PENGANTAR
USAHATANI
” Manajemen Usahatani (Farming
Management) “
Oleh
:
Kelas H
FINA LUTFIYANAH 105040201111090
M. GURUH ARIF ZULFAHMI 105040201111091
HADI PURNOMO 105040201111092
HAFIDZ YUDHA T. 105040201111093
HIMATIN PRAMITASARI 105040201111094
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
untuk memenuhi tugas Usaha Tani yang berjudul “ Manajemen Usahatani ”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita
menuju jalan kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berusaha membantu hingga terselesaikannya penulisan
makalah ini. Semoga semua bantuan tersebut dapat dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memperluas wawasan bagi penulis khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan
makalah ini.
Malang,
30 September 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertanian dalam
pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk
kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai
kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan
jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.Usaha
pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang
setengah liar atau liar (hutan).
Peternakan menggunakan
subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki
subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu
usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan
efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan
mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi
bagian dalam usaha pertanian. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah
kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya,
pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran.
Apabila seorang petani
memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai
keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive
farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal
sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan
pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial
yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture).
Pertanian
berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek
kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai
faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial. Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen
dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain
keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian
masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk
pertanian subsisten, yaitu hanya
dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri
atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha,
pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas
ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa
tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat
mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih
tetap demikian.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah
1.
Pentingnya
Manajemen Usahatani.
2.
Kondisi
Petani.
3.
Penerapan
Manajemen Usahatani.
4.
Peningkatan
Kemampuan Manajemen Usahatani.
5.
Peningkatan
Nilai Tambah.
6.
Pengembangan
Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usahatani (Farming)
Pertanian
adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami
orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (bahasa Inggris: crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising),
meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar
penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Sejarah Indonesia sejak masa
kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya
menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu
pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari
ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga
dipelajari dalam pertanian. Usaha tani
(farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi
mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani
tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock)
secara khusus disebut sebagai peternak.
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
menggunakan sumberdaya organisasi. Dalam perkembangan jaman, manajemen
mutlak diperlukan untuk melaksanakan semua jenis usaha, tidak terkecuali suatu
usahatani dengan skala kecil sekalipun.
Manajemen
adalah suatu seni, dimana setiap orang akan memiliki suatu hasil yang berbeda
dengan mengelola suatu usaha yang sama. Demikian pula dalam usahatani, dengan
modal dan hamparan lahan yang relatif sama dan berdekatan serta kondisi iklim
yang sama, suatu usahatani yang dikelola orang yang berbeda akan dapat
mendatangkan hasil yang berbeda. Hal ini terjadi karena pola pemikiran
seseorang dalam mengambil keputusan dan mengelola usaha tidak pernah sama antara
orang per orang. Dan dalam usahatani kemungkinan seseorang mengembangkan
kreatifitasnya dalam mengelola, adalah sangat besar.
2.1
Pentingnya Manajemen Usahatani
Keberhasilan suatu
usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang dijalankan dalam
usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Beberapa hal yang membedakan
manajemen usahatani dengan manajemen usaha yang lain antar lain adalah :
a.
Keanekaragaman jenis tanaman yang sangat
besar dalam sektor pertanian
b.
Besarnya jumlah petani
c.
Keanekaragaman skala usaha di bidang
pertanian
Suatu usaha tani dimungkinkan dilaksanakan
mulai dari skala yang sangat kecil (buruh tani) hingga ke skala perkebunan
sangat besar.
Falsafah hidup tradisional secara umum masih
melekat dalam diri petani
d.
Kecenderungan berorientasi keluarga dan
masyarakat sekitar saja
e.
Usahatani sangat berkaitan dengan gejala alam
f.
Kareakteristik produk pertanian yang musiman,
mudah rusak dan tidak tahan lama
g.
Produk pertanian selalu dibutuhkan sebagai
bahan pangan masyarakat yang harus selalu cukup tersedia
Hal–hal tersebut di
atas menjadikan manajemen usahatani memerlukan penanganan yang berbeda
dibandingkan dengan penanganan usaha lain di luar sektor pertanian. Manajemen
akan terlaksana dengan baik dengan memperhatikan unsur-unsur yang terkait,
yaitu : (1) Manusia yang melaksanakan manajemen ; (2) Seni untuk menjalankan
manajemen ; (3) Keberhasilan.
