanaman berbunga. Setelah ginofor masuk ke dalam tanah tidak
boleh disiang karena menyebabkan kegagalan pembentukan polong.
o
Pembumbunan dapat
dilakukan bersamaan penyiangan I.
7. Pengairan
o Bila tersedia pengairan, dilakukan pengairan pada periode kritis tanaman
yaitu pada periode pertumbuhan awal (umur hingga 15 hari), umur 25 hari (awal
berbunga), umur 50 hari (pembentukan dan pengisian polong), dan umur 75 hari
(pemasakan).
8. Panen dan Pascapanen
o Umur panen tergantung varietas dan musim tanam. Tanda-tanda tanaman siap
panen: kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, jika
ditekan polong mudah pecah. Jika biji telah penuh, harus segera dipanen, karena
bila terlambat, biji dapat tumbuh di lapang.
o Setelah panen polong segera dirontokkan, dikeringkan hingga kadar air 12%
yang ditandai oleh mudah terkelupasnya kulit ari. Membiarkan polong dalam
kondisi basah lebih dari 24 jam menyebabkan polong berlendir, mudah terinfeksi
jamur Aspergillus flavus dan terkontaminasi aflatoksin yang menyebabkan kacang
menjadi pahit dan beraroma tengik.
Varietas KELINCI (valencia)
1. Potensi hasil 4, 3 t/ha polong
kering
2.
Biji sedang (45
g/100 biji)
3.
Umur panen 95
hari
4.
Agak tahan
penyakit layu bakteri
5.
Tahan karat
daun, Toleran bercak daun
BAB III
METODOLOGI
3.1
ALAT, BAHAN DAN
FUNGSI
Ø Alat:
- Cangkul : untuk menggemburkan dan membubun tanah
- Baskom :
sebagai wadah pencampuran inokulan
- Cetok :
untuk membubun tanah dan membalik gulma
- Gembor :
untuk menyiram tanaman kacang
- Rafia :
sebagai penanda dan pembatas sampel tanaman
- Tonggak Kayu: sebagai penanda dan pembatas
sampel tanaman
- Penggaris : untuk mengukur pertumbuhan panjang dan tinggi tanaman
- Alat tulis : untuk menulis hasil pengukuran tanaman
- Buku catatan : untuk menulis hasil pengukuran tanaman
Ø Bahan:
- Benih kacang
varietas kelinci : bahan tanam
praktikum utama
- Inokulan : sebagai pemicu
pertumbuhan tanaman
-Pupuk Urea, SP36 & KCl : sebagai pelengkap unsur N,P,K yang
dibutuhkan tanaman
- Air :
sebagai pencampur inokulan
Cara Kerja
Mempersiapkan bedengan dengan luas 4,3 x 2,7 m
Membuat
lubang tanam dengan jarak 30 x 20 cm dan lubang pupuk di samping
kiri
dan kanan lubang tanam sekitar 5 cm dari lubang tanam
Rendam
biji kacang tanah dengan inokulum selama 15 menit
(dengan
campuran air dan 4 g gula pasir)
Tiriskan selama 5 menit
Tanam
2 biji kacang tanah per lubang tanam
Beri
pupuk KCl dan SP36 di samping kiri lubang tanam dan Urea pada kanan
lubang
tanam
Tutup
lubang tanam dengan lubang pupuk dengan tanah
Siram
dengan air setiap minggu
Amati
pertumbuhan dan perkembangannya setiap minggu
Dokumentasi
3.2
PERLAKUAN
Jarak Tanam :
30 x 20 cm
G1 :
o
Tanpa Inokulan
o
Pemupukan
·
SP36 :
200 kg/ha
·
KCl :
100 kg/ha
·
Urea :
25 kg/ha
G2 :
o
Inokulan 4 g/kg
·
Campur air dengan 4 g gula pasir
·
Rendam benih kacang tanah dalam air gula selama
15 menit
·
Kering anginkan kacang tanah di tempat yang
teduh selama 15 menit
·
Campur dengan inokulan
o
Pemupukan
·
SP36 : 200 kg/ha
·
KCl : 100 kg/ha
·
Urea : 25 kg/ha
G3 :
o
Tanpa Inokulan
o
Pemupukan :
·
SP36 : 200 kg/ha
·
KCl : 100 kg/ha
·
Urea : 50 kg/ha
G4 :
o
Inokulan 4 g/kg
·
Campur air dengan 4 g gula pasir
·
Rendam benih kacang tanah dalam air gula selama
15 menit
·
Kering anginkan kacang tanah di tempat yang
teduh selama 15 menit
·
Campur dengan inokulan
o
Pemupukan
·
SP36 :
200 kg/ha
·
KCl :
100 kg/ha
·
Urea :
50 kg/ha
3.3
PERBANDINGAN METODE PRAKTIKUM DENGAN
UNIVERSAL
Pada penanaman kacang tanah kelompok G4
perlakuan yang dilakukan pertama adalah mempersiapkan bedeng lahan yang luasnya
4,3 x 2,7 m. kemuadian jarak tanam kacang tanah 30 x 20 cm. Per lubang ditanami 2 biji kacang tanah yang sebelumnya telah direndam
dengan inokulan selama 15 menit yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
kacang tanah/ mempercepat proses perkecambahan/ mematahkan masa dormansi biji. Pembuatan inokulan adalah dengan mencampurkan air dengan 4 g gula
pasir di dalam wadah. Setelah biji kacang tanah direndam kemudian ditiriskan
selama 15 menit agar tidak terlalu basah saat ditanam. Pada sisi kanan dan kiri
lubang tanam dibuat lubang pupuk yang berjarak sekitar 10 cm dari lubang tanam.
