MAKALAH BOTANI
“EKOLOGI POPULASI DAN EKOSISTEM”
Disusun Oleh:
Muhammad Guruh
Arif Zulfahmi
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan, taufiq serta
hidayahnya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Botani yang membahas “EKOLOGI
POPULASI DAN EKOSISTEM”
Insya
Allah dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani dan agar kami juga dapat memahami lebih
jelas tentang kimia kehidupan.
Untuk itu dengan rendah hati kami
mengucapkan terima kasih kepada:
- Ibu Kusriharti, selaku Pengajar Mata Kuliah Botani.
- Dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga
dapat menambah wawasan kita semua, bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai
penyusun pada khususnya. Makalah yang kami buat memang jauh dari sempurna, maka
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
Malang, 16 Desember 2010
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Ekosistem dapat dikenal
dalam ekologi. Ekologi berasal dari kata oikos artinya rumah dan secara luas
berarti rumah tangga alam dan dari kata logos yang definisinya adalah ilmu.
Jadi ekologi adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari segala sesuatu
tentang rumah tangga alam atau ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Kesatuan antara komunitas dengan
lingkungan abiotiknya disebut ekosistem. Halaman rumah, akuarium, kebun dan
kolam merupakan ekosistem kecil sedangkan gurun dan hutan merupakan ekosistem
besar. Ekosistem besar terdiri atas beberaa ekosistem kecil dan setiap ekosistem
kecil terdiri atas beberapa ekosistem yang lebih kecil lagi.
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki
banyak sekali jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang
sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amuba dan
bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup
sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain ataupun benda
mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang membutuhkan tumbuh-tumbuhan
tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di lingkungan sekitarnya dirusak maka
kijang tersebut harus berpindah atau mati kelaparan. Sebaliknya tumbuhan agar
bisa hidup juga tergantung pada binatang untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kotoran binatang, bangkai binatang maupun tumbuhan, menyediakan berbagai
nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman.
Mempelajari ekologi sangat penting, karena
masa depan kita sangat tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia.
Meskipun perubahan terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan
kita rasakan pada lingkungan di sekitar kita. Meskipun ekologi adalah cabang
dari biologi, namun seorang ahli ekologi harus menguasai ilmu lain seperti
kimia, fisika, dan ilmu komputer. Ekologi juga berhubungan dengan bidang
ilmu-ilmu tertentu seperti geologi, meteorologi, dan oseanografi, guna
mempelajari lingkungan dan hubungannya antara tanah, air, dan udara. Pendekatan
dari berbagai ilmu membantu ahli ekologi untuk memahami bagaimana lingkungan
nonhidup mempengaruhi mahkluk hidup. Hal ini juga bisa membantu untuk
memperkirakan atau meramalkan dampak dari masalah lingkungan seperti hujan asam
atau efek rumah kaca.
1.2
TUJUAN
·
Memahami maksud dari atom dan molekul dan peranannya sebagai
dasar penyusun suatu organisme
·
Mengetahui definisi senyawa organik dan anorganik serta
mampu menjelskan perbedaannya
·
Memahami apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan ikatan
kovalen non polar sera mampu menjelaskan perbedaannya
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN EKOLOGI POPULASI
2.2. PENGERTIAN EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.[1]
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.[1]
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme.[1]
Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.[1]
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama
dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.[2]
Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2]
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme,
khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan".[2]
Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali
dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.[2]
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem
ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi
dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies
tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi.[3]
Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki
toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.[1]
Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan
dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya.[1]
Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar
kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan
memanipulasi alam.
2.2 KOMPONEN PEMBENTUK EKOSISTEM
Ekosistem merupakan kesatuan dari
seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam suatu ekosisiem terdapat kesatuan
proses yang saling terkait dan mempengauhi antar semua komponen.Pada suatu
ekosistem terdapat komponen yang hidup[biotik] dan komponen tak hidup[abiotik].
1. KOMPONEN
BIOTIK
Manusia,hewan dsn tumbuhan termasuk
koomponen biotik yaang terdapat dalamsuatu ekosistem. Komponen biotik di
bedakan menjadi 3golongan yaitu ;produsen,konsumen dan dekomposer.
a.Produsen
Semua produsen
dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof.
Sebagai produsen,tumbuhan hijau mnghasilkan makanan[karbohidrat] melalui proses
potosintesis. Makanan di manfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri maupun makhluk
hidup lainnya. Dengan demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi
organisme lain,yaitu konsumen.
b.Konsumen.
Semua konsumen
tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut
heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik yang telah di bentuk oleh
produsen,atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.