Modernisasi
dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan
berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh
sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan
dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi
pasar, serta pemupukan modal/investasi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
mendorong peran serta petani dalam penyediaan modal/investasi untuk
pengembangan usahatani antara lain: (1) Memberikan penyuluhan/informasi ; (2) Insentif
dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber permodalan dan
sumber daya lainnya secara optimal.
Kondisi Petani
Usahatani
di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga pendapatan yang
diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di Jatim
(Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-Mojokerto), umumnya
juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan yang sempit. Untuk
menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap bekerja di sektor jasa dan
industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam selesai atau waktu
tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja di luar
usahatani.
a.
Inovasi Teknologi
Melalui inovasi
teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan dapat terdongkrak,
komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat diciptakan. Akan tetapi,
teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi
tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan
pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi
semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat meninggalkan
usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan hasil yang
memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu. Setelah tanam
dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang lain
untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada saat panen.
Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di lahan
(menunggui), maka manajemen usaha kelompok secara bertahap harus dirubah, yaitu
dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini memungkinkan anggota kelompok
tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih manfaat lagi jika teknologi yang
tersedia dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani.
b.
Manajemen usaha yang dilakukan
kelompok
Manajemen yang selama
ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu manajemen yang mengharuskan
petani selalu menungggui dan mengerjakan usahataninya sendiri mulai dari hulu
sampai hilir. Ada alternatif manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain
tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil. Manajemen usaha yang dimaksud adalah
manajemen kooperatif dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif
karena punya beberapa kelebihan, yaitu:
1.
Pengambilan
keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga usahatani tanggap
terhadap perubahan pasar dan harga.
2.
Pengelolaan
lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer dibantu
tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
3.
Mobilisasi
sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah, karena sumber daya
dikelola oleh tim manajer.
4.
Pembagian
keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal sebagai saham
anggota, berdasarkan perjanjian.
Manajemen
seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan (agropilitan) atau
masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor jasa dan industri. Kelompok
tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara perlahan-lahan sebaiknya
dapat memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih fokus pada faktor pengambilan
keputusan usaha, pengelolaan sumber daya dan pembagian keuntungan. Manajemen
secara bertahap dirubah dari konvensional, ke kooperatif dan akhirnya
korporasi. Saat ini masih banyak kelompok tani yang anggotanya merangkap kerja
dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen yang diterapkan kelompok tani masih
konvensional, sehingga hasilnya tidak masksimal.
c.
Metode penyuluhan
Metode penyuluhan
juga harus diubah disesuaikan pola manajemen modal yang diterapkan kelompok.
Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan personal, pendekatan kelompok
dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi dititik beratkan [pada
pendekatan missal dan kelompok karena pendektan personal terlalu mahal. Dengan
penerapn manajemen koperasi maka metode pendekatan penyuluhan difokuskan pada
pendekatan personal. Tim mnajer yang hanya terdiri dri beberapa orang merupkan
target penyuluhan.kebutuhan materi pelatihan bgi anggot kelompok diganti dengan
kebutuhan materi pelatihan bagi tim manajer. Materi pelatihn bagi tim
difokuskan pada masalah manajemen , seperti pemasaran, analisis keuangan, pengambilan
keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain.
(Nugroho Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan
sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya keterbatasan sumber daya petani.
Dengan kelompok koperasi, maka teknologi dapat lebih mudah diadopsi. Teknologi
yang disosialisasikan bisa mulai dari yang mudah diapliklasikan sampai canggih,
karena yang menerapkan teknologi adalah tim manajer, bukan anggota kelompok
tani.
Teknologi pertanian
organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi persilangan untuk memproduksi
benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada kelompok tani, mungkin akan
lebih mudah diajarkan pada kelompok dengan manajemen korponasi. Kesulitan utama
menerapkan manajemen korporasi bukan pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga,
modal), tetapi lebih pada faktor psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota
kelompok) untuk mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan
dalam program revitalisasi yang harus disempurnakan, antara lain seperti
kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan,
tetapi untuk teknologi, manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai
dirintis dari sekarang. Membuat rekayasa dan sinkronisasi ketiga unsur tersebut
cukup dilakukan oleh penyuluh yang dapat memotivasi dan diterima di kelompok
binaannya.