Untuk
pupuk, kelompok ini mendapat perlakuan 50 kg/ha urea. Untuk pupuk KCl dan Sp36
masing-masing mendapatkan 116 g/ bedeng dan 232 g/bedeng. Pada lubang yang
pertama diisi dengan campuran pupuk SP36 dan KCl, masing-masing lubang diberi sekitar
1,20 g SP36 dan 0,60 g KCl. Sedangkan pada lubang satunya diberi pupuk urea
sebanyak 0,31 g per lubang. Setelah pemberian pupuk urea harus segera ditutup
karena pupuk ini cepat menguap jika tidak dipendam dalam tanah.
Pada pemupukan kedua dilakukan 1
minggu setelah tanam, yaitu urea 23,22 g/bedeng, SP36 87,1 g/bedeng, dan KCl
58,05 g/bedeng. Untuk pemberian pupuk sama dengan pemupukan yang pertama, yaitu
dengan dibuat lubang di sisi kanan dan kiri tanaman dan kemudian pupuk KCl dan
SP36 dimasukkan dalam 1 lubang yang sama sedangkan urea dimasukkan pada lubang
yang lain, lalu kemudian pupuk ditutup dengan tanah agar tidak menguap. Untuk
pemupukan ketiga hanya diberika pupuk urea sebanyak 11,61 g per bedeng.
Pada minggu pertama setelah tanam
dilakukan penyulaman bagi biji yang tidak tumbh ataupun pada tanaman yang mati.
Dalam hal pemeliharaan setiap minggunya dilakukan penyiangan, pembumbunan,
penyiraman dan pengamatan pada tanaman. Penyiangan dilakukan agar menghilangkan
hama yang nantinya agar tidak terjadikompetisi unsur hara, air dan cahaya
dengan tanaman kacang tanah. Pembumbunan dapat dilakukan bersamaan dengan
penyiangan, pembumbunan dilakukan untuk menutup bagian perakaran agar
terbentuknya polong yang sempurna di dalam tanah. Sedangkan pengamatan yang
dilakukan yaitu untuk mengamatipertumbuhan tanaman kacang tanah.
Menurut literatur yang didapat,
terdapat beberapa perlakuan yang berbeda. Perlakuannya sebagai berikut:
Cara tanam
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan 2
butir benih perlubang dan jarak tanam 40 cm x 10 cm. Kemudian lubang tanam
ditutup tanah secara tipis.
Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCI dengan dosis 60-90 kg Urea, 60-90 kg SP36
dan 50 kg KCI. Per hektar. Pemupukan
dilakukan dengan memasukkan pupuk kedalam lubang tugal disisi kiri kanan lubang
tanam atau disebar merata kedalam larikan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada
benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru
pada bekas lubang tanam terdahulu. Tujuan dari penyulaman ini adalah untuk
mempertahankan populasi.
Penyiangan dan
Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam
dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 40 bari setelah tanam. Pada penyiangan
kedua ini juga dilakukan pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian ditimbun
didekat pangkal batang tanaman. Pembumbunan bertujuan memudahkan bakal buah
menembus permukaan tanah sehingga pertumbuhannya optimal.
