APLIKASI GIS untuk MENDUKUNG KEGIATAN PERTANIAN


TUGAS MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT
“APLIKASI GIS untuk MENDUKUNG KEGIATAN PERTANIAN BERLANJUT di SKALA BENTANG LAHAN”

NAMA    : Muhammad Guruh Arif Zulfahmi
NIM         : 105040201111091
KELAS   :  H


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012



1.     Pengertian GIS

Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang,penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak terkecuali dalamsektor pertanian, sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besarpenduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian.Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information System, dan jikaditerjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa menyebutnya SIG atau SistemInformasi Geografi. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengandata yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalahsuatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensikeruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).
Menurut Murai dalam Prayitno (2000) GIS (Geographical Information System) merupakan Sistem informasi yg digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota,dan pelayanan umum lainnya.
Menurut ESRI (1990), GIS sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang ber-referensi geografi.
GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secara cepat. Misalnyadalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang diakibatkan tsunami di Aceh beberapa tahunyang lalu. Pencitraan jarak jauh lewat satelit dapat memberitakan secara cepat perbedaan ujungutara pulau Sumatera itu sebelum dan sesudah terjadinya tsunami.
Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio GIS dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan.
2.     Contoh Aplikasi GIS di Bidang Pertanian untuk Kegiatan :
(a)   Pemantauan produksi dibidang pertanian
         Aplikasi GIS di bidang pertanian sangat dibttuhkan guna mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan memuaskan. Aspek – aspek yang biasanya menggunakan aplikasi GIS adalah pada bagian pemetaan atau peletakan komoditas yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian tersebut.
Peningkatan produksi dengan masukan bahan kimia yang rendah, seperti pemupukan, sangat diperlukan karena sejak tahun 1980 kegiatan pertanian untuk produksi pangan yang tidak terkontrol menjadi penyebab pencemaran lingkungan.  Sebagai contoh aplikasi pupuk nitrogen dan fosfor yang berlebihan menjadi penyebab terjadinya pemanasan global dan hujan asam.  Salah satu masalah utama yang dihadapi bagi kehidupan manusia adalah pencemaran air tanah oleh nitrogen nitrat. 
Modeling produksi tanaman merupakan salah satu contoh aplikasi SIG di bidangpertanian . Permodelan dengan menggunakan SIG menawarkan suatu mekanismeyang mengintegrasikan berbagai jenis data (biofisik) yang dikembangkan ataudigunakan dalam penelitian pertanian. Monitoring kondisi tanaman pertaniansepanjang musim tanaman serta prediksi potensi hasil panen berperan penting dalammenganalisis produksi musiman. Informasi hasil panen yang akurat dan terkini sangatdibutuhkan oleh departemen pertanian berbagai negara.
Aplikasi GIS juga sangat membantu dalam memantau keadaan – keadaan di sekitar wilayah pertanian tersebut, misalnya dalam mengetahui wilayah – wilayah yang terserang hama atau penyakit, wilayah – wilayah yang telah siap diproduksi Pemantauan ini dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi dengan sistem monitoring.
(b)  Penilaian resiko usaha pertanian
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan skala kawasan yang luas secara optimal dengan resiko gagal tanam dan gagal panen minimum. GIS menetapkan masa tanam yang tepat, memprediksi masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap debit, curah hujan dan scenario pola tanam dan jenis tanam yang paling menguntungkan secara ekonomi dan teknis.
Dalam teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanamanpangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalahfoodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand. Denganaplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah satu perusahaanpengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahanbaku dan ada kode-kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asalbahan baku. Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahananpangan suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.
Penilaian risiko bisnis dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi.  Menurut (Anderson et al., 1977; Elton dan Gruber, 1995; dan Fariyanti, 2008) terdapat beberapa ukuran risiko di antaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Secara praktis pengukuran varian dari penghasilan (return) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian (Elton dan Gruber, 1995). Sedangkan standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian.  Sementara itu, koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan (expected return) dari suatu aset. Penghasilan (return) yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Koefisien variasi menunjukkan variabilitas return dan biasanya dihitung sebagai nilai persentase. Jika data penghasilan yang diharapkan (expected return) tidak tersedia dapat digunakan nilai rata-rata return.
Pelaku bisnis termasuk petani harus berhati-hati dalam menggunakan varian dan standar deviasi untuk meperbandingkan risiko, karena keduanya bersifat absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan.  Untuk membandingkan aset dengan return yang diharapkan, pelaku bisnis atau petani dapat menggunakan koefisien variasi.  Nilai koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi petani sebagai pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.  Dengan menggunakan ukuran koefisien variasi, perbandingan di antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama, yaitu risiko untuk setiap return.
(c) Pengendalian hama dan penyakit
Penerapan SIG pada bidang pertanian dan khususnya pada bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan. Contohnya adalah pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah baik itu penyakit lama atau merupakan penyakit baru sehingga dengan pemanfaatan GIS dapat dilakukan pencegahan. Dalam bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan, penerapan GIS dilakukan untuk melaksanakan pengendalian secara dini yang bersifat kewilayahan. Dengan pemanfaatan GIS serangan akan adanya penyakit dapat lebih diantisipasi.
Contohnya adalah pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah baik itupenyakit lama atau merupakan penyakit baru sehingga dengan pemanfaatan GIS dapatdilakukan pencegahan. Dalam bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan, penerapan GISdilakukan untuk melaksanakan pengendalian secara dini yang bersifat kewilayahan. Dengan pemenfaatan GIS serangan akan adanya penyakit dapat lebih diantisipasi.