2.3 Peningkatan
Kemampuan Manajemen Usaha Tani
Peningkatan
produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan meningkatkan mutu
intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutn dan efisien guna meningkatkan
daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. Peningkatan
produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan teknologi maju dan alsin
pertanian.
Untuk
meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun perluasan
areal tanam diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi yang
diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi
dan berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan mencakup mulai dari
teknologi pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan
hasil dengan fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan
berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil.
Peningkatan Nilai Tambah
Upaya
pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi petani perlu terus
ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya bukan hanya dalam
bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya antara lain:
a.
Penerapan
teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b.
Penyebarluasan
teknologi pengolahan hasil
c.
Pemasyarakatan
penerapan standart mutu
d.
Pemanfaatan
peluang kredit
Sedangkan
pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan diarahkan untuk
menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan
produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan pemasaran hasil,
melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut : (1) Peningkatan fasilitas
penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan untuk menciptakan iklim
yang kondusif dan berusahatani, (2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi
koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan pengembangan sarana dan
prasarana
Untuk
pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem pemasaran yang efisien
dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan
kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu produk, pengamanan
harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.
Pengembangan Kelembagaan
Upaya
pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik kelembagaan petani
maupun pemerintah sebagai berikut :
a) Pengembangan kelompok tani
melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya dari aspek budidayanya saja namun
juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga
dapat berkembang menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi maupun unit
usaha kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.
b) Peningkatan kualitas SDM,
bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan mengembangkan pola
kemitran.
c) Pengembangan usaha Pelayanan
Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap petugas,
manajer, operator, dan petani melalui peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama
dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan.
d) Penguatan lembaga pemerintah
seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun Brigade proteksi sehingga dapat
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama petani melalui upaya
peningkatan profesionalisme terus operasional dan admisnistrasi, serta
peningkatan kerja sama antar petugas lapangan dan intansi terkait melalui forum
konsultasi dan konsolidasi.
Penyuluhan
pertanian sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani. Akan tetapi penyuluhan
pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-akhir ini terlihat
lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan sehigga
kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.
Revitalisasi
penyuluhan terutama diperlukan dalam hal pemasyarakatan teknologi dan manajemen
produksi, serta fasilitas aksesibilitas petani terhadap pasar, permodalan,
informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar penyuluhan dapat efektif
mendukung program pembangunan usahatani diperlukan upaya-upaya koordinasi dan
sinkronisasi, sosialisasi program pembangunan usahtani, serta mengisi materi
penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program pembangunan usahatani.
2.4 Pelaksanaan manajemen
usahatani untuk hasil yang maksimal
Dalam
suatu manajemen usahatani yang di jalankan agar dapat memperoleh hasil yang
maksimal mengingat resiko yang sangat besar dalam bidang pertanian,maka harus
memperhatiakan beberapa hal yang sangat penting dan berkaitan erat dengan pelaksanaan
manajemen. Hal tersebut antara lain:
1.
Penerapan Management usaha
tani
a.
perencanaan
Perencanaan usahatani disusun
berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-faktor tetap yang menentukan(jumlah
uang yang tersedia, Konsumsi atau komersial, jumlah tenaga yang tersedia,tanah
dan iklim). Manusia tidak dapat berbuat banyak terhadap tanah dan iklim
sehingga langkah dalam pendekatan sebagai berikut :
Ø Mengklasifikasikan tanah. berapa
bagian yg ditanami padi, kedelai, ternak, ikan dan lain lain.
Ø Menyususun rencana tanaman
dengan syarat :
-
Dapat
menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
-
Saling
mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan penggunaan alat alat
pertanian dan tenaga kerja.
-
Menggunakan
tenaga kerja keluarga dengan efesien.
-
Permintaan
pasar bagi usahatani yang bertujuan menjual hasilnya kepasar.
-
Perencanaan
ternak
ternak
dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan berkadar protein tinggi melalui
hasilnya yg berupa daging,susu,telur dqn lain lain. Ternak dapat berfungsi
sebagai tenaga kerja.
Ø Perencanaan tenaga kerja dan alat
alat pertanian .Pada waktu waktu kapan tenaga kerja dan alat alat pertanian
banyak/sering atau kurang diperlukan.Untuk usahatani yg luas,lebih mudah
mengkombinasikan tenaga kerja dan alat alat pertanian.