Pengairan
Tanaman kacang tanah tidak
menghendaki air yang menggenang. Fase kritis untuk tanaman Kacang Tanah adalah
rase perkecambahan, rase pertumbUhan dan rase pengisian polong. Waktu pengairan
yang baik adalah pagi atau sore hari dengan cara dileb hingga tanah cukup
basah.
3.4
PENJELASAN
PERLAKUAN KELOMPOK
Sebelum
biji ditanam, perlu dibuat Inokulan terlebih dahulu yaitu dengan mencampur air
dan 4 gram gula pasir, kemudian biji direndam kacang tanah dalam inokulan
selama 15menit. Lalu dikeringanginkan
ditempat teduh selama 15 menit. Dilakukan penanaman dimana dalam 1 lubang 2
biji kacang tanah. Dengan menggunakan jarak tanam 30 x 20 cm. Setelah
penananam, dilakukan pemupukan dengan urea 60 gram, KCl 116 gram, SP36
236 gram. Pada saat 1 minggu setelah tanam dilakukan penyulaman dengan
menggunakan cara yang sama dengan waktu tanam pertama, 2 minggu setelah tanam
dilakukan pemupukan lagi dengan : Urea 0.31gram (per tanaman), Kcl 0,60gram,
SP36 1,20gram, selanjutnya dilakukan pengamatan dan perawatan dengan cara
pembubunan, pengairan dan pemberantasan gulma. Pengamatan meliputi : Pengukuran
jumlah daun, tinggi tanaman dan panjang tanaman. Pengamatan dilakukan 1 minggu
setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Hasil Pengamatan
·
Data Pengamatan
G1
Minggu ke
|
Rata-Rata Panjang (cm)
|
Rata-Rata Tinggi (cm)
|
Rata-Rata Jumlah Daun
|
1
|
10
|
8,5
|
3
|
2
|
12,8
|
11,8
|
8
|
3
|
20,8
|
19,8
|
16
|
4
|
28,5
|
27,16
|
23
|
5
|
36,28
|
34,3
|
31
|
6
|
44,4
|
42,4
|
41
|
7
|
52,1
|
50,1
|
50
|
8
|
59,1
|
56,6
|
57
|
·
Data Pengamatan
G2
Minggu Ke
|
Rata – Rata
|
Rata – Rata
|
Rata – Rata
|
Panjang (cm)
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah
|
|
|
|
Daun
|
|
1
|
10,05
|
9,4
|
4,6
|
2
|
12,02
|
11,2
|
9,1
|
3
|
16,9
|
15,95
|
17,6
|
4
|
22,9
|
21,55
|
24,75
|
5
|
34,6
|
32,1
|
29,9
|
6
|
40,1
|
35,45
|
34,45
|
7
|
50,9
|
50,25
|
39,45
|
·
Data Pengamatan
G3
Minggu ke
|
Rata-Rata Panjang (cm)
|
Rata-Rata Tinggi (cm)
|
Rata-Rata Jumlah Daun
|
1
|
10,31
|
4,3
|
5
|
2
|
11,9
|
8,5
|
8
|
3
|
16,05
|
11,5
|
14
|
4
|
24
|
16,9
|
17
|
5
|
32,9
|
25,2
|
21
|
6
|
38,01
|
31,6
|
30
|
7
|
47,9
|
41,3
|
34
|
8
|
60,1
|
55,09
|
36
|
·
Data Pengamatan
G4
Minggu ke
|
Rata-Rata Panjang (cm)
|
Rata-Rata Tinggi (cm)
|
Rata-Rata Jumlah Daun
|
1
|
9
|
6
|
5
|
2
|
11,5
|
6,8
|
7
|
3
|
6,2
|
9,3
|
12
|
4
|
24,25
|
17,5
|
16
|
5
|
30,6
|
25,5
|
22
|
6
|
34,8
|
31,25
|
24
|
7
|
39,8
|
35
|
29
|
8
|
45,8
|
39,6
|
31
|
·
Data Pengamatan
U1 Gribisnis
Ø Tabel Rata-rata U1 kacang tanah agribisnis
kelas U
Perlakuan
1 N
310 (urea 75 kg/ha, inokulen 0g/kg)
Rata-rata akhir U1
|
||||
Variabel
|
bedengan 1
|
bedengan 2
|
bedengan 3
|
Rata-rata
|
Panjang
|
25,76
|
19,460
|
21,005
|
22,07
|
Tinggi
|
23,5875
|
15,6
|
19,8682
|
19,69
|
jumlah tangkai
|
46,3
|
29,14
|
40,0998
|
38,51
|
jumlah bunga
|
8,25
|
9,733
|
14
|
10,66
|
Ø Tabel Rata-rata U2 kacang tanah agribisnis
kelas U
Perlakuan
2 N311 (urea 75 kg/ha, inokulan 4g/kg)
Rata-rata akhir U2
|
||||
Variabel