(c)   Pemantauan budidaya pertanian
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. GIS dapat digunakan untuk pemantauan dalam tahap budidaya tanaman seperti dalam menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa depan. GIS membantu neginventarisasi data – data lahan perkebunantebu menjadi lebih cepat dianalisis, seperti pada proses pembibitan, proses penanaman yang dapat dikelola oleh pengelola kebun.
Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS kita dapat mengetahui keadaantanaman, parameter tanah, informasi mengenai lingkungan tumbuh di lapang,mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman, hama dan penyakittanaman, pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk, menentukanposisi lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga dapat digunakanuntuk membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu wilayah, petapersebaran komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya.
(e) Presisi pertanian
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan.  Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.  Hal tersebut berpotensi diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan dibanding sistem produksi pertanian yang lain. PF mempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi tanaman sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar dapat diadopsi oleh petani.  PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi.
Pertanian Presisi (precision farming/PF ) merupakan informasi dan teknologi padasistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelolainformasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkankeuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisitanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop management (SSCM ). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring) seringkalimenjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau program PF. Data hasiltanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan tanaman secara presisi (precision crop management system).
PF  diprediksi pada geo-referencing, yaitupenandaan koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi. Dengan global postioning system (GPS ) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapaobjek atau titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaranumumnya adalah 1 sampai 3 meter. GPS  adalah sistem navigasi berdasarkan satelityang dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPStelah terbukti menjadi pilihan dalam postioning system untuk  PF. Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS (differential global postiong system). Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correctionantenna, dan computer/monitor interface.
PF sebagai teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar Indonesia perlu segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan perlakuan yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi dan mengurangi dampak lingkungan.  Maksud tersebut dapat dicapai dengan PF melalui kegiatan pembuatan peta hasil (yield map), peta tanah (soil map), peta pertumbuhan (growth map), peta informasi lahan (field information map), penentuan laju aplikasi (variable rate application), pembuatan yield sensor, pembuatan variable rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta tanah, peta pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field information map) sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi yaitu dengan diperolehnya variable rate application.  Pelaksanaan kegiatan ini akan lebih cepat dan akurat apabila sudah tersedia variable rate applicator.
PF diprediksi pada geo-referencing, yaitu penandaan koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi.  Dengan global postioning system (GPS) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya adalah 1 sampai 3 meter.  GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika  Serikat.  GPS telah  terbukti  menjadi  pilihan  dalam  postioning  system untuk PF.  Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS (differential global postiong system).  Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correction antenna, dan computer/monitor interface.
(f) Pengelolaan sumberdaya air
GIS bukan sebuah sistem yang mampu membuat keputusan secara otomatis. GIS hanya sebuah sarana untuk mengambil data, menganalisanya, dari kumpulan data berbasis pemetaan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Teknologi GIS irigasi dapat membantu berbagai kegiatan pekerjaan seperti keputusan luas tanam aman berdasarkan informasi debit, membantu memecahkan masalah yang berkatan dengan kekeringan, atau keputusan tentang lokasi jaringan irigasi mana yang perlu direhabilitasi. GIS juga bisa digunakan untuk membantu meraih keputusan mengenai lokasi bendung baru yang memiliki sedikit mungkin dampak lingkungan atau minimal dalam pembebasan lahan pemukiman, berada di lokasi yang memilki resiko paling sedikit, dan berada pada posisi topografi yang optimal untuk mengairi arel yang paling luas.
Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang,  Malaysia Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. Tujuanpembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System)adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktifitaslahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalamhal ini wilayah yang dilalui saluran irigasi. Kemampuan sistem RIMS yangmenggunakan teknologi GIS dapat mengembangkan manajemen air dengan baik.Sistem RIMS diterapkan di wilayah irigasi Tanjung Karang, Malaysia.
Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu dipelukan informasi yang memadai yang bisa digunakan oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi spasial yang sedang berkembang saat ini. Sebagaian besar aplikasi SIG untuk pengelolaan sumberdaya air masih sangat kurang di negara Indonesia meskipun perkembangan SIG sudah maju pesat di negara-negara lain. Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan terpadu mulai dari sumber air sampai dengan pemanfaatannya. Informasi secara spasial akan sangat membantu pada proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya air.
(g) Kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area prioritas danhotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi SIG untuk ini,baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutantropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. SIGmerupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalamhal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan analisaspasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim berkembangpesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basisdata spasial akansemakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitandengan pengelolaan hutan. Beberapa basisdata global yang mencakup area hutantropis sudah tersedia, yaitu meliputi basisdata topografi, hutan tropis basah, iklimglobal, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.




