MAKALAH
BUDIDAYA DAN PEMULIAAN TANAMAN KELAPA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Benih merupakan
sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi.Peningkatan
produksi tanaman pangan salah satunya disebabkan oleh penggunaan
varitas-varitas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan
pada masa-masa sebelumnya. Varitas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan
tanaman, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun indusrti
benih yang mempunyai devisi litbang. Hasil pemuliaan tanaman berupa varitas
baru mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya
melalui perbanyakan yang sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya.
Bidang produksi
benih dapat dikelompokkan menjadi produksi benih sumber dan produksi benih
komersial. Produksi benih komersial perlu didukung dengan program produksi
benih sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinyutas ketersediaan
benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, untuk benih non hibrida dikenal kelas
benih yaitu: Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar. Selama
produksi benih dilakukan upaya-upaya agar diperoleh benih dengan mutu yang
tinggi.Dalam hal ini tercakup mutu genetik, fisiologis dan fisik.
Mutu genetik
mencakup keunggulan varitas tersebut dan kemurniannya tinggi.Mutu fisik
dicerminkan dengan bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan
kecerahan. Mutu fisiologis mencakup kadar air benih, viabilitas dan vigor
benih. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih adalah :
mutu benih sumber, areal produksi kondisi iklim dan musim yang tepat, teknik
memproduksi benih, penanganan panen dan pasca panen.Semua faktor dan tahap
produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi dan
jumlah maksimal. Untuk itu perlu diketahui faktor faktor yang dapat
mempengaruhi mutu dan hasil benih sehingga dapat diterapkan teknik produksi
yang tepat.
Dalam kegiatan
pengadaan benih, diperlukan jaminan mutu agar petani terlindungi dari
kemungkinan penggunaan benih yang berkualitas rendah.Sistem pengawasan mutu
pada beberapa tahun yang lalu hanya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan
Sertfikasi Benih (BPSB) yang dikenal sebagai pengawasan eksternal.Mulai tahun
2000, perusahaan benih yang mempunyai laboratorium uji yang sistem produksinya
telah memenuhi syarat dapat memperoleh hak untuk memberikan informasi mutu atas
produk benihnya, saat ini hak ini telah diperoleh 5 perusahaan benih.
Kelapa adalahtanamanserbagunakarenasetiapbagiantanamanbermanfaatbagimanusia,sehinggatidaklahmengherankankalautanamankelapadijuluki“Tree
of life”. Di
beberapaNegaraberkembangbanyakyangmenggantungkankehidupannyapadatanamankelapayaitusebagaisumbermakanan,
minuman, bahanbangunan,rumah, obat-obatan, kerajinan tangan,
bahkankelapajugadijadikanbahanbakupadasejumlahindustripentingseperti kosmetik,
sabun,dll.Walaupunsemuabagiantanaman kelapa dapatdimanfaatkannamunbagian yang
paling bernilaiekonomisampaisaatiniadalahdagingbuah.Salahsatujalankeluar yang
dapatditempuhuntukpercepatanpeningkatanproduksiadalahpenggunaankelapahibridaintervarietasdalampengembangankelapa.
Tujuanperakitankelapahibridaadalahuntukmendapatkankelapa yang cepatberbuah,berproduksitinggi,
tahanterhadaphamapenyakittertentu, spesifiklokasi,
dansesuaidengankebutuhankonsumen(pabrikan)
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk Mengetahui
:
1. Perkembangan dan sejarah tanaman Kelapa di
Indonesia.
2. Morfologi dan sistematik tanamanKelapa.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Dan Hasil Benih.
4. Prinsip Genetik.
5. Kelapa Hibrida Genjah >< Kelapa Dalam.
6. Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana.)
7. Pengujian mutu genetis.
8. Pengujian mutu fisiologis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan dan Sejarah Kelapa di Indonesia
Sejak dahulu kala kelapa telah dikenal dikepulauan indonesia dan kepulauan
dilautan pasifik. Wajarlah bila para ahli yang mengatakan bahwa asal mula
tanaman kelapa dari daerah lautan pasifik (New Zealand), amerika selatan, atau
indonesia, karena tanaman kelapa terutama tumbuh baik pada daerah katulistiwa
dengan suhu sekitar 27oC. Sebelum indonesia merdeka (pada tahun
1940), maka produksi kelapa diluar pulau jawa mencapai 750.000 Ton, yang
umumnya diolah menjadi kopra. Sedangkan produksi dari pulau jawa, sekitar
450.000 Ton kebanyakan di pergunakan untuk minyak kampung dan keperluan dapur
(konsumsi segar). Apabila kegunaannya selain untuk minyak, dapat dipergunakan
sebagai bahan pembuat sabun, lilin, ataupun untuk bahan ramuan obat obatan.