Ø Perencanaan biaya
Anggaran/
biaya usahatani terdiri dari taksiran pengeluaran total dan taksiran penerimaan
total yg disusun untuk jangka waktu pendek atau panjang. Tujuan anggaran/biaya :
-
Memberikan
dasar dasar untuk perbaikan usahatani.
-
Berfungsi
sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha.
-
Perencanaan
dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota,rencana usaha kelompok dan
rencana usaha bersama.
2.
Pengaturan
Pada umumnya
petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko usahataninya yaitu dengan jalan
mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari satu macam. Tanaman dan berbagai
jenis ternak seperti sapi, unggas dan sebagainya. Hal ini memperbaiki
pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun. Keuntungan lain
adalah perbaikan tanah,pencegahan hama dan penyakit dan sebagainya. Untuk
membantu setiap petani dalam rangka pengaturan gunakan langkah langkah sebagai
berikut :
a.
Teliti
kondisi usaha tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tanaman yang bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara
cara pengusahaan ternak.
b.
Variasi
dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja. Beberapa
tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk
ditanam bersama sama dan beberapa bersifat untuk
ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg digunakan untuk usaha baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini
dapat untukmembandingkan keuntungan dari
berbagaimacam kombinasi tanaman.
c.
Perubahan
dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga
kerja memperhatikan kesibukan kesibukan masyarakat,
seperti perbaikan irigasi, drainase, dan sebagainya. Perubahan factor tata niaga, harga dan lainnya.
d.
Analisa
data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/ gapoktan diharuskan mempunyai catatan input output.
e.
Pembagian
tugas dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi kelompok/ gapoktan
perlu dibuatkan seksi seksi, sekertaris dan bendahara. Seksi bertugas dalam menjalankan salah satu
kegiatan dari kelompok/ gabungan kelompok seperti
seksi pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan fungsi
administrasi kelompok dan bendahara bertugas
menjalankan pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi
dan pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
3. Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam
usahataninya memimpin pelaksanaan kegiatan untuk usahataninya dibantu oleh
keluarga dan tenaga kerja dari keluarga. Sebagai seorang manager menggerakkan
tenaga memperlancar proses produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh
pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut. Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai
manager dalam kelompoknya memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan
dibantu oleh seluruh pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris
mencatat kegiatan administrasi dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan
pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi
penyimpangan atau gangguan seperti serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan
pertemuan kelompok/ gapoktan untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam
pengambilan keputusan pilihan yang dipilih adalah alternative yang dapat
memberikan keuntungan yang paling menyenangkan sesuai dengan input yang
tersedia serta kemungkinan resiko yg timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali
keputusan diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap
dengan resiko yang timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu,maka keputusan
yang diambil diharapkan akan membuahkan keberuntungan.
4.
Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat
apakah dari rencana yg telah dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran
sasaran yang telah dibuat atau belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa
terjadi penyimpangan tersebut, apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat
dikontrol dalam proses produksi. Di dalam control perlu diciptakan system
control yang tetap, ajeg
terhadap rencana yg dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap
kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang
direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system
manajemen yang benar selalu ada umpan balik dari control kearah rencana yg
telah dipilih berdasarkan informasi informasi baru. Pencatatan data dalam suatu
pembukuaan adalah salah satu system control yg perlu dilaksanakan untuk dipakai
sebagaai umpan balik yg berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat
diibaratkan seperti kapal tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus
dilaksanakan agar usahatani dapat berhasil dengaan baik.
2.5 Faktor
Sosial Dan Komunikasi Petani Dalam Berusahatani
Di dalam
klasifikasi usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola usahatani, tipe
usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak usahatani. Dalam
modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya karena sangat erat
hubungannya dengan faktor dan peran sosial yang dihadapi oleh seorang petani.
Corak usahatani diukur berdasarkan kriteria antara lain :
a.
Nilai umum (sikap dan motivasi),
b.
Tujuan produksi,
c.
Pengambilan keputusan,
d.
Tingkat teknologi
serta derajat komersialisasi dari produksi dan input usahataninya,
e.
Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan,
f.
Pendayagunaan lembaga,
g.
Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani serta
tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi.