3.     Penjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, padasistem pertanian yang bagaimana penerapkan GIS tersebut dilakukan, macam data spatialapa saja yang dibutuhkan dalam menyusun contoh tersebut, bagaimana manfaatpenerapan GIS tersebut dalam menjalankan sistem pertanian.
ü  Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan,survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah dilaboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengankebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisaberupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harusada input kebutuhan yang diinginkan user.
ü  Komponen SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam limakomponen utama, yaitu:
o Perangkat keras (Hardware)
o Perangkat lunak (Software)
o Pemakai (User)
o Data
o Metode
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
a.       Data spasial
Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yangmenyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaanbumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambardengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) ataudalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
b.      Data non-spasial
Data non-spasial disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkankeadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yangditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari SistemInformasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainanpeta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0.MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis danpemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsisebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi,menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
ü  Pemanfaatan Aplikasi GIS di Bidang Pertanian
Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terusberkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terusdilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama diIndonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalamdunia pertanian.Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information System,dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa menyebutnyaSIG atau Sistem Informasi Geografi. SIG adalah suatu sistem informasi yangdirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinatgeografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengankemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial)bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secaracepat. Misalnya dalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang diakibatkantsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. Pencitraan jarak jauh lewat satelitdapat memberitakan secara cepat perbedaan ujung utara pulau Sumatera itusebelum dan sesudah terjadinya tsunami.Secara garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam bidang pertanian adalahmencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian,perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan sebagainya.Yang dapat dibantu GIS untuk dunia pertanian adalah:
a.       Mengelola Produksi TanamanGIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumber daya pertanian danperkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air.Kita dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen,mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secaratahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan,penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.
b.      Mengelola Sistem IrigasiKita dapat menggunakan GIS untuk membantu memantau dan mengendalikanirigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitassistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalamsistem.
c.       Perencanaan dan riwayat sumber daya kehutananPerencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengansistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasionalsistem-sistem. ArcView, aplikasi untuk GIS penggunaan GIS ini biasanyadengan aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umumdipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibatbencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam duniapertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-matasoftware atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan daripekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan,pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system  dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulangpengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.

4.     Uraian bagaimana peluang masing-masing contoh tersebut diterapkan di salah satu sistempertanian di Indonesia menuju penerapan pertanian berlanjut.

Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalammendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepadamasyarakat. Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
1.      Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikandukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
2.      Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikanpeningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalambentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry telematika.
3.      Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melaluipengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan areaseluruh wilayah nusantara.
Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT(Information and Communication Technologi), bukan hanya monopoli kalangan pengusahabesar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatanmasyarakat lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT diyakiniberperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasidan komunikasikhususnya dalam mendukung pembangunanpertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
1.      Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
2.       Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
*           Meningkatkanpeluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya;
*           Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta
*           Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatanidanmerelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah produksiyang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3.       Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan danpemanfaatan informasipertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembanganpertanian lahan marjinal.
4.       Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneousknowledge)yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukungpengembangan pertanian lahanmarjinal.



5.     Pembahasan Umum dan Kesimpulan
Pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isupentingstrategis yang universal diperbincangkan dewasa ini. Dalam menghadapiera globalisasipembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruhpesatnyaperkembangan iptek termasuk perkembangan di bidang teknologiinformasi dankomunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanianakan menuju pada pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu relevan,yang dapat memberikan informasi yang tepat kepadapetani dalam proses pengambilankeputusan berusahatani untuk meningkatkanproduktivitasnya. TIK dapat memperbaikiaksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi, trenkonsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka.Informasi pemasaran,praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit danhamatanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan hargapasarinput maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi produksisecara ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Pemberitaan Penulisan Jurnal dan Popular. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Agroklimat. Bogor. p: 65-72
Burrough, PA; McDonell, R.; Principles of Geographical Information Systems . Oxford, London, Routledge
Martin, D. (1995). Geographic Information Systems: Socioeconomic Applications.
Murai, Sunji (2000) Lecture Notes; Caravan Workshop on GIS, RS and GPS data Utilization, Bandung 16-22 Oxford University Press, 1998
Radite, P.A.S., M Umeda, M. Iida, M. Khilael, 2000.   Application of variable rate technology for granularfertilizer on rice cultivation.CIGR paper No.R3109. The XIV Memorial CIGR World Congress 2000, Tsukuba, Japan., Nov.28-Dec 01, 2000
Senawi. 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


FAHMI

1 comment:

  1. Wah bagus sekali artikel mengenai GIS untuk mendukung kegiatan pertanian.Aplikasi GIS di bidang pertanian sangat dibuhkan guna mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan memuaskan mengingat di Indonesia banyak masyarakat yang bertani.Terima kasih atas artikelnya..
    Jangan lupa kunjungi website saya
    http://zailun.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/

    dan website kampus saya
    http://www.atmaluhur.ac.id

    ReplyDelete

Instagram