|
bedengan 1
|
bedengan 2
|
bedengan 3
|
Rata-rata
|
Panjang
|
23,28
|
17,950
|
42,764
|
28,00
|
Tinggi
|
21,936
|
16,33
|
37,927
|
25,40
|
jumlah tangkai
|
40,673
|
28,618
|
54,036
|
41,11
|
jumlah bunga
|
10,9997
|
6,367
|
26,485
|
14,62
|
Ø Tabel Rata-rata U3 kacang tanah agribisnis
kelas U
Perlakuan
3 N 410 (urea 100kg/ha, inokulen 0gr/kg)
Rata-rata akhir U3
|
||||
Variabel
|
bedengan 1
|
bedengan 2
|
bedengan 3
|
Rata-rata
|
Panjang
|
23,77
|
19,116
|
17,958
|
20,28
|
Tinggi
|
20,96
|
17,976
|
18,778
|
19,24
|
jumlah tangkai
|
34,24
|
35,83
|
30,28
|
33,45
|
jumlah bunga
|
27,667
|
13,667
|
5,467
|
15,60
|
Ø Tabel Rata-rata U4 kacang tanah agribisnis
kelas U
Perlakuan
4 N 411 (urea 100kg/ha, inokulen 4gr/kg)
Rata-rata akhir U4
|
||||
Variabel
|
bedengan 1
|
bedengan 2
|
bedengan 3
|
Rata-rata
|
Panjang
|
22,36
|
17,134
|
20,742
|
20,08
|
Tinggi
|
18,068
|
16,232
|
18,522
|
17,61
|
jumlah tangkai
|
44,95
|
27,068
|
34,506
|
35,51
|
jumlah bunga
|
21,04
|
6,5
|
6,3
|
11,28
|
Ø Tabel Rata-rata U1-U4 kacang tanah agribisnis kelas U
Rata-rata satu kelas (U1-U4)
|
|||||
variabel
|
Rata-rata U1
|
Rata-rata U2
|
Rata-rata U3
|
Rata-rata U4
|
Rata-rata Satu
Kelas
|
Panjang
|
22,07
|
28
|
20,28
|
20,08
|
22,6075
|
Tinggi
|
19,69
|
25,4
|
19,24
|
17,61
|
20,485
|
Jumlah tangkai
|
38,51
|
41,11
|
33,45
|
35,51
|
37,145
|
Jumlah bunga
|
10.66
|
14,62
|
15,6
|
11,28
|
13,83333333
|
4.1.2
Grafik
4.2
Pembahasan
4.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Tanah
a. Abiotik
·
Suhu
·
Intensitas
Cahaya Matahari
Intensitas
cahaya matahari merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses fotosintesis
bagi tanaman. Fotosintesis merupakan proses yang signifikan bagi tanaman karena
menghasilkan makanan bagi tanaman itu sendiri dengan bahan CO2 + H2O dan
dibantu cahaya matahari kemudian ditangkap oleh klorofil. Hasil fotosintesis
(fotosintat) berupa O2 dan ATP. O2 dapat digunakan untuk respirasi.
·
Air
Air sangat
dibutuhkan tanaman untuk memulai perkecambahan, untuk mengaktifkan enzim
sehingga biji kacang tanah dapat berkecambah. Selain itu, bila tanaman
kekurangan air dapat menyebabkan layu pada tanaman dan akhirnya mati.
·
Tanah
Tanah merupakan
faktor penting yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Kesuburan tanah sangat
mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan, perkembangan hingga hasil produksi
tanaman. Karena di dalam tanah terdapat unsur hara dan mineral-mineral yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
·
Kelembaban
b. Biotik
·
Hama
Hama merupakan
organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan kerusakan tanaman secara
fisiologis, menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman serta menurunkan secara
ekonomi. Bila serangan hama besar, maka produktivitas tanaman akan menurun.
·
Penyakit
Penyakit adalah
patogen yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3
/datadigital /bk/kacang%20bantul.pdf.
Diakses tanggal 29 November 2011.
No comments:
Post a Comment