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani
adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani tentang corak
usahatani, bagaimana petani memilih kombinasi pembudidayaan tanaman dengan
ternak, teknik
dan strategi apa yang harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam
berusahatai, petani tidak sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani
ataupun penyuluh bahkan referensi kelompok untuk menetapkan pilihan. Petani
juga makhluk sosial, sehingga petani perlu berinteraksi sosial, untuk
mendapatkan pengetahuan dan tambahan ketrampilan. Dengan interaksi sosial, maka berlangsunglah proses
sosialisasi. Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui bagaimana kita
berfikir, berperasaan dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara
efektif dalam masyarakat. Proses interaksi sosial memerlukan komunikasi baik
itu lisan maupun tertulis.
Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses
komunikasi primer yaitu secara langsung tanpa bantuan alat, dengan bahasa,
gerakan yang diberi arti khusus, aba-aba, dan sebagainya, bisa proses
komunikasi sekunder, berlaku dengan menggunakan alat agar dapat melipatgandakan
jumlah penerima pesan / amanat, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan
geografis (lewat radio, televisi) serta hambatan waktu (lewat buku, telepon,
radio). Suatu jaringan komunikasi baik tradisional maupun modern sangatlah
penting di tingkat petani berkaitan dengan aktifitas berusahataninya secara
pribadi, kelompok maupun komunikasi sosial budaya.
Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat
pertanian, interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani
tersebut. Dengan berbagai topik, keluarga, ekonomi, kegiatan usahatani,
tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga dan masyarakat tani, petani
berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu formal maupun non formal, dengan
tujuan yang berkaitan dengan peningkatan sosial ekonomi keluarga petani.
BAB III
PEMBAHASAN
(Manajemen Usahatani Padi)
3.1.Varietas Dan
Kebutuhan Benin
Pergiliran varietas harus dilaksanakan guna memperpanjang sifat
ketahanan suatu varietas atas serangan hama dan penyakit tertentu. Hama dan
penyakit utama seperti wereng coklat, virus tungro, bakteri hawar daun atau
kresek ( Xanthomonas capetris sp ) dan bias ( Pyricularia oryzae) dikendalikan
dengan penerapan pergiliran varietas. Beberapa hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam memilih varietas di wilayah hamparan tertentu :
a. Varietas umur
sedang 120 hari - 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.
b. Benih bermutu
baik dengan daya tumbuh > 90"/>, campuran varietas lain (cvl) kurang
dari 1%. Benih berasal dari produsen yang dapat dipercaya.
c. Kebutuhan benih
30 - 35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo 35 - 40 kg/ha.
d. Di daerah
endemis serangan penyakit tungro dapat dipilih varietas Memberamo, IR-66, dan
IR-74.
e. Di daerah
endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas : Memberamo, Digul,
Barumun, Way Apo Buru, Widas dan Ketonggo (ketan).
f. Di daerah
endemis penyakit hawar daun bakteri dianjurkan menggunakan varietas : Way Apo
Buru, Krueng Aceh, Memberamo, Cilosari, Cibodas, Maros dan Widas.
g. Memberamo lebih
sesuai ditanam pada musim hujan II (MH II) atau musim gadu (MK I). Bila
terpaksa ditanam pada musim hujan, dosis N yang dianjurkan adalah 200 kg Urea
dengan pengairan berkala atau terputus-putus.
h. Untuk daerah
yang tidak terjadi masalah serangan hama dan penyakit varietas yang dipilih :
IR-64, Way Apo Buru dan Widas pada MH, pada MK71 varietas Memberamo, Widas/Way
Apo Buru.
i. Sawah tadah
hujan dapat ditanam varietas Grata, Way Rarem, Towuti, IR-64 dan IR-36.
3.2. Pesemaian
Dan Bibit
Yang harus
diperhatikan dalam membuat pesemaian agar diperoleh bibit yang sehat/kuat
antara lain yaitu:
a) Untuk setiap 1
hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan seluas 5% (1/20-nya).
b)
Pesemaian dibuat pada area yang mudah di airi, dan tidak di area bekas serangan
tungro dan penggerek batang.
c)
Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng
dan penggerek batang.
d)
Benih di rendam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.
e)
Untuk daerah endemis serangan wereng coklat, benih sebaiknya
diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum
disemaikan.
f)
Pemupukan pesemaian dengan 10 kg Urea + 5 kg SP-36 + KCi 3 kg setiap 500
m2 diberikan 5 hari setelah tabur benih.
g)
Untuk mencegah serangan wereng coklat, benih dicampur dulu dengan insektisida
fipronil (Regent 50 SC).
h)
Pencegahan serangan penggerek batang dan tungro, pesemaian disemprot dengan
penaburan insektisida karbofuran 20 gr/10 m2 atau insektisida lain bila dijumpai
serangga penular.
i)
Bibit dipindahkan pada umur 25 - 28 hari.
j)
Penanaman pada lahan yang P" > 6,5 atau diperkirakan kahat Zn,
bibit sebelum ditanam supaya dicelup dalam larutan 2% Zn S04 selama 2 menit.
k)
Bibit yang menunjukkan gejala penyakit tungro (warna daun kuning
kemerahan dan kaku) atau adanya gejala ganjur tidak ditanam.
3.3. Pengolahan
Lahan
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan media tumbuh yang baik bagi
tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Anjuran pengolahan
tanah sebagai berikut:
a) Dianjukan
menambah 2-5 ton/ha bahan organik (pupuk kandang / kompos ) diberikan sebelum
pengolahan tanah I, terutama pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah.
b) Tanah berat
dibajak dua kali, arah bajakan membentuk garis silang tegak lurus, kedalaman
bajak 15 - 20 cm. Tanah ringan pembajakan dilakukan satu kali dan digaru satu
kali pada kedalaman sekitar 25 cm.
c) Untuk
melumpurkan dan meratakan tanah, tanah dirotari dan di "gelebek" satu
atau dua kali. Bila tidak terdapat rotari bisa dicangkul atau dilakukan penggaruan.
d) Gulma dan sisa
tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
e) Untuk
keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah pertama
hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.
3.4. Penanaman
Penanaman dapat
dilakukan dengan sistem pindah biasa atau JAJAR LEGOWO
a) Saat tanam
diupayakan seserempak mungkin, dalam suatu hamparan seluas + 50 ha diusahakan
selesai sekitar 10 hari.
b)
Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau
"blak" yang telah ditentukan jarak tanamnya.
c) Jarak tanam :
- Tapi biasa : 18cm x 18cm ; 20cm x
18cm ; 20cm x 20cm, 2-3 bibit/rumpus.
- Jajar legowo : 40 cm x ( 20 cm x 10
cm ), jarak antar barisan berselang
-seling 40cm dan 20cm, jarak dalam
barisan l0cm, 2-3 bibit/ rumpus.
3.5. Penyiangan
a) Penyiangan
secara manual atau menggunakan "osrok"/ landak.
b)
Penyiangan dapat dilakukan secara kombinasi dengan herbisida dan tangan,
dengan teknik sebagai berikut:
ü Penyemprotan
herbisida purna tumbuh pada umur±15 hari, dosis 2 – 3 It/ha atau menurut
petunjuk. Contoh herbisida Saturn-D, Ally, Rumpass, Agroxon, Ronstar dll.
ü Penyiangan pada
umur _+ 30 hari bisa menggunakan tangan atau "osrok".
3.6. Pemupukan
a) Dosis pupuk Urea
250-300 kg/ha, diberikan 2 kali umur 1/2 dosis pada 8-14 hari setelah tanam
(HST) dan ½ dosis pada saat primordia (45 hst). Pada tanah porus Urea diberikan
tiga kali yaitu pada umur ± 15 hst, + 28 hst dan 42 hst, masing-masing 1/3
dosis Urea.
b)
Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu
dosis SP-36 50-100 kg dan KCI 50-75 kg/ha.
c)
Saat ini di pasar bebas telah beredar pupuk alternatif, selain pupuk
standar seperti Urea, SP-36 dan KCI.
d)
Lebih jelasnya dosis pemupukan N, P dan K maupun pupuk alternatif
tanaman padi dapat di konsultasikan dengan PPL/BPP setempat.
3.7. Pengairan
a) Usahakan
pengelolaan air seefisien mungkin, agar penggunaan air lebih hemat sehingga
areal yang diairi lebih luas.
b) Sistem pengairan
terputus (diairi 4-6 hari sekali) memberikan hasil yang sama dengan pengairan
tergenang terus menerus dan dapat menekan populasi hama dan penyakit.
3.8.
Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit utama tanaman padi seperti tikus, wereng, penggerek batang
dan penyakit tungro, sbb:
a. Pengendalian
tikus
1. Pengendalian
tikus dengan bubu dilakukan seawal mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah
sampai panen. Pemasangan bubu dipesemaian maupun dipertanaman merupakan salah
satu cara menekan populasi tikus.
2. Pengendalian
dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut ( sangat beracun,
membunuh tikus dengan cepat3.
3. Pengumpanan
dengan racun akut efektif dilakukan pada saat bera menjelang musim hujan, pada
saat itu sumber makanan tidak tersedia.
4. Saat pertumbuhan
vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak ± 50 m antar lokasi umpan.
5. Pada fase
bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.
6. Saat padi berbunga
hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan dengan asap
belerang atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase
ini tidak efektif, karena sumber makanan melimpah.
b. Pengendalian
Werenf Coklat
1.
Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari
3 minggu.
2.
Laksanakan pergiliran varietas.
3.
Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya,
selingi dengan palawija.
4.
Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat.
5.
Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk. K (KCI) dapat mengurangi
keparahan akibat serangan hama wereng.
6.
Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3 - 4 hari. Segera setelah panen
tunggul jerami di bakar dan di bajak.
7.
Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman
berumur kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur
lebih dari 40 hari. Tanaman disemprot dengan insektisida seperti Applaud,
Regent 50 SC, Confidor 5 WP, atau Winder 25 WP.
c. Penyakit Tungro
1.
Segera setelah panen tanah dibajak agar singgan tidak tumbuh. Tanam seawal
mungkin secara serempak.
2.
Pergiliran tanaman padi - padi - palawija.
3.
Gunakan varietas tahan tungro seperti Mamberamo, IR-66, dan IR-74.
4.
Mencabut tanaman yang terserang.
5.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan sejak di pesemaian dengan insektisida
karbofuran (Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.
d. Penggerek Batang.
1.
Sampai saat ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang.
Lakukan tanam serempak.
2.
Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar.
3.
Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan
akibat serangan penggerek batang.
4.
Segera setelah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.
3.9. Pasca Panen
dan Penjualan Hasil
Penanganan pasca panen seperti cara perontokan, cara dan alat
pengeringan masih dilaksanakan secara konvesional, perontokan 60 – 100 persen
secara manual (digebot), pengeringan 20-60 persen pada lantai bata
merah. Sehingga diduga kehilangan produksi yang terjadi relatif masih tinggi. Perlakuan
tersebut juga terkait erat dengan sistim penjualan hasil, pada lokasi contoh sebagian
besar kelompok tani contoh menjual gabahnya dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP)(93-100
persen). Juga penjualan gabah dilakukan kepada tengkulak (67-100 persen), kecuali
pada petani bukan kelompok ada 6,6 persen yang menjual gabah kepada KUD, itupun
dalam jumlah yang sangat sedikit. Bahkan sekitar 10 persen dari petani yang
diteliti melakukan sistim penjualan hasil dengan cara ”tebasan”, salah satu
pertimbangan mereka adalah untuk menghemat biaya panen (bawon) yang bisa
mencapai antara 8-12 persen dari total nilai produksi.
Pada petani bukan kelompok masih terdapat petani yang menyimpan di
gudang gabah khusus (13,3 persen), dan yang menyimpan dalam karung relatif
lebih tinggi dibanding dua kelompok lainnya (40 persen). Hal ini di samping
karena lokasi kelompok ini lebih jauh dari aksesibilitas jalan (remote),
sehingga penawaran gabah para pedagang terhadap petani relatif lebih rendah,
karena pedagang harus memperhitungkan biaya angkut, sehingga petani pada kelompok
ini lebih senang menyimpan gabah dan hal ini sudah terbiasa sejak lama, juga
pola pikir petani untuk selalu ingin menjual gabah lebih sedikit dibanding
dengan dua kelompok yang sudah lebih maju.
a. Analisis
Produktivitas
Analisis produktivitas
usahatani padi dari dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu
produktivitas parsial (produksi per hektar) dan produktivitas faktor total
dengan ukuran angka indeks TFP (Total Factor Productivity). Produktifitas total
faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai
satu kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara
keseluruhan (output agregat) ( Chamber, 1988).
Dalam membandingkan produktivitas
total faktor produksi dasar pembandinya adalah adalah usahatani padi yang
menerapkan pertanian konvensional. Dalam studi TFP empiris, formula yang sering
digunakan untuk membandingkan produktivitas faktor total (PFT) digunakan indeks
Fisher dengan menggunakan Program TFPIP Versi 1.0.
b.
Analisis Pendapatan
Pendapatan usahatani adalah
selisih antara total penerimaan (Total Revenue) dengan biaya yang
benar-benar dibayarkan. Guna mengetahui pendapatan usahatani padi digunakan
rumus matematis sebagai berikut :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang kondusif bagi petani dalam melakukan
usahatani, maka pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi
yang dapat mengganggu sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan
sarana produksi (pupuk, benih, pestisida) maupun pasar output dan menegakan
supremasi hukun dengan tegas kepada setiap pihak yang mencoba melakukan
instabilitas sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, tampaknya suatu kondisi yang
sangat diharapkan oleh petani. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah yang
lebih bijaksana terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan.
Kebijaksanaan tidak saja hanya menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga
mengkondisikan agar sistem agribisnis pertanian menjadi kondusif, baik sejak
jaminan ketersediaan faktor input seperti pupuk, pestisida, benih, pasar
output, alat pertanian dll.
4.2 Saran
Motivasi
Terhadap Program Intensfikasi
Hampir semua petani (100 persen) menyatakan bahwa urutan pertama sumber
pengetahuan petani adalah dari petugas penyuluhan (PPL) dan urutan kedua adalah
dari sesama petani (60-93 persen) dan urutan ketiga adalah pengikuti program
pemerintah (60-80 persen). Dengan demikian dapat diartikan bahwa betapa masih
diperlukannya adanya kehadiran penyuluh bagi peningkatan penyuluhan pertanian
di pedesaan. Namun yang perlu dipertanyakan sejauh mana efektivitas penyampaian
inovasi dapat diadopsi oleh petani. Dari informasi yang diperoleh dari para
penyuluh, bahwa pada saat ini yang bersamaan dengan era reformasi petani lebih
memiliki kebebasan untuk memilih dan mengevaluasi materi yang disuluhkan.
Tetapi dengan adanya pernyataan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari
sesama petani, berati proses meniru setelah memiliki keyaninan dari inovasi
yang disuluhkan masih melekat pada diri petani. Oleh karena itu metoda
penyuluhan dengan media ”demfarm” tampaknya diperlukan kembali.
Peranan
Institusi Penunjang
Menginformasikan bahwa lembaga penunjang yang masih dirasakan menunjang
bagi petani adalah lebaga finansial kredit yaitu BRI, walaupun hanya menyatakan
sebagian petani 13-40 persen sebagai sumber kredit pertanian, dan 20 persen
sebagai sumber kredit non pertanian. Sedangkan KUD hanya bisa dirasakan oleh
petani dalam kegiatan pengadaan saprotan (6-50 persen), padahal harapan KUD
hendaknya mampu membeli produksi dengan harga yang menjamin keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012.Manajemen
usahatani (http://ekonomi.kompasiana.com/
manajemen/2012/01/11/unsur-unsur-manajemen-usaha-tani/) diakses tgl. 30 september
2012.
Anonymous, 2012. Permasalahan
SBM Tenaga kerja usahatani. (Online), (http://www.tabanankab.go.id/potensi-daerah/pertanian/362-permasalahan-dan-langkah-pemecahan-dalam-bidang-pertanian), diakses tgl 30 september
2012.
Anonymous,2012. Pengembangan
SDM dalam pertanian (Online), (http://www.pelitakarawang.com/2010/07/pengembangan-sdm-pertanian-dalam.html), diakses tgl. 27 september
2012.
Anonymouse.
Manjemen Usahatani. (Online),(http://www.go.id/ditsentp/kebijakan/ fokus-kebijakan.htm), diakses tgl. 01 Oktober
2012.
Shinta,
A. 2012. Ilmu Usahatani. Malang : Universitas Brawijaya.
Soekartawi, 1995. Analisis
Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya.
Cimanggis-Depok. Indonesia.
Butuh alat pertanian seperti arit cangkul, dll, hubungi kami
ReplyDeleteAYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
ReplyDeleteHUBUNGI KONTAK KAMI :
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
SALAM JACKPOT DARI KAMI :)
waw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian online,
ReplyDeletekunjungi balik cara ternak Kambing dan domba