Oleh karena itu, wajarlah bila saat ini banyak yang mencari bibit kelapa unggul
terutama kelapa hibrida dari badan badan pembuat bibit, misalnya Lembaga
Penelitian Industri.
Sebenarnya kelapa hibrida sebagai kelapa unggul sudah dikenal lama. Usaha
pemulian tanaman kelapa di Indonesia melalui proses persilangan (Hibridisasi)
mulai di rintis sejak tahun 1955. Lantaran usaha tersebut terbentur sarana dan
keuangan maka kegiatannya terputus dan dilanjutkan kembali pada tahun 1973.
Badan kerjasama yang menangani adalah FAO/UNDP dengan pemerintah indonesia.
Lembaga penelitian Tanaman industri mulai pada tahun 1974 melakukan survei
plasma nutfah guna mendapatkan pohon induk dan bapak yang memenuhi persyaratan.
Pemilihan pohon induk berdasarkan banyaknya produksi buah, ukuran, dan berat
buah, tebal daging, kadar kopra, resistensi terhadap hama penyakit dan sifat
Fenotip serta genotip yang lain. Survei dilakukan dijawa tengah, jawa barat,
aceh sumut, lampung, sulawesi selatan dan kalimantan barat.
2.2 Morfologi dan Sistematik Kelapa
2.2.1
Morfologi Kelapa
Keluarga palmae (Palem) umunya tidak bercabang
dan mempunyai berkas daun yang berbentuk cincin. Yang termasuk dalam keluarga
palmae adalah kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxilon sp.), salak
(Salaca edulis), aren (Arenga pinata), dll.
-
Batang
Pada umunya batang kelapa mengarah lurus
keatas dan atau tidak bercabang, kecuali pada tanaman pinggir sungaii, tebing,
dll, pertumbuhan kelapa menyesuaikan arah sinar matahari. Pada ujung batang terdapat
titik tumbuh yang merupakan jaringan meristem yang berfungsi membentuk daun,
batang, dan bunga.karena tanaman kelapa termasuk tanaman monocotyledoneae pada
batangnya tidak terdapat kambium sehingga tidak dapat tumbuh sekunder. Oleh
karena itulah tanaman kelapa pertumbuhan batangnya akan selalu bertambah
panjang atau tinggi.
- Akar
Tanaman kelapa yang baru bertunas mempunyai
akar tunggang. Namun perkembangan akar tersebut makin lama akan dilampaui oleh
akar akar yang lain, sehingga fungsi dan bentuknya sama seperti akar serabut
biasa. Hal ini terjadi pada tanaman tanaman monokotil yang lain.
-
Daun
Pertumbuhan dan perkembangan mahkota bunga
dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama membentuk 4—6 helai
daun. Daun tesusun saling membalut satu sisi sama lain merupakaan selubung dan
memudahkan susunan lembaga serta akar menembus sabut pada waktu tumbuh. Daun
kelapa bertulang sejajar memiliki pelepah daun dengan anak daun pada sisi kiri
dan kananya. Tajuk daun terdiri 20—30 buah, pada pohon yang sudah dewasa
panjangnya kurang lebih 5—8 m. Daun yang mudah tumbuhnya tegak, makin besar dan
makin tua semakin condong akhirnya terkulai dan berguguran.
-
Bunga
Bunga kelapa merupakn bunga berkarang yang
disebut “in florescentia” atau dikenal dengan sebutan mayang (manggar). Manggar
mempunyai induk tangkai yang bisa bercabang sebanyak 30—40. Setiap cabang
ditemui bunga betina pada pangkalnya, sedangkan bunga betina pada ujung ujung
cabangnya. Baik bunga jantan maupun betina tidak bertangkai, setiap cabang hanya
terdiri dari beberapa bunga betina sedang bunga jantan bisa mencapai 200 buah.
Bunga jantan terdiri dari 3 buah kelopak , 3 buah daun mahkota, dan 6 helai
benang sari. Di ujungnya mempunyai 3 lembar sirip yang berkelenjar madu,
sehingga bisa menarik serangg atau lebah.
-
Buah
Bunga betina yang telah dibuahi mulai tumbuh
menjadi buah kira kira 3—4 minggu setelah manggar terbuka. Tidak semua buah ya
g terbentuk akan menjadi buah yang bisa
dipetik tetapi diperkirakan buah muda berguguran. Buah kelapa sendiri termasuk
buah batu yang terdiri dari kulit luar (Epicarp), kulit tengah atau sabut
(Mesocarp), kulit dalam (Endocarp), kulit luar biji yang melekat disebelah
dalam dari tempurung, putih lembaga (Endosperm), air kelapa, dan lembaga.
2.2.2
Sistematik dan Varietas Kelapa
Dalam dunia tumbuhan -tumbuhan, kelapa bisa di
golongkan sebagai Divisio Spermatophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Palmales,
Familia Palmae, Genus Cocos, Spesies Cocos nucifera, Nama Derah Kelapa,
Kelopo, Krambil, Cikal.
Penggolongan varietas kelapa umumnya
berdasarkan perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna
buah serta sifat khusus lainnya.
a. Menurut bentuk dan ukuran buah
- Bentuk dan ukuran buah Besar, misal kelapa
hijau, kelapa merah, kelapa manis, kelapa bali, dan kelapa lokal.
- Bentuk dan ukuran buah Kecil, misal kelapa
gading, kelapa sriwilan, kelapa raja, kelapa puyuh, nias, malayan dwarf dll.
b. Menurut umur pohon mulai berbuah
- Kelapa Dalam, umunya berbuah sesudah umur 6
tahun, terdiri dari kelapa var. typica
- Kelapa genjah, yang berbuah antara umur 3—4
tahun, bentuk buah dan ukurannya kecil. Sedangkan kelapa hibrida merupakan
kelapa genjah dengan bentuk dan ukuran buah yang besar.
c. Menurut warna buah
- Kelapa Gading
- Kelapa Hijau
- Kelapa Jingga
d. Menurut genotipnya
- Kelapa Dalam
- Kelapa Genjah
- Kelapa Hasil persilangan yang lebih dikenal
dengan kelapa hibrida
- Kelapa Abnormal
2.3
Metode Pemuliaan Kelapa
Pemuliaan
tanaman adalah salah satu metode yang secara sistematis memanfaatkan keragaman
genetic plasma nutfah untuk menghasilkan varietas baru yang lebih baik dari
sebelumnya.Pemilihan metode pemuliaan suatu tanaman tergantung dari ciri
populasi alaminya.Pada prinsipnya metode pemuliaan tanaman dibedakan atas
metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang.Tanaman
kelapa termasuk tanaman yang menyerbuk silang.Metode pemuliaan untuktanaman
kelapa menurut Menon dan Pandalai(1960) adalah sebagai berikut :
-
Introduksi Varietas dan Strain
-
Pemurnian
- Seleksi Masa
- Hibridisasi
2.4
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mutu Dan Hasil Benih
Varitas unggul
baru yang dihasilkan melalui program pemuliaan hanya akan bermanfaat apabila
benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang dihasilkan pemulia jumlahnya
sangat sedikit sehingga perlu.Dilipat gandakan agar mencukupi kebutuhan benih
untuk sejumlah areal tertentu.Pemulia tanaman bertanggung jawab atas kebenaran
mutu benih tersebut.Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut dapat
diperbanyak menjadi Benih dasar, lalu diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan
Benih Sebar.Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum
mempunyai sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).
Tujuan
memproduksi benih adalah memperoleh benih bermutu tinggi dalam jumlah yang
maksimal.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.Dalam prakteknya, beberapa
faktor selama memproduksi benih dapat menyebabkan penurunan mutu benih sehingga
perlu memperhatikan semua aspek yang berperan.Secara garis besarnya, kegiatan
produksi benih perlu memperhatikan prinsip genetik dan prinsip agronomik.
2.5 Prinsip Genetik.
Selama periode memproduksi benih banyak faktor yang dapat menyebabkan
kemunduran genetik benih, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang tepat agar
diperoleh benih dengan mutu genetik yang tinggi sesuai dengan keunggulan yang
dideskripsikan pemulia tanaman ketika varitas tersebut dilepas. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan selama produksi dilapangan adalah :
1.
Benih Sumber
Dalam kegiatan produksi benih bersetifikat digunakan benih dari
kelas yang lebihtinggi dengan mutu yang baik, yaitu memenuhi persyaratan
kemurnian, daya berkecambah, bebas dari benih varitas lain, biji gulma dan penyakit
yang terbawa benih. Untuk memperoleh benih sebar, digunakan benih sumber, benih
Pokok, dan seterusnya untuk kelas benih yang lain.
2.
Sejarah Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk areal produksi benih perlu
diketahui untuk menghindari munculnya tanaman voluntir dan penyebaran penyakit.
Tanaman voluntir merupakan tanaman dari varitas lain yang tumbuh dari
pertanaman yang telah dipanen sebelumnya. Untuk memproduksi benih padi
bersertifikat, lahan yang akan digunakan bekas tanaman padi maka areal tersebut
harus dari varitas yang sama atau bekas varitas lain yang sifat sifat fisiknya
mudah dibedakan dengan varitas yang akan ditanam dengan persyaratan :
a)
produsen mau
dan mampumengerjakan pengolahan tanah dan melakukan roguing secara intensif.
b)
sistem tanam harus
tandur jajar.
c)
persemaian
dilakukan pada areal yang bebas voluntir. Kepastian benih sumber dan sejarah
lahan dilakukan pada saat pemeriksaan pendahuluan.
3.
Isolasi
Ketentuan isolasi diterapkan untuk menghindari terjadinya
penyerbukan silang dari varitas yang berbeda, menghindari tercampurnya varitas
lain pada saat panen, dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang yang
lain. Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi
fisik.
a)
Isolasi Jarak : Areal produksi benih suatu varitas perlu mempunyai jarak dengan
pertanaman varitas yang lain agar tidak terjadi percampuran. Sifat penyerbukan
yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak
perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tanaman yang menyerbuk silang
harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi persilangan.
b)
Isolasi Waktu : Diterapkan dengan memberikan selang waktu tanaman yang berbeda
antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga pada saat
pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari untuk tanaman padi dan jagung). Bila
persyaratan isolasi jarak tidak dapat diterapkan, maka dapat dilakukan isolasi
waktu.
4.
Roguing
Dalam areal produksi benih bersertifikat, tidak dikehendaki adanya
tanaman-tanaman yang tidak diizinkan.Tanaman tersebut dapat berupa tipe
simpang, tanaman yang berpenyakit berbahaya dan gulma yang berbahaya.Kegiatan
reguing adalah membuang tanaman-tanaman tersebut, yang dapat dilakukan pada
fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif.Tipe simpang dapat muncul karena
tanaman memiliki keragaman yang luas dan benih yang digunakan berasal dari
hasil persilangan. Hal hal yang perlu diketahui oleh petugas yang melakukan
roguing :
a)
karakteristik
(diskripsi) varitas.
b)
karakteristik
tipe simpang.
c)
penyakit
terbawa benih yang sukar dikendalikan dengan perawatan benih.
d)
gulma yang
berbahaya.
e)
ketidak
normalan tanaman (stress hara, suhu dan kelembaban tanah).
f)
pengambilan
contoh dan cara penghitungan untuk sertifikasi. Pemeriksaan lapang dilakukan
pada fase vegetatif dan generatif.
5.
Pencegahan
Kontaminasi Mekanis.
Hal ini penting dilakukan agar benih tidak tercampur dengan varitas
lain melalui percampuran mekanis, misalnya pada saat panen dan pengolahan.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan panen maupun pengolahan perlu perlu
dibersihkan agar tidak terdapat sisa sisa benih dari pengolahan yang lalu.
6.
Wilayah
Adaptif.
Areal produksi benih hendaknya berada dalam wilayah produksi benih
yang sesuai.Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi perubahan secara genetik
yang merugikan.Varitas unggul yang dihasilkan pemulia biasanya memuat diskripsi
tempat tumbuh, sehingga anjuran tersebut perlu diikuti.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Kelapa Hibrida
Genjah >< Kelapa Dalam
Hasil survei
plasma nutfah in situ di 11provinsi diperoleh tiga aksesi Kelapa Genjah dan22
aksesi Kelapa Dalam. Setelah dievaluasi datakomponen buah dan produksi kopra
ditetapkan 4kultivar sebagai calon tetua hibrida yaitu GenjahKuning Nias (GKN)
asal Sumatera Utara, DalamTenga (DTA) asal Sulawesi Utara, Dalam Bali(DBI) asal
Bali dan Dalam Palu (DPU) asalSulawesi Tengah (Liyanage, 1975). Kemudiansejak
tahun 1973/1974 dilakukan hibridisasiantara Kelapa Genjah dan ketiga Kelapa
Dalamtersebut yaitu GKN x DTA, GKN x DBI dan GKNx DPU (Liyanage, 1974). Ketiga
jenis kelapahibrida ini ditanam di dua lokasi yaitu KebunPercobaan Mapanget,
Sulut pada ketinggian 80 mdpl dan Kebun Percobaan Pakuwon, Jabar padaketinggian
450 m dpl.
Hasil
penelitian di Mapanget menunjukkan bahwa pembungaan pertama ketiga jenis kelapa
hibrida ini ternyata lebih awal dibandingkan ketiga tetua Kelapa Dalam yaitu 42
bulan sejak berkecambah dibandingkan 52-56 bulan pada Kelapa Dalam. Produksi
kopra ketiga hibrida ini pada umur lima tahun adalah 1,4-2,0 ton/ha (Novarianto
et al., 1984). Pembungaan pertama ketiga kelapa Hibrida yang sama di Pakuwon
lebih lambat sekitar 10 bulan sedangkan untuk Kelapa Dalam sekitar 20 bulan
dibandingkan jenis yang sama di Mapanget. Produksi kopra pada umur delapan
tahun di Pakuwon berkisar 2,2-2,7 ton/ha, pada umur sembilan tahun meningkat
antara 3,66-4,22 ton/ha (Novarianto et al., 1992). Pengamatan lebih lanjut
terhadap jenis kelapa hibrida ini di Mapanget ternyata saat berumur 10 tahun
telah mencapai hasil 4,7-5,0 ton kopra/ha. Analisis daya gabung memperlihatkan
efek heterosis yang nyata pada hasil kopra. Ketiga jenis kelapa Hibrida ini
telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1984 dengan nama KHINA- 1 untuk
silangan GKN x DTA, KHINA-2 untuk silangan GKN x DBI, dan KHINA-3 untuk
silangan GKN x DPU.
Hasil observasi
yang dilakukan terhadap KHINA-1, 2, dan 3 yang tetuanya diseleksi dari individu
tetua betina GKN yang berbunga di bawah 28 bulan, dan tetua jantan DTA, DBI,
DPU yang berbunga di bawah 45 bulan, menunjukkan bahwa pembungaan awal KHINA-1
pada umur 24 bulan, KHINA-2 pada umur 25 bulan, dan KHINA-3 pada umur 23 bulan
sedangkan keseluruhan populasi lainnya berbunga masingmasingpada umur 38 , 40,
dan 39 bulan (Tenda etal., 1988).
Walaupun kelapa hibrida lebih cepat berbuah,ternyata pada 1-3 tahun pertama
ditemukanmasalah patah tandan muda.Masalah iniditemukan baik pada kelapa
hibrida local (KHINA) maupun introduksi (PB-121). Hasilpengamatan buah yang gugur dari tandan yangpatah beragam
antara 5-10 bulan, dan persentasegugur beragam antara 8,59-29,95%. Penyebabnya
adalah jumlah dan berat buah/tandan.Penanggulanganpatah tandan muda telah
berhasilditemukan teknologinya yaitu dengan menggunakantali berpengait (Mahmud
et al., 1990).
Lahan pasang
surut yang tersebar diSumatera, Kalimantan dan Irian Jaya diperkirakansekitar
tujuh juta hektar berpotensi untukpertanian.Salah satu jenis tanaman yang
berpeluang dikembangkan di lahan ini adalah kelapa dan telah diusahakan petani
sejak lama.Gambar 2. Penampilan tanaman kelapa varietas KHINA-1Foto :
PuslitbangbunPerakitan kelapa hibirida intervarietas dan pengembangannya di
Indonesia (Elsje T. Tenda) 39Hasil penelitian di lahan pasang surut
terhadaplima jenis kelapa hibrida di antaranya KHINA-1dan PB-121 ternyata
pertumbuhan vegetatif,generatif, jumlah buah dan produksi kopra/hasampai umur
lima tahun sama potensinya. Dalamhal komponen buah, berat buah yang
terberatadalah Kelapa Hibrida KHINA-1, untuk beratsabut KHINA-1 dan PB-121,
berat air buahKHINA-1, berat tempurung KHINA-1 dan PB-121, dan berat daging
buah KHINA-1 (Luntunganet al., 1994).
Hasil evaluasi
Kelapa Hibrida KHINA-1yang ditanam di beberapa lokasi di Minahasa danBolaang
Mongondow menunjukkan bahwadengan pemeliharaan yang sangat terbatas, samadengan
Kelapa Dalam rata-rata produksikopra/pohon/tahun di Sidate 20–22
kg,Solimandungan 22 kg, Koka 21,5 kg, Wasian17,81 kg, dan Pandu 27,14 kg.
Apabila dikonversike hektar maka produksinya di atas 2,5 ton/ha/tahun (Tenda et
al., 1997). Hasil analisis stabilitashasil KHINA dan tetuanya yang diamati
selama 5tahun menunjukkan bahwa KHINA-3 (GKN xDPU) dan DPU mampu beradaptasi
padakeadaan musim yang berfluktuasi, sedangkanKHINA-1 (GKN x DTA) tergolong
jenis kelapa hibrida untuk lingkungan yang spesifik seperti diKebun Percobaan
Mapanget Sulut mampuberproduksi sampai 2,8 ton kopra/ha/tahuntanpa pemeliharaan
yang berarti (Tenda etal.,1998). Hasil penelitian Tampake et al.
(2002)menunjukkan bahwa KHINA-1 lebih adaptifdibandingkan PB-121 baik di lahan
mineralmaupun di lahan gambut.
Karakteristik
daging buah kelapa berhubungandengan pemanfaatannya sebagaibahan baku dalam
bidang industri. Galaktomananmerupakan salah satu penyebab sifatkenyal
(rubbery) pada kopra. Sifat kenyal akanmenurun sejalan dengan menurunnya
kadargalaktomanan. Kopra yang bersifat tidak kenyaldiperoleh dari Kelapa DTA
dan KHINA-3 umur12 bulan. Selanjutnya, kelapa dengan kadarfosfolipid yang
tinggi tidak diinginkan karenaberhubungan dengan perubahan warna kelapaparut
kering (dessicated coconut) selama penyimpanan.Kadar fosfolipid yang rendah
diperoleh dari Kelapa KHINA-2 umur 12-13 bulan, KHINA-3 umur 12 bulan, DTA umur
12 bulan, sertaKelapa Hibrida PB-121 yang berumur lebih dari13 bulan (Djatmiko,
1991).
3.2
Benih kelapa
genjah (Cocos nucifera L var. Nana)
3.2.1
Ruang lingkup
Standar ini meliputi istilah dan definisi, syarat mutu, cara
pemeriksaan lapangan, carapengambilan contoh benih, cara pengujian mutu,
penandaan dan pengemasan untukproduksi benih kelapa genjah.
3.2.2
Pengujian Mutu
Benih
Kegiatanmengevaluasi mutu benih oleh analis benih yang meliputi
pengujian mutu genetic (penampilan pohon induk dan tingkat kemurnian varietas);
pengujian mutu fisiologi (dayaberkecambah dan kecepatan tumbuh) dan pengujian
mutu fisik (berat buah, penampilankulit buah, tingkat keseragaman ukuran dan
bentuk buah dan kesehatan benih).
3.2.3
Syarat mutu
1.
Persyaratan
kebun induk
2.
Persyaratan
pohon induk
3.
Persyaratan
mutu benih
3.3.4
Pemeriksaan
kebun induk
a.
Pemeriksaan
lapangan dilakukan oleh institusi yang berwenang
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan sistem sampling untuk menguji
mutu genetis (persyaratan kebun induk, tingkat kemurnian varietas), mutu
fisiologi (pengukuran berat buah, pengamatan daya berkecambah, air buah, berat
buah, lama penyimpananbenih) dan mutu fisik (penampilan kulit buah dan serangan
hama dan penyakit).
b.
Jumlah pohon
contoh yang diamati sebanyak 15 pohon dari populasi tanaman yangada.
Pengambilan pohon contoh dilakukan secara acak sistematis.
3.3.5
Pemeriksaan
benih
a.
Cara pengambilan benih contoh
1.
Benih contoh
hanya boleh diambil oleh petugas yang berwenang dari lot benih yang lulus
pemeriksaan lapangan dengan dokumen pemeriksaan yang jelas.
2.
Benih contoh
diambil secara acak dari masing-masing lot benih sesuai dengan metode yang
ditetapkan. Jumlah benih contoh untuk pengujian kemurnian varietas,
dayaberkecambah, warna kulit buah, keadaan kulit dan air buah serta berat buah
sebanyak 25 butir untuk setiap 5.000 benih yang diproduksi. Pengambilan benih
dilakukan secara acak.
b.
Cara pengujian
mutu benih
1.
Pengujian mutu
genetis dilakukan dengan dua cara yaitu
a.
mengamatipenampilan
pohon induk di kebun benih
b.
tingkat
kemurnian varietas. Penampilan pohon induk dievaluasi dengan mengamati pohon
contoh yang diambil secara acak. Pengujian tingkat kemurnian varietas dilakukan
dengan membandingkan warna batang semu kecambah dengan warna tangkai daun pohon
induk. Prosedur pengujian disajikanpada Lampiran A.
c.
Pengujian mutu
fisiologi dilakukan dengan mengamati umur buah saat panen, warna buah, keadaan
air buah kelapa, berat buah, dan daya berkecambah. Prosedur pengujian dapat
dilihat pada Lampiran B.
2.
Pengujian mutu
fisik dilakukan dengan mengamati penampilan kulit buah dan gejala serangan hama
dan penyakit pada buah. Prosedur pengujian disajikan padaLampiran C.
3.4
Pengujian mutu
genetis
3.4.1
Pemeriksaan
kebun induk
a.
Prinsip
Pengamatan karakter vegetatif dan generatif tanaman kelapa genjah
dibandingkan denganpersyaratan mutu yang ditetapkan.
b.
Bahan dan
Peralatan
a.
timbangan
kapasitas 2 kg;
b.
hand counter;
c.
oven listrik;
d.
pencungkil;
e.
parang;
f.
desikator;
g.
teropong
binokuler;
h.
15 pohon contoh
kelapa genjah.
c. Prosedur pemeriksaan kebun induk
a) Penentuan pohon contoh
3. Tentukan 15 pohon contoh secara acak yang mewakili seluruh
populasi.
4. Pohon contoh dicat melingkar dan diberi nomor.
d. Pengamatan tingkat keseragaman populasi
a) Warna buah dari setiap pohon diamati dan
dikelompokkan ke dalam warna hijau, hijau kekuningan, kuning, merah, dan merah
kecoklatan.
b)
Setiap pohon contoh dipanen 2 buah pada tandan terbawah
untuk pengamatan beratbuah dan kadar
kopra.
c)
Bentuk buah
diklasifikasikan atas bulat dan oblong; kemudian dihitung jumlah masingmasing.
e.
Pengamatan
produktivitas tanaman
a)
Produksi buah
per pohon dihitung dengan cara berikut :
- Hitung
jumlah tandan per pohon (misalkan jumlah tandan = t)
- Selanjutnya
hitung jumlah buah dari 3 tandan terbawah dan rata-ratakan (missalrata-rata
jumlah buah dari 3 tandan = b);
- Produksi
buah per pohon per tahun adalah rata-rata jumlah buah per tandan dikalikan
dengan jumlah tandan (yaitu t x b).
- Jika jumlah buah kurang dari 80 butir per tahun maka kebun benih
tersebut tidak layak dijadikan sumber benih.
b)
Timbang berat
buah contoh menggunakan timbangan duduk ukuran 2 kg. Jika rata-rata berat buah
kurang dari 500 g dan buah tanpa sabut < 350 g maka buah-buah dalam lot
benih tersebut tidak layak dijadikan benih.
3.4.2
Pengujian
kemurnian varietas
a. Prinsip
Tingkat kemurnian varietas diamati berdasarkan kesesuaian warna
kecambah dengan warna buah varietas.
b. Bahan dan Peralatan
a.
Buah kelapa
genjah sebanyak 25 butir.
b.
cangkul;
c.
pisau;
d.
parang;
e.
hand counter.
c.
Prosedur
pengujian
a. Buat bedengan pesemaian ukuran 1 m x 1 m x 0.25 m.
b.
Sayat bagian
ujung buah contoh berlawanan arah dengan bagian terlebar dari buah.Lebar 5 cm
dan dalam 1 cm.
c.
Semai benih di
bedengan dengan bagian yang disayat menghadap ke atas.
d.
Beri label
bedengan dengan nama varietas kelapa genjah dan tanggal semai.
e.
Siram benih
setiap hari.
f.
Amati warna
kecambah.
g.
Hitung tingkat
kemurnian varietas sebagai berikut :Jumlah benih kecambah dengan warna sesuai
tangkai daun pohon induk
Jumlah benih kecambah dengan warna sesuai tangkai
daun pohon induk
Tingkat kemurnian varietas =--------------------------------------------
x 100%
Jumlah benih kecambah
3.5
Pengujian mutu
fisiologis
3.5.1
Pemeriksaan
umur buah dan lama penyimpanan benih
a. Prinsip
Umur buah mencerminkan kematangan fisiologi
buah.Pada kelapa genjah kematanganfisiologi buah terjadi pada umur 11 bulan –
12 bulan sejak pembuahan.Pemeriksaan dilakukan berdasarkan warna buah, tebal
daging buah dan bunyi air buah sewaktudiguncang. Lama penyimpanan dicek
berdasarkan tanggal panen.
b. Bahan dan Peralatan
a.
Buah kelapa
genjah sebanyak 25 butir.
b.
timbangan
kapasitas 2 kg;
c.
sigmat;
d.
parang.
c.
Prosedur
pemeriksaan
- Amati keadaan fisik buah. Buah yang matang fisiologi ditandai oleh
¾ bagian buahtelah mulai mengering, kulitnya tidak keriput, dan bunyi air
nyaring ketika diguncang.
- Lama penyimpanan dihitung sejak tanggal panen dimana kecambah belum
muncul ke permukaan kulit buah.
- Buah contoh ditimbang dan dihitung rata-ratanya. Apabila berat buah
contoh kurangdari 500 g dan buah tanpa sabut < 350 g maka buah-buah tersebut
tidak memenuhisyarat untuk dijadikan benih.
3.5.2
Pengujian daya
berkecambah
a. Prinsip
Daya berkecambah menentukan jumlah benih yang diperlukan.Benih
kelapa disemai sampai umur tiga bulan dan dihitung jumlah benih yang
berkecambah.
b. Bahan dan Peralatan
a. Buah kelapa genjah sebanyak 25 butir.
b. cangkul;
c. pisau;
d. parang.
c. Prosedur pengujian
- Buat bedengan pesemaian ukuran 1m x 1m x 0.25 m.
- Sayat bagian ujung buah contoh berlawanan arah dengan bagian
terlebar dari buah. Lebar 5 cm dan dalam 1 cm.
- Semai benih di bedengan dengan bagian yang disayat menghadap ke
atas. Kepadatan pesemaian 20 butir per m2 -25 butir per m2.
- Beri label bedengan berupa nama varietas kelapa genjah dan tanggal
semai.
- Siram benih setiap hari.
- Jumlah buah yang berkecambah diamati selama 3 bulan di pesemaian.
Hitung daya berkecambah sebagai berikut :
Jumlah benih berkecambah
Jumlah benih berkecambah
Daya
berkecambah = --------------------------------------------------
x 100 %
25
3.5.3
Pengujian mutu
fisik benih
a.
Prinsip
Pengamatan mutu fisik meliputi penampilan kulit buah dan serangan
hama dan penyakit. Penampilan kulit buah diamati secara visual yaitu apakah
berkeriput atau tidak. Serangan hama dan penyakit pada buah diamati secara
kualitatif yaitu ada atau tidak ada serangan.
b.
Bahan dan Peralatan
a.
Buah kelapa
genjah sebanyak 25 butir.
b.
hand counter;
c.
alat tulis.
c.
Prosedur
pengujian
- Contoh buah diambil secara acak dalam lot benih sebanyak 25 butir.
- Hitung jumlah buah kelapa berkeriput. Apabila lebih dari 5 butir
berkeriput maka lot tersebut tidak layak dijadikan benih.
- Amati buah kelapa yang menunjukkan tanda-tanda terserang hama dan
penyakitseperti buah berlobang, kulit buah memiliki bercak putih atau hitam,
atau mengeluarkancairan..Hama berbahaya yaitu Sexava sp, Oryctes sp,
Brontispa sp, Artona sp, dan Batrachendra sp, sedangkan
penyakit berbahaya yaitu yang disebabkan oleh Phytophtora sp dan
penyakit layu.Apabila terdapat tanda-tanda di atas, lot tersebut tidak layak
dijadikan benih.
DAFTAR PUSTAKA
_____________. 2006. Benih kelapa genjah (Cocos
nucifera L var. Nana). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Setyamidjaja, D. 1986. Bertanam
Kelapa Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
Tenda, Elsje T. 2004. Perakitan
Kelapa Hibrida Intervarietas dan Pengembangannyadi Indonesia. Manado:Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
karya ilmiah yang sangat bermanfaat tentang budidaya dan pemuliaan tanaman kelapa. semoga menjadi inspirasi masyarakat. terima kasih telah berbagi ilmu bermanfaat ini.
ReplyDeletekira2 habis berapa biaya untuk melakukan budidaya kelapa hibrida per hektar nya
ReplyDeletemas boleh minta file asli beserta gambarnya BUDIDAYA DAN PEMULIAAN TANAMAN KELAPA untuk referensi saya?
ReplyDeleteemail:zeinalarfin@gmail.com