Berdasarkan
jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai berikut;
a.Pemaken
tumbuhan [herbivora],nisalnyakambing,kerbau,kelini dan sapi.
b.Pemakan
daging[karnivora],misalnya harimau,burung elang,dan serigala,
c.Pemeken
tmbuhan dan daging[omnivora],misalnya ayam,itik, dan orabg hutan.
d.Pengurai
[dekomposer].
Kelompok ini
berperan penting dalam ekosistem.Jika kelompok ini tidak ada, kita akan melihat
sampah yang menggunung dan makhluk hidup yang mati tetap utuh selamanya.
Dekomposer berperan sebagai pengurai,yang menguraikan zat-zat organik[dari
bangkai] menjadi zat-zat organik penyusunnya.
2.
KOMPONEN ABIOTIK
Bagian dari
komponen abiotik adalah ;
·
Tanah.
Sifat-sifa fisik tanah yang berperan dalam
ekosistem meliputi tekstur,kematangan, dan kemapuan menahan air. Tanah dan batu. Beberapa
karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral
membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di
tanah.
·
Air.
Hal-hal
penting pada air yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu
air,kadar mineral air,salinitas,arus air,penguapan,dan kedalaman air.
Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun. –
·
Udara.
Udara merupakan lingkungan abiotik yang
berupa gas.Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup.
Oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen merupakan gas yang paling pentung bagi kehidupan
makhluk hidup.
·
Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi
utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun demikian,penyebara cahaya ddi bumi
belum merata.Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
Intensitas
dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan
yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas
cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan. –
·
Suhu atau temperatur.
Setiap
makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan
perkembangbiakannya. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan
energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya. –
·
Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam
jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim
mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
Abiotik atau
komponen tak hidup adalah komponen [fisik] dan [kimia] yang merupakan [medium]
atau [substrat] tempat berlangsungnya [kehidupan], atau [lingkungan] tempat
hidup.Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.
Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik.
B.Autotrof
Komponen [autotrof] terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya
sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan [energi] seperti sinar [matahari]
(fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan
sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil.
C.Heterotrof Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan [organik] yang disediakan [organisme] lain sebagai makanannya.
Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro [fagotrof] karena makanan yang
dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah [manusia],
[hewan], [jamur], dan[mikroba].
D.Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan [organik] yang
berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro [sapotrof]
karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap
sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana
yang dapat digunakan kembali oleh [produsen].Yang tergolong pengurai adalah
[bakteri] dan [jamur]. Ada pula pengurai yang disebut [detritivor], yaitu hewan
pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah [kutu kayu].
Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
-[anaerobik]
: oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
-[fermentasi]
: anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima
[elektron].
2.3 KEBERGANTUNGAN
Kebergantungan
pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik
dan abiotik[2].
Antar komponen biotik
- Rantai
makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui
proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofi atau
taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau
sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri
atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga,
terdiri atas hewan-hewan karnivora.
Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya,
sebagian energi akan hilang.[2]
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan
urutan tertentu disebut rantai makanan
Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi
atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau
produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen
primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
2.
Jaring- jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup
lainnya. Pada
hajikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber
materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa setiap
jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Akibat dari
semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai makanan itu akan saling
berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi
jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-jaring makanan.
Antar komponen biotik dan abiotik
Siklus ini
berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat.[2] Ulah
manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik,
manusia cenderung mengganggu keseimbangan lingkungan.[2]
2.4
Pola-Pola Interaksi
Simbiosis adalah bentuk interaksi
yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis.
Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.
Simbiosis
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a)Simbiosis
mutualisme, yaitu interaksi antara dua individu ataupun populasi yang saling
menguntungkan. Misalnya, simbiosis antara jenis jamur tertentu dan jenis alga
tertentu membentuk likenes, antara bunga dengan kupu-kupu.
b)Simbiosis parasitisme, yaitu interaksi dua individu/populasi di mana salah satu individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu yang tumbuh pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia.
c)Simbiosis komensalisme, yaitu interaksi antara individu/populasi yang satu untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak rugi. Contohnya, interaksi antara ikan remora kecil yang menempel pada ikan hiu.
b)Simbiosis parasitisme, yaitu interaksi dua individu/populasi di mana salah satu individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu yang tumbuh pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia.
c)Simbiosis komensalisme, yaitu interaksi antara individu/populasi yang satu untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak rugi. Contohnya, interaksi antara ikan remora kecil yang menempel pada ikan hiu.
2.5 TIPE-TIPE
EKOSISTEM
Tipe-tipe Ekosistem
Akuatik (air)
ekosistem
sungai
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[4] Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji.[4] Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar
pada umumnya telah beradaptasi.[4]
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan
yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar
pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara
habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat
berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme
dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen),
yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme
dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis
·
Danau
Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. |
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari.
Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis
disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari
disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang
hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di
danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut
danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput
dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti
kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari
makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan
oleh ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan
produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya= adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya= adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi
danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan.
Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari
sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau
dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan
populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang
berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi".
Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.
Habitat laut
(oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar
garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah
laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.[4] Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas
dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.[4]
- Ekosistem
estuari.
Estuari
(muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[4] Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi[1]. Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.[4] Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.[4]
Dinamakan
demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.[4] Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.[4]
Sungai adalah
suatu badan air yang mengalir ke satu arah.[4] Air sungai
dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air[4]. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.[4] Ekosistem
sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.[4] Sungai adalah suatu badan air yang
mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen
pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang
mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam
diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari
ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai
makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan
hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai
ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura
dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami
adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat
pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat
kecil yang bebas dari pusaran air.
- Ekosistem
terumbu karang.
Ekosistem
ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai.[1] Efisiensi
ekosistem ini sangat tinggi.[1] Hewan-hewan
yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.[5] Berbagai
invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan
ganggang.[5] Herbivora seperti
siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.[5] Kehadiran
terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.[1]
Kedalamannya
lebih dari 6.000 m.[5] Biasanya
terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya.[5] Sebagai
produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.[5]
- Ekosistem
lamun.
Lamun atau seagrass
adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan
laut[6]. Tumbuh‑tumbuhan
ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.[6] Seperti halnya
rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun
yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak.[6] Berbeda
dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga,
berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal
untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara.[6] Sebagai
sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.[6]
Terestrial (darat)
ekosistem
hutan hujan tropis memiliki produktivitas tinggi.
Bioma
Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
ekosistem
taiga merupakan hutan pinus dengan ciri iklim musim dingin yang panjang.
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer,
pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara
lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur.
ekosistem tundra didominasi oleh vegetasi perdu. Bioma tundra terdapat di belahan bumi
sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan
yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan
kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi
dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada
musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau
bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta
terutama nyamuk dan lalat hitam.
Penentuan
zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.[2] Ekosistem
terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan.[2] Iklim
sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada
suatu tempat tertentu.[2] Pola
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran,
atau aktivitas manusia.[2]
Hutan hujan
tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik.[4]
Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun.[4] Spesies
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung letak geografisnya.[4] Tinggi
pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga
membentuk tudung (kanopi).[4] Dalam hutan
basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di
sekitar organisme.[4] Daerah
tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi,
suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.[4] Dalam hutan
hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit.[4] Hewannya
antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.[4]
Sabana dari
daerah tropik terdapat di wilayah dengan
curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih
tergantung musim.[6] Sabana yang
terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana
yang luas.[6] Hewan yang
hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.[1]
Padang
rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.[5] Ciri-ciri
padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun
tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran
air) cepat.[5] Tumbuhan
yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya
tergantung pada kelembapan.[5] Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing
liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.[5]
Gurun
terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.[6] Ciri-ciri
ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun).[6] Perbedaan
suhu antara siang dan malam sangat
besar.[6] Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil[6]. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang
serta mempunyai jaringan untuk
menyimpan air.[6] Hewan yang
hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan
beberapa hewan nokturnal lain.[6]
Hutan gugur
terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya
adalah curah hujan merata sepanjang tahun.[5] Jenis pohon
sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.[5] Hewan yang
terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).[5]
Taiga
terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.[4] Biasanya
taiga merupakan hutan yang
tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya.[4] Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam,
ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.[4]
Tundra
terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi.[4] Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari.[4] Contoh
tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput
alang-alang.[4] Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.[4]
- Karst (batu gamping /gua).
Karst
berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[6] Kawasan
karst di Indonesia rata-rata
mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif
terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang
rendah, gaya permeabilitas yang lamban
dan didominasi oleh pori-pori mikro.[6] Ekosistem
karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak
dijumpai di ekosistem lain.[6]
Buatan
sawah
merupakan salah satu contoh ekosistem buatan
Ekosistem
buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.[4] Ekosistem
buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[1] Contoh
ekosistem buatan adalah[4]:
- bendungan
- hutan
tanaman produksi
seperti jati dan pinus
- agroekosistem berupa
sawah tadah hujan
- sawah
irigasi
- perkebunan
sawit
- ekosistem
pemukiman seperti kota dan desa
- ekosistem
ruang angkasa.[1]
Ekosistem
kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.[2] Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang
eksesif seperti polusi dan panas.[2]
Ekosistem
ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar.[1] Semua
ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.[1]
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous3.
2010 http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Anonymous. 2010 Anonymous4. 2010
Pendamping/Praweda/Biologi/0034%20Bio%201-7e.htm
No comments:
Post a Comment