Leguminosae


MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN
 Leguminosae
Disusun Oleh Kelompok:
Kelompok 2 Kelas : H

1. Arif Budhiawan                (105040201111089)
2. Fina Lutfiyanah                (105040201111090)
3. M. Guruh Arif Z.              (105040201111091)
4. Hadi Purnomo                  (105040201111092)
5. Hafidz Yudha T.               (105040201111093)
6. Himatin Pramita                (105040201111094)
7. Prihanti Panditia               (105040201111095)




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman leguminoasae dapat menyuburkan tanah. Tanaman ini ada yang bersifat semusim, ada pula yang bersifat tahunan. Batangnya besar hingga dapat digunakan sebagi bahan bangunan leguminoseae meliputi 3 sub famili besar yaitu papilionaseae, mimosaceae, dan caesapimiaceae. Sub famili yang terkenal sebagaui famili sayuran ialah papilionaceae atau bunga kupu kupu. Semua bunga tanaman famili ini memiliki kelamin betina dan jantan. Setelah mekar, mahkota bunga menyerupai kupu kupu yang berwarna kuning keunguan. Tangkai putik yang panjang kelak menjadi polong. Tanaman sayuran yang termasuk famili leguminosae, diantaranya ialah kacang panjang, buncis, koro, kecipir, para pedang dan kapri.
Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang-kacangan masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per Ha masih rendah. Disamping itu panen kacang harus dikerjakan. Manfaat kacang kacangan sebagai makanan rakyat sangat penting, karena jenis kacang mengandung banyak vitamin. Zat ini sangat diperlukan karena merupakan tambahan berharga bagi makanan rakyat yang relatif kurang vitamin. Dismping sebagi bahan makanan manusia, kacang dapat digunakan sebagai makanan ternak.
Dari beberapa segi inilah terasa pentingnya mempopulerkan tanaman kacang kacangan yang mempunyai potensi yang besar. Peningkatan produksi kacang kacangan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani. Juga dengan mendapatkan varietas varietas yang produksi tinggi dan masak serempak. Usaha mempetinggi produksi kacang kacangan diindonesia dimaksudkan untuk menaikkan produksinya sebagai tanaman palawija. Selain usaha usaha perbaikan cara cara bercocok tanam jga diperlukan peningkatan usaha usaha pengelolaan lepas panennya.
Dalam usaha perluasan pertanaman kacang kacangan di indonesia harus melihat daya adaptasi yang telah dipunyai oleh puslitbangtan didaerah daerah baru termasuk didalamnya usaha usaha pemilihan varietas-varietas yang tahan kering.




1.2  Tujuan
Tujuan makalah ini adalah
1.      Mengetahui dan memahami tanaman Leguminoceae.
2.      Mengetahui dan memahami macam-macam tanaman Leguminoceae.
3.      Mengetahui dan memahami budidaya tanaman Leguminoceae.
4.      Mengetahui dan memahami produksi tanaman Leguminoceae.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Leguminosa
Suku polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Banyak tumbuhan budidaya penting termasuk dalam suku ini, dengan bermacam-macam kegunaan: biji, buah (polong), bunga, kulit kayu, batang, daun, umbi, hingga akarnya digunakan manusia. Bahan makanan, minuman, bumbu masak, zat pewarna, pupuk hijau, pakan ternak, bahan pengobatan, hingga racun dihasilkan oleh anggota-anggotanya. Semua tumbuhan anggota suku ini memiliki satu kesamaan yang jelas: buahnya berupa polong.
Fabaceae pernah dikenal dengan nama Leguminosae serta Papilionaceae. Nama yang terakhir ini kurang tepat, dan sekarang dipakai sebagai nama salah satu subsukunya. Dalam dunia pertanian tumbuhan anggota suku ini seringkali disebut sebagai tanaman legum (legume).
Anggota suku ini juga dikenal karena kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya. Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik ini biasanya menggelembung dan membentuk bintil-bintil. Setiap jenis biasanya bersimbiosis pula dengan jenis bakteri yang khas pula.

 2.2 Ciri-Ciri
  • Biji berkotil dua. (dikotiledon)
  • Buah bertipe buah polong
  • Pada umumnya berdaun majemuk berpasangan.
  • Perbungaan tunggal pada subsuku Faboideae serta majemuk pada Caesalpinioideae dan Mimosoideae.

2.3 Taksonomi
Divisio/Phylum                       : Spermatophyta
Sub divisio/Subphylum           : Angiospermae
Classis                                     : Dicptyledoneae
Ordo                                        : Rosales
Sub ordo                                 : Rosinae
Familia                                    : Leguminoseae

Suku besar ini terbagi menjadi 3 subsuku, yaitu Faboideae (atau Papilionoideae, tumbuhan berbunga kupu-kupu), Caesalpinioideae, dan Mimosoideae.

Faboideae
Faboideae dapat dikatakan sebagai kelompok kacang-kacangan atau polong-polongan. Bunganya bertipe kupu-kupu, zigomorf, khas dengan mahkota bunga yang tidak sama bentuknya. Mahkota termodifikasi menjadi tiga bagian: bendera, sayap (alae), dan lunas (carina). Bagian lunas melindungi organ seksual benang sari dan putik. Karena terlindungi inilah tumbuhan kacang-kacangan biasanya merupakan tumbuhan berpenyerbukan sendiri. Bunga biasanya tunggal dengan polong biasanya berbentuk silinder.
Contoh :

Caesalpinioideae
Subsuku ini dicirikan dari bunganya yang tersusun majemuk membentuk seperti piramida. Setiap bunga memiliki benang sari dan putik yang relatif panjang. Bunganya tidak bertipe kupu-kupu.
Contoh :
  • Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima)
  • Secang (Caesalpinia sappan)                               

Mimosoideae
Subsuku ini dapat dikatakan sebagai kelompok petai-petaian. Cirinya yang paling jelas adalah bunganya tersusun majemuk di atas suatu dasar bunga (bongkol) bersama berbentuk bulatan. Akibatnya, bunga tampak seperti bola berambut khas bunga Mimosoideae
Contoh-contoh :
·         Trembesi atau ki hujan (Albizia saman)
2.4 Morfologi
Dalam membahas morfologi leguminosa adalah meliputi bagian vegetatif dan bagian generatif tanaman.
2.4.1 Bagian Vegetatif
          Terdiri dari akar, batang dan daun.
A. Akar
Sistem perakaran pada tanaman leguminosa terdiri dari akar primer dan akar sekunder. Akar dari beberapa leguminosa ada yang dapat menembus tanah sampai kedalaman 6–8 m. Akar sekunder kadang berkembang dari buku pada stolon atau rhizoma yang ada di permukaan tanah. Akar dari leguminosa terinfeksi oleh bakteri Rhizobium yang akan berkembang dan kemudian membentuk bintil akar (nodul) yang berfungsi untuk memfiksasi nitrogen dari udara.

B. Batang
Batang dari tanaman leguminosa bervariasi dalam ukuran tinggi maupun luas penampangnya, demikian pula sistem pertangkaiannya dan kadar kayu pada batang.
Ciri-ciri pertumbuhan batang :
1. Erectus (tumbuh tegak)
2. Repens (menjalar)
3. Scandens (memanjat/membelit)
4. Semi erectus

C. Daun
Umumnya tipe daun pada leguminosa adalah daun majemuk, satu tangkai terdiri dari lebih dari satu daun.
Tipe daun pada leguminosa yaitu :
1. Tipe tunggal (simple), yaitu satu tangkai terdiri satu daun.
2. Tipe majemuk yaitu satu tangkai terdiri dari lebih dari satu daun.
Tipe daun majemuk dibagi menjadi :
a. Majemuk sederhana yaitu bila daun langsung berpasangan dari batang utama.
b. Majemuk ganda yaitu bila daun berpasangan tersusun dari  cabang/ranting.
c. Trifoliolate yaitu satu tangkai daun terdiri dari tiga helai daun.

Bagian Generatif
Bagian generatif dari leguminosa adalah bungan dan polong.
A. Bunga
Bunga dari tanaman legume adalah berbentuk kupu-kupu. Bunga dari leguminosa terdiri dari bulir (spike), tandan (racemes) dan bulir seperti tandan ( spike likes racemes ). Setiap bunga tersusun disangga dengan tangkai bunga yang disebut pedicel.
Alat reproduksi terdiri dari :
1. Benang sari (Stamen)
Merupakan alat reproduksi jantan terdiri dari tangkai sari (filament) dan kepala sari (anther).
2. Putik (Pistillum)
Merupakan alat reproduksi betina terdiri dari putik (stigma), tangkai putik (style) dan kantung sel telur (ovary).

B. Polong dan Biji
Setelah penyerbukan ovary akan berkembang menjadi buah yang disebut polong (Seedpod), polong terdiri dari satu biji atau lebih. Pada polong yang terdiri dari lebih satu biji, antara bijinya dibatasi oleh sekat yang disebut lumentum. Polong yang sudah tua dan kering pecah menjadi dua sisi yang melintir kemudian akan melontarkan biji disebut dehiscent pod, sedangkan polong yang bersambungan disebut articulate pod.
                       
2.5 Nilai Gizi dan Penggunaan
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur, sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru. Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-kacangan dapat menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di negara maju dan negara berkembang. Karena kandungan seratnya tinggi, maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Penelitian mengenai efek kesehatan serat dari kacang-kacangan sebagian besar masih terbatas pada kacang kedelai.
Dibandingkan dengan makanan berserat yang dewasa ini tersedia dalam bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek dagang, sebenarnya kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah mutunya. Juga dibandingkan dengan serat makanan dalam buah-buahan dan sayuran yang dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang cukup banyak.
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk, ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensial untuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Jenis yang mendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang sebagian besar masih diimpor. Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia, seperti kacang kecipir, kacang tunggak (kacang tolo) kacang jogo dan koro-koroan. Tetapi hasilnya ternyata masih belum memuaskan. Artinya masih belum merakyat, apalagi untuk dapat disejajarkan dengan kedelai.
Kacang-kacangan dikonsumsi dalam jumlah besar di seluruh dunia. Masyarakat Afrika, India, Amerika Tengah dan Selatan mengkonsumsi 50 sampai 150 gram kacang-kacangan per hari. Meskipun belum ada angka pasti, konsumsi kacangan di Indonesia, kecuali kacang kedelai, masih kecil.
Kacang-kacangan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1 ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapat menyumbangkan lebih dari 20% dari kebutuhan suatu zat gizi per hari, maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang tinggi (high) akan zat gizi tersebut.
Disamping menghasilkan tepung sebagai bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pula menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan mungkin bahan-bahan yang lebih eksotis, misalnya enzim.
Proses perkecambahan kacang-kacangan yang menghasilkan kecambah (sprouts), yang kemudian ditepungkan, ternyata dapat menghilangkan berbagai senyawa anti gizi di dalamnya, dapat mempertahankan mutu proteinnya dan menandung vitamin C yang cukup tinggi. Kacang-kacangan dapat juga digunakan sebagai bahan utama atau bahan tambahan dalam fermentasi berbagai makanan tradisional seperti kecap, tempe, tahu, tauco dan idli. Banyak makanan terfermentasi dibuat dengan bahan dasar kedelai, yang sebenarnya dapat dicampur dengan jenis kacang-kacangan yang lain.
Dengan teknologi pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak hanya diolah dengan cara-cara konvensional, misalnya direbus, dikukus, disangrai atau digoreng, tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient, seperti tepung, konsentrat atau isolat protein. Jika dicampurkan dengan tepung beras atau gandum, produk ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat memberikan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki.
Protein dalam tepung kacang-kacangan dapat memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk busa, membentuk gel, menangkap atau menahan air dan mempunyai warna dan bau yang dapat diterima. Bubur atau hancuran kacang-kacangan,
susu kacang, gumpalan atau “curd” (seperti tahu), pasta kacang-kacangan dan kecap dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai campuran bagi bahan pangan yang lain. Kacang-kacangan dapat pula diolah sebagai bahan baku pembuatan snack atau makanan ekstrusi.
Berkat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, berbagai masalah dalam pemanfaatan kacang-kacangan untuk konsumsi manusia seperti tripsin inhibitor, lektin atau hemaglutinin, tanin dan fitat dapat dihilangkan dengan pemasakan dan cara pengolahan yang benar. Juga masalah timbulnya flatulensi (kembung perut), keterbatasan kandungan sistein dan metionin dan lamanya waktu pemasakan telah dapat diatasi dengan baik.
Kita harus meningkatkan daya tarik kacang-kacangan dan meningkatkan image dan minat masyarakat agar lebih banyak mengkonsumsinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, sehingga masyarakat memasak dan mengkonsumsi kacang-kacangan karena mengetahui bahwa hal ini akan meningkatkan mutu makanan dan kesehatan mereka.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Teknik Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)
3.1.1. Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a)      Daya hasil tinggi.
b)      Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c)      Hasilnya stabil.
d)     Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e)      Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.

Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
·           Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
·         Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).

3.1.2 Manfaat Tanaman
Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.
3.1.3 Sentra Penanaman
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.

3.1.4 Syarat Pertumbuhan
A. Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32oC. Bila suhunya di bawah 10oC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

B. Media Tanam
a)    Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
b)   Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0–6,5.
c)    Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

C. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

3.1.5 Pedoman Budidaya
A. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
     Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a)    Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b)   Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c)    Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d)   Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e)    Kadar air benih berkisar 9-12 %.

2) Penyiapan Benih
    Penyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)      Benih dilakukan secara generatif (biji).
b)      Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
c)      Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
d)     Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.
e)      Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)               a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)       c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)      q = Jarak dalam barisan (m)

3.1.6 Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang tanah.

2) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30–40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10–20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20–30 cm.

4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

5) Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS saat pratanam (3hari sebelum tanam).
Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.

6) Pemupukan
Pemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60–90 kg ditambah TSP=60–90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.

3.1.7 Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.

2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3) Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.

3.1.8 Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.

3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman.

4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.

5)  Pemberian pupuk MiG-6PLUS
Pemberian pupuk MiG-6PLUS  pada saat pemeliharaan pada usia 3 minggu dan 6  minggu    setelah tanam, apabila menggunakan benih berumur menengah atau panjang (90-120hari), diperlukan tambahan pupuk MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian masing-masing 2 liter per hektar.

6) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.



7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.

8) Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.1.9 Hama dan Penyakit
1.      Hama
-          Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
-          Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
-          Ulat grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
-          Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
-          Sikada
Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
-          Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

2.      Penyakit
-          Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
-          Penyakit sapu setan
Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).
-          Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.
-          Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.
-          Penyakit gapong
 Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.
-          Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
-          Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan harus dibasmi.

3.1.10 PANEN
1.  Ciri dan Umur Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
-          Batang mulai mengeras.
-          Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
-          Warna polong coklat kehitam-hitaman.

2.       Cara Panen
Pencabutan tanaman, lalu memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemur matahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuat berbagai jenis produk makanan.

3.      Perkiraan Produksi
Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.
                         
3.1.11 PASCAPANEN
1.  Pengumpulan
Kumpulkan brangkasan tanaman kacang tanah ditempat strategis.
a. Penyortiran dan Penggolongan
Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.

b. Penyimpanan
Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering, Penyimpanan dalam bentuk biji kering.
Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9% lalu masukan ke dalam wadah.

c. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.


3.2 Teknik Produksi Tanaman Kacang Panjang
3.2.1 Syarat Pertumbuhan
Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.

3.2.2 Pembibitan
-          Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
-          Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

3.2.3 Pengolahan Media Tanam
-          Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah menjadi gembur.
-          Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm
-          Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm
-          Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
3.2.4        Teknik Penanaman
-          Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
-          Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
-          Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan
-          Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur
3.2.5        Penyulaman
Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

3.2.6        Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.

3.2.7 Pemangkasan / Perempelan
Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

3.2.8        Pemupukan
Dosis pupuk makro sebagai berikut:
Waktu
Dosis Pupuk Makro (per ha)
Urea (kg)
SP-36 (kg)
KCl (kg)
Dasar
50
75
25
Umur 45 hari
50
25
75
TOTAL
100
100
100

Catatan : Atau sesuai rekomendasi setempat.
Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam
POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan (dapat disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air).

3.2.9 Pengairan
               Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.

3.2.10 Pengelolaan Hama dan Penyakit
a.       Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.
b.      Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR.
c.       Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural VITURA.
d.      Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
e.       Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan PESTONA.
f.       Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum)
Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.
g.      Penyakit mozaik (virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).
Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
h.      Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.)
Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
i.        Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

3.2.11 Panen dan Pasca Panen
-          Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol.
-          Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
-          Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
-          Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi
-          Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan.

3.3 Teknik Produksi Tanaman Kacang Hijau
3.3.1 Peran Strategis Kacang Hijau
Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1) berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi dan stabil (Rp. 4200- Rp. 5000) dalam periode tahun 2000-2005, harga tersebut lebih tinggi dari harga kedelai, namun lebih rendah dari harga kacang tanah periode yang sama (BPS, 2006). Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yangmemiliki indeks panen rendah.
Peran strategis lain dari kacang hijau komplementer dengan beras dapat diperkaya oleh kacang hijau, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau yang kaya lisin. Asam amino kacang hijau yang miskin sulfur akan diperkaya oleh asam amino asam amino beras yang kaya sulfur. Oleh karena itu kombinasi kacang hijau dan  tepung beras merupakan kombinasi yang serasi. