MAKALAH
TEKNOLOGI
PRODUKSI PERTANIAN
“ Leguminosae ”
Disusun Oleh Kelompok:
Kelompok
2 Kelas : H
1. Arif Budhiawan (105040201111089)
2. Fina Lutfiyanah (105040201111090)
3. M. Guruh Arif Z. (105040201111091)
4.
Hadi Purnomo (105040201111092)
5. Hafidz Yudha T. (105040201111093)
6. Himatin Pramita (105040201111094)
7. Prihanti Panditia (105040201111095)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Oktober
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanaman leguminoasae dapat menyuburkan
tanah. Tanaman ini ada yang bersifat semusim, ada pula yang bersifat tahunan.
Batangnya besar hingga dapat digunakan sebagi bahan bangunan leguminoseae meliputi
3 sub famili besar yaitu papilionaseae, mimosaceae, dan caesapimiaceae. Sub
famili yang terkenal sebagaui famili sayuran ialah papilionaceae atau bunga
kupu kupu. Semua bunga tanaman famili ini memiliki kelamin betina dan jantan.
Setelah mekar, mahkota bunga menyerupai kupu kupu yang berwarna kuning
keunguan. Tangkai putik yang panjang kelak menjadi polong. Tanaman sayuran yang
termasuk famili leguminosae, diantaranya ialah kacang panjang, buncis, koro,
kecipir, para pedang dan kapri.
Sampai saat ini perhatian masyarakat
terhadap kacang-kacangan masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya
disebabkan oleh hasil yang dicapai per Ha masih rendah. Disamping itu panen
kacang harus dikerjakan. Manfaat kacang kacangan sebagai makanan rakyat sangat
penting, karena jenis kacang mengandung banyak vitamin. Zat ini sangat
diperlukan karena merupakan tambahan berharga bagi makanan rakyat yang relatif
kurang vitamin. Dismping sebagi bahan makanan manusia, kacang dapat digunakan
sebagai makanan ternak.
Dari beberapa segi inilah terasa
pentingnya mempopulerkan tanaman kacang kacangan yang mempunyai potensi yang
besar. Peningkatan produksi kacang kacangan dengan cara memperbaiki kultur
teknis petani. Juga dengan mendapatkan varietas varietas yang produksi tinggi dan
masak serempak. Usaha mempetinggi produksi kacang kacangan diindonesia
dimaksudkan untuk menaikkan produksinya sebagai tanaman palawija. Selain usaha
usaha perbaikan cara cara bercocok tanam jga diperlukan peningkatan usaha usaha
pengelolaan lepas panennya.
Dalam usaha perluasan pertanaman kacang
kacangan di indonesia harus melihat daya adaptasi yang telah dipunyai oleh
puslitbangtan didaerah daerah baru termasuk didalamnya usaha usaha pemilihan
varietas-varietas yang tahan kering.
1.2
Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah
1. Mengetahui dan memahami tanaman Leguminoceae.
2. Mengetahui dan memahami macam-macam tanaman Leguminoceae.
3. Mengetahui dan memahami budidaya tanaman Leguminoceae.
4. Mengetahui dan memahami produksi tanaman Leguminoceae.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Leguminosa
Suku
polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang
terpenting dan terbesar. Banyak tumbuhan budidaya penting termasuk dalam suku
ini, dengan bermacam-macam kegunaan: biji, buah
(polong), bunga, kulit kayu,
batang, daun, umbi, hingga akarnya digunakan
manusia. Bahan makanan,
minuman, bumbu
masak, zat
pewarna, pupuk hijau, pakan
ternak, bahan pengobatan, hingga racun dihasilkan oleh
anggota-anggotanya. Semua tumbuhan anggota suku ini memiliki satu kesamaan yang
jelas: buahnya berupa polong.
Fabaceae pernah dikenal dengan nama Leguminosae serta Papilionaceae. Nama yang terakhir ini
kurang tepat, dan sekarang dipakai sebagai nama salah satu subsukunya. Dalam
dunia pertanian tumbuhan anggota suku ini seringkali disebut sebagai tanaman legum (legume).
Anggota suku ini juga dikenal karena
kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah)
karena bersimbiosis
dengan bakteri
tertentu pada akar atau batangnya. Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik
ini biasanya menggelembung dan membentuk bintil-bintil. Setiap jenis biasanya
bersimbiosis pula dengan jenis bakteri yang khas pula.
2.2
Ciri-Ciri
- Biji berkotil dua. (dikotiledon)
- Buah bertipe buah polong
- Pada umumnya berdaun majemuk berpasangan.
- Perbungaan tunggal pada subsuku Faboideae serta majemuk pada Caesalpinioideae dan Mimosoideae.
2.3 Taksonomi
Divisio/Phylum
: Spermatophyta
Sub
divisio/Subphylum :
Angiospermae
Classis
: Dicptyledoneae
Ordo
: Rosales
Sub
ordo
: Rosinae
Familia
: Leguminoseae
Suku besar ini terbagi menjadi 3 subsuku, yaitu
Faboideae (atau Papilionoideae, tumbuhan berbunga kupu-kupu), Caesalpinioideae,
dan Mimosoideae.
Faboideae
Faboideae dapat dikatakan sebagai kelompok kacang-kacangan
atau polong-polongan. Bunganya bertipe kupu-kupu, zigomorf, khas dengan mahkota bunga
yang tidak sama bentuknya. Mahkota termodifikasi menjadi tiga bagian: bendera,
sayap (alae), dan lunas (carina). Bagian lunas melindungi organ
seksual benang sari
dan putik. Karena
terlindungi inilah tumbuhan kacang-kacangan biasanya merupakan tumbuhan berpenyerbukan sendiri. Bunga
biasanya tunggal dengan polong biasanya berbentuk silinder.
Contoh :
- Kacang tanah (Arachis hypogaea)
- Kedelai (Glycine max)
- Buncis (Phaseolus vulgaris)
- Kapri (Pisum sativum)
- Orok-orok (Crotalaria juncea)
Caesalpinioideae
Subsuku ini dicirikan dari bunganya yang tersusun
majemuk membentuk seperti piramida. Setiap bunga memiliki benang sari dan putik
yang relatif panjang. Bunganya tidak bertipe kupu-kupu.
Contoh :
- Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima)
- Secang (Caesalpinia sappan)
Mimosoideae
Subsuku ini dapat dikatakan sebagai kelompok
petai-petaian. Cirinya yang paling jelas adalah bunganya tersusun majemuk di
atas suatu dasar bunga (bongkol) bersama berbentuk bulatan. Akibatnya, bunga
tampak seperti bola berambut khas bunga Mimosoideae
Contoh-contoh :
- Jengkol (Archidendron pauciflorum)
- Jeungjing (Paraserianthes falcataria)
- Lamtoro (Leucaena glauca)
- Putri malu (Mimosa pudica)
- Petai (Parkia speciosa)
2.4 Morfologi
Dalam membahas morfologi
leguminosa adalah meliputi bagian vegetatif dan bagian generatif tanaman.
2.4.1 Bagian
Vegetatif
Terdiri dari akar, batang dan daun.
A. Akar
Sistem perakaran pada tanaman
leguminosa terdiri dari akar primer dan akar sekunder. Akar dari beberapa
leguminosa ada yang dapat menembus tanah sampai kedalaman 6–8 m. Akar sekunder
kadang berkembang dari buku pada stolon atau rhizoma yang ada di permukaan
tanah. Akar dari leguminosa
terinfeksi oleh bakteri Rhizobium yang akan berkembang dan kemudian
membentuk bintil akar (nodul) yang berfungsi untuk memfiksasi nitrogen dari
udara.
B. Batang
Batang dari tanaman leguminosa
bervariasi dalam ukuran tinggi maupun luas penampangnya, demikian pula sistem pertangkaiannya dan kadar kayu pada
batang.
Ciri-ciri pertumbuhan batang :
1. Erectus (tumbuh tegak)
2. Repens (menjalar)
3. Scandens (memanjat/membelit)
4. Semi erectus
C. Daun
Umumnya tipe daun pada leguminosa adalah daun majemuk,
satu tangkai terdiri dari lebih dari satu daun.
Tipe daun pada leguminosa yaitu :
1. Tipe tunggal (simple), yaitu
satu tangkai terdiri satu daun.
2. Tipe majemuk yaitu satu
tangkai terdiri dari lebih dari satu daun.
Tipe daun
majemuk dibagi menjadi :
a. Majemuk sederhana yaitu bila
daun langsung berpasangan dari batang utama.
b. Majemuk ganda yaitu bila
daun berpasangan tersusun dari cabang/ranting.
c. Trifoliolate yaitu satu
tangkai daun terdiri dari tiga helai daun.
Bagian Generatif
Bagian generatif dari leguminosa adalah bungan dan polong.
A. Bunga
Bunga dari tanaman legume adalah
berbentuk kupu-kupu. Bunga dari leguminosa terdiri dari bulir (spike),
tandan (racemes) dan bulir seperti tandan ( spike likes
racemes ). Setiap bunga tersusun disangga dengan tangkai bunga yang disebut
pedicel.
Alat reproduksi terdiri dari :
1. Benang sari (Stamen)
Merupakan alat reproduksi jantan
terdiri dari tangkai sari (filament) dan kepala sari (anther).
2. Putik (Pistillum)
Merupakan alat reproduksi betina
terdiri dari putik (stigma), tangkai putik (style) dan kantung
sel telur (ovary).
B. Polong dan Biji
Setelah penyerbukan ovary akan
berkembang menjadi buah yang disebut polong (Seedpod), polong terdiri
dari satu biji atau lebih. Pada polong yang terdiri dari lebih satu biji,
antara bijinya dibatasi oleh sekat yang disebut lumentum. Polong yang sudah tua
dan kering pecah menjadi dua sisi yang melintir kemudian akan melontarkan biji
disebut dehiscent pod, sedangkan polong yang bersambungan disebut articulate
pod.
2.5 Nilai Gizi dan Penggunaan
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai
sumber protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan
gandum. Komoditi ini juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain
selain protein, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat
makanan. Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan
disayur, sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk
baru. Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat
digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi.
Kacang-kacangan dapat menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi
masyarakat di negara maju dan negara berkembang. Karena kandungan seratnya
tinggi, maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Penelitian
mengenai efek kesehatan serat dari kacang-kacangan sebagian besar masih
terbatas pada kacang kedelai.
Dibandingkan dengan makanan berserat yang
dewasa ini tersedia dalam bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek dagang,
sebenarnya kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah
mutunya. Juga dibandingkan dengan serat makanan dalam buah-buahan dan sayuran
yang dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam
kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan
lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada umumnya
baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang cukup
banyak.
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis
kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk, ukuran dan varietas, yang sebenarnya
potensial untuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Jenis yang
mendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang sebagian besar masih diimpor.
Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengangkat kacang-kacangan
lokal Indonesia, seperti kacang kecipir, kacang tunggak (kacang tolo) kacang jogo dan koro-koroan. Tetapi
hasilnya ternyata masih belum memuaskan. Artinya masih belum merakyat, apalagi
untuk dapat disejajarkan dengan kedelai.
Kacang-kacangan
dikonsumsi dalam jumlah besar di seluruh dunia. Masyarakat Afrika, India,
Amerika Tengah dan Selatan mengkonsumsi 50 sampai 150 gram kacang-kacangan per
hari. Meskipun belum ada angka pasti, konsumsi kacangan di Indonesia, kecuali
kacang kedelai, masih kecil.
Kacang-kacangan
memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita
mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1 ons), maka jumlah itu akan
mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari.
Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapat
menyumbangkan lebih dari 20% dari kebutuhan suatu zat gizi per hari, maka dapat
dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang tinggi (high) akan zat gizi
tersebut.
Disamping menghasilkan
tepung sebagai bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat
pula menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan mungkin
bahan-bahan yang lebih eksotis, misalnya enzim.
Proses perkecambahan
kacang-kacangan yang menghasilkan kecambah (sprouts), yang kemudian
ditepungkan, ternyata dapat menghilangkan berbagai senyawa anti gizi di
dalamnya, dapat mempertahankan mutu proteinnya dan menandung vitamin C yang
cukup tinggi. Kacang-kacangan dapat juga digunakan sebagai bahan utama atau
bahan tambahan dalam fermentasi berbagai makanan tradisional seperti kecap,
tempe, tahu, tauco dan idli. Banyak makanan terfermentasi dibuat dengan
bahan dasar kedelai, yang sebenarnya dapat dicampur dengan jenis
kacang-kacangan yang lain.
Dengan teknologi
pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak hanya diolah dengan
cara-cara konvensional, misalnya direbus, dikukus, disangrai atau digoreng,
tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient, seperti tepung, konsentrat atau
isolat protein. Jika dicampurkan dengan tepung beras atau gandum, produk
ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat memberikan sifat-sifat fungsional
yang dikehendaki.
Protein dalam tepung
kacang-kacangan dapat memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk
busa, membentuk gel, menangkap atau menahan air dan mempunyai warna dan bau
yang dapat diterima. Bubur atau hancuran kacang-kacangan,
susu
kacang, gumpalan atau “curd” (seperti tahu), pasta kacang-kacangan dan kecap
dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai campuran bagi bahan pangan yang
lain. Kacang-kacangan dapat pula diolah sebagai bahan baku pembuatan snack atau
makanan ekstrusi.
Berkat hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan, berbagai masalah dalam pemanfaatan
kacang-kacangan untuk konsumsi manusia seperti tripsin inhibitor, lektin atau
hemaglutinin, tanin dan fitat dapat dihilangkan dengan pemasakan dan cara
pengolahan yang benar. Juga masalah timbulnya flatulensi (kembung perut),
keterbatasan kandungan sistein dan metionin dan lamanya waktu pemasakan telah
dapat diatasi dengan baik.
Kita harus meningkatkan daya tarik
kacang-kacangan dan meningkatkan image dan minat masyarakat agar lebih banyak
mengkonsumsinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang
benar, sehingga masyarakat memasak dan mengkonsumsi kacang-kacangan karena
mengetahui bahwa hal ini akan meningkatkan mutu makanan dan kesehatan mereka.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Teknik Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)
3.1.1. Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang
berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama
kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini
pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina
dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang
jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa
Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut”
atau “groundnut”.
Varietas-varietas kacang tanah unggul yang
dibudidayakan para petani biasanya bertipe
tegak dan berumur pendek
(genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut:
a)
Daya hasil tinggi.
b)
Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c)
Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan
bercak daun).
e)
Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal,
yaitu:
·
Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
·
Kacang Cina, berumur panjang (6-8
bulan).
3.1.2 Manfaat Tanaman
Di bidang industri, digunakan sebagai bahan
untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari
minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya)
dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat
sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta
pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang
tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B,
C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro,
Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.
3.1.3 Sentra Penanaman
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah
terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas
ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra
Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.
3.1.4 Syarat Pertumbuhan
A.
Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman
kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan
yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang
tanah.
Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak
terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar
28–32oC. Bila suhunya di bawah 10oC menyebabkan
pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan
pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
Kelembaban udara untuk tanaman kacang
tanah berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan
kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.
Penyinaran sinar matahari secara penuh
amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang.
B. Media Tanam
a) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman
kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
b) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk
budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0–6,5.
c)
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya
mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang
ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan
yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang
tanah.
C. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal
untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis
kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat
tumbuh optimal.
3.1.5 Pedoman Budidaya
A. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a) Berasal dari tanaman yang baru dan
varietas unggul.
b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %)
dan sehat.
c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan
cacat.
d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas
lain.
e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan
benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Benih dilakukan secara generatif (biji).
b)
Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
c)
Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
d) Benih diperoleh dari Balai Benih atau
Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.
e) Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg) a =
Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g) c =
Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m) q =
Jarak dalam barisan (m)
3.1.6 Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk
mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih
harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang tanah.
2) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan
pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang
mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi,
atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit
dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman
dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk
lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu
miring bisa antara 30–40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan
adalah 10–20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20–30 cm.
4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada
lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa
digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan
dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
5) Pemberian pupuk hayati
MiG-6PLUS saat pratanam (3hari sebelum tanam).
Berikan pupuk
hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara
merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering,
aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
6) Pemupukan
Pemupukan
adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis
pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60–90 kg ditambah TSP=60–90 kg
ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk
dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.
3.1.7 Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan
curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan
dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur
dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan
tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.
3) Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi
syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang
tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah
pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni
(palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan
bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih dicampur dengan
inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih langsung ditanam paling lambat
6 jam.
3.1.8 Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang
mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik
(setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari
hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan
tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara
mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk
memanjang sepanjang barisan tanaman.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis
pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah
KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan
dikanan kiri lubang tunggal.
5) Pemberian pupuk MiG-6PLUS
Pemberian pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan pada usia 3 minggu dan
6 minggu
setelah tanam, apabila menggunakan benih berumur menengah atau panjang
(90-120hari), diperlukan tambahan pupuk MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian
masing-masing 2 liter per hektar.
6) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap
lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada
saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu
penyerbukan.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun
memberantas hama tanaman hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat
yang digunakan maupun dosis sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman
tersebut.
8) Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor
pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti,
misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi
lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).
3.1.9 Hama dan Penyakit
1.
Hama
-
Uret
Gejala:
memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian:
menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret
dimusnahkan.
-
Ulat berwarna
Gejala:
daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:
penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
-
Ulat grapyak
Gejala:
ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1)
bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan
insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
-
Ulat jengkal
Gejala:
menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida
Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
-
Sikada
Gejala:
menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak, pergiliran
tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D,
Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
-
Kumbang daun
Gejala:
daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian:
(1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C,
Diazeno 60 EC.
2.
Penyakit
-
Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter.
Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
-
Penyakit sapu setan
Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan
(sanitasi lingkungan).
-
Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 %
atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval
penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.
-
Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara
rutin 5-10 hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.
-
Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari
nematodanya, kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha
per aplikasi.
-
Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
-
Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan
harus dibasmi.
3.1.10 PANEN
1.
Ciri dan Umur Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung
dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan.
Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
-
Batang mulai mengeras.
-
Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan
keras.
-
Warna polong coklat kehitam-hitaman.
2.
Cara Panen
Pencabutan tanaman, lalu memetik polong
(buahnya) terus bersihkan dan dijemur matahari, memilih bila diperlukan untuk
benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan
langsung atau bisa langsung dibuat berbagai jenis produk makanan.
3.
Perkiraan Produksi
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas,
misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5
ton polong kering.
3.1.11 PASCAPANEN
1.
Pengumpulan
Kumpulkan
brangkasan tanaman kacang tanah ditempat strategis.
a.
Penyortiran dan Penggolongan
Pilah-pilah polong yang tua dan polong
yang muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat
ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.
b. Penyimpanan
Penyimpanan dalam bentuk polong kering,
masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat lalu
disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering, Penyimpanan dalam bentuk
biji kering.
Kupas polong kacang tanah kering dengan
tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah
hingga berkadar air 9% lalu masukan ke dalam wadah.
c. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan bisa dilakukan untuk produk
mentah/polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan
kue atau bentuk makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng
dan berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya
yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari
kualitas yang sudah disiapkan.
3.2 Teknik Produksi Tanaman Kacang Panjang
3.2.1 Syarat
Pertumbuhan
Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol/lempung
berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik,
pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah
hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.
3.2.2 Pembibitan
-
Benih kacang panjang yang baik dan
bermutu adalah sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi
di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit.
Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
-
Benih tidak usah disemaikan secara
khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.
3.2.3
Pengolahan Media Tanam
-
Bersihkan lahan dari rumput-rumput
liar, dicangkul/dibajak hingga tanah menjadi gembur.
-
Buatlah bedengan dengan ukuran lebar
60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan.
Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm
dan jarak antara guludan 30-40 cm
-
Lakukan pengapuran jika pH tanah
lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara
merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm
-
Siramkan pupuk POC NASA yang telah
dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC
NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil
akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai
berikut:
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
3.2.4
Teknik Penanaman
-
Jarak lubang tanam untuk tipe
merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak
adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
-
Waktu tanam yang baik adalah awal
musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air
tanahnya memadai
-
Benih direndam POC NASA dosis 2
tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan
-
Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam
sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur
3.2.5
Penyulaman
Benih kacang
panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera
disulam.
3.2.6
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung
pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput
liar/membersihkan dengan alat kored.
3.2.7 Pemangkasan / Perempelan
Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan
pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat
menghambat pertumbuhan bunga.
3.2.8
Pemupukan
Dosis pupuk makro sebagai berikut:
Waktu
|
Dosis Pupuk Makro
(per ha)
|
||
Urea (kg)
|
SP-36 (kg)
|
KCl (kg)
|
|
Dasar
|
50
|
75
|
25
|
Umur 45 hari
|
50
|
25
|
75
|
TOTAL
|
100
|
100
|
100
|
Catatan : Atau sesuai rekomendasi setempat.
Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di
kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman
tergantung dari jarak tanam
POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman
berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki).
Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20
botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4
tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak
dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan (dapat disiramkan
dengan dosis + 2 tutup/10 liter air).
3.2.9 Pengairan
Pada fase
awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap
hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.
3.2.10 Pengelolaan Hama dan Penyakit
a.
Lalat kacang (Ophiomya phaseoli
Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang
daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna
kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak.
Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili
kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.
b.
Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap
cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman
dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan
tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR.
c.
Ulat grayak (Spodoptera litura
F.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti,
serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan
kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural VITURA.
d.
Penggerek biji (Callosobruchus
maculatus L)
Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai
90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat
persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10
cc/kg biji.
e.
Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka,
kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga
kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan PESTONA.
f.
Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum
lindemuthianum)
Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru
berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping
biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam
dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar
tanaman.
g.
Penyakit mozaik (virus Cowpea
Aphid Borne Virus/CAMV).
Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik
yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.
Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan
tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
h.
Penyakit sapu (virus Cowpea
Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.)
Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas
(buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk
"sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan
pengendalian penyakit mosaik.
i.
Layu bakteri ( Pseudomonas
solanacearum )
Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat
menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan
drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal
tanam.
3.2.11 Panen dan Pasca Panen
-
Ciri-ciri polong siap dipanen adalah
ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong
tidak menonjol.
-
Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore
hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
-
Cara panen pada tanaman kacang
panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
-
Selepas panen, polong kacang panjang
dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi
-
Polong kacang panjang diikat dengan
bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan.
3.3 Teknik Produksi Tanaman Kacang Hijau
3.3.1 Peran Strategis Kacang Hijau
Kacang hijau
memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1) berumur
genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk
pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah
hujan yang lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam,
(3) dapat ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena
bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4)
cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar, (5) hama
yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi dan stabil (Rp. 4200-
Rp. 5000) dalam periode tahun 2000-2005, harga tersebut lebih tinggi dari harga
kedelai, namun lebih rendah dari harga kacang tanah periode yang sama (BPS,
2006). Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas
alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yangmemiliki indeks
panen rendah.
Peran strategis
lain dari kacang hijau komplementer dengan beras dapat diperkaya oleh kacang
hijau, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau
yang kaya lisin. Asam amino kacang hijau yang miskin sulfur akan diperkaya oleh
asam amino asam amino beras yang kaya sulfur. Oleh karena itu kombinasi kacang
hijau dan tepung beras merupakan
kombinasi yang serasi. Campuran tepung kacang hijau dan tepung beras
masing-masing 50 % sangat baik untuk konsumsi anak balita karena kandungan
lisin dan asam amino-sulfur sangat serasi. Implikasi dari sosialisasi konsumsi
kacang hijau hingga mencapai 2,5 kg/tahun /kapita bila untuk 225 juta penduduk
memerlukan tambahan produksi kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Tambahan
produksi tersebut memerlukan tambahan areal tanam, yang berarti akan menampung
tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan lahan kering.
3.3.2 Syarat Tumbuh
a. Tanah
- Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.
- Struktur tanah gembur
- Ph 5,8 7,0 optimal 6,7
b. Iklim
- Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln
- Temperatur 25o - 27o C dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari.
3.3.2 Teknologi Budidaya
a. Benih
Varietas
|
Hasil
(1/ha)
|
Umur (hari)
|
Posisi polong
|
Berat 100 biji (g)
|
Sifat Khusus
|
Murai
|
1,5
|
63
|
Terkulai
|
6
|
Tahan penyakit bercak daun
|
Perkutut
|
1,64
|
60
|
Terkulai
|
5
|
Tahan penyakit embun tepung : Agak
tahan penyakit bercak daun
|
Kenari
|
1,64
|
60-65
|
Terkulai
|
6,7
|
Agak tahan penyakit bercak daun :
Toleran penyakit karat
|
Sriri
|
1,58
|
60-65
|
Terkulai
|
6
|
Toleran penyakit embun tepung
|
b. Pengelolaan Tanah
- Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak dilakukan pengolahan tanah ( TOT ). Penyiapan lahan yang baik dilakukan sebelum tanam.
- Pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
- Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-4 m.
- Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu pengolahan tanah minimal.
- Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan perbaikan struktur tanah.
c. Penanaman
- Waktu Tanam
Pada lahan
sawah tanaman kacang hijau ditanam pada musim kemarau setelah padi. Sedangkan
dilahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan.
- Cara Tanam
Benih
ditanam dengan cara tugal, dengan jarak 40 cm x 10 cm atau 40 cm x 15 cm, tiap
lubang diisi 2 biji.
d. Pemupukan
- Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu dilakukan pemupukan.
- Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK.
- Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha.
- Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat meningkat kapasitas menahan air didalam tanah.
e. Pengairan
- Tanaman kacang hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan terutama pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang berbungan dan pembentukan polong.
f. Penyiangan
- Penyiangan dilakukan seawal mungkin karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu.
g. Pengendalian hama dan penyakit
1. Hama
·
Hama yang sering menyerang adalah agromyza
phaseolli (lalat kacang) meruca testualitis, spidoptera sp, Plusia
chalsites (ulat) dan kutu trips.
·
Pengendalian hama dilakukan dengan
menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit.
·
Penggunaan pestisida dilakukan
apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi.
2. Penyakit
·
Penyakit kacang hijau yang sering
ditemui antara lain Scierotium rolfsii, Cercospora Canescens
(bercak daun).
·
Pengendalian dilakukan dengan
menanam varietas yang tahan penyakit atau dengan menggunakan fungisida.
3. Panen dan Pasca panen
a. Panen
Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas,
Tanda-tandaq lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah
berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering.
Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen
dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali
tergantung varietas. Jarak antara panen kesatu dan ke dua 3-5 hari.
b. Pasca Panen
Pengeringan Polong Dilakukan Selama 2-3 Hari Dibawah
Sinar Matahari. Pembijian Dilakukan Secara Manual Yaitu Dipukul-Pukul Dengan
Tongkat Kayu. Pembijian Dilakukan Di Dalam Kantong Atau Karung Untuk
Menghindari Kehilangan Hasil. Pembersihan Niji Dari Kulit Polong Dilakukan
Dengan Tampi. Sebelum Disimpan Biji Kacang Hijau Di Jemur Kembali Sampai Mencapai
Kering Simpan Yaitu Kadar Air 8 - 10 %.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Suku
polong-polongan
atau Fabaceae merupakan salah
satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan
terbesar. Ciri ciri
·
Pada umumnya berdaun majemuk
berpasangan.
·
Perbungaan tunggal pada subsuku
Faboideae serta majemuk pada
Caesalpinioideae dan Mimosoideae.
Leguminoseae
ini terbagi menjadi 3 subsuku, yaitu
-
Faboideae (atau Papilionoideae,
tumbuhan berbunga kupu-kupu) seperti kacang tanah (Arachis
hypogaea), Kedelai (Glycine
max), Buncis (Phaseolus
vulgaris), Kapri (Pisum
sativum), Orok-orok (Crotalaria
juncea).
-
Mimosoideae seperti Jengkol (Archidendron
pauciflorum), Jeungjing (Paraserianthes
falcataria), Lamtoro (Leucaena
glauca).
Pemeliharaan
tanamn
1) Penyulaman
2) Penyiangan
3) Pembubunan
4) Pemupukan
5) Pemberian pupuk MiG-6PLUS
6) Pengairan dan
Penyiraman
7) Waktu
Penyemprotan Pestisida
8) Pemeliharaan
Lain
Hama dan Penyakit
Hama
-
Uret
-
Ulat berwarna
-
Ulat grapyak
-
Ulat jengkal
-
Kumbang daun
Penyakit
-
Penyakit layu
-
Penyakit sapu setan
-
Penyakit bercak daun
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2011. Teknis Budidaya Kacang Panjang.
Anonymous.
2011. Wikipedia.org
Anonymous.
2011. Google.co.id
Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi MIG Corp.
Kasno,A. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang
Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. Balitkabi. Dimuat dalam tabloid Sinar Tani, 23 Mei 2007.
Jurnal
Panduan Menanam Kacang Panjang.
Samsudin, U. 1985. Sayuran
Kacang-kacangan. Bandung: Pustaka Buana.
Soeprapto. 1989. Bertanam Kacang Hijau.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis
Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
No comments:
Post a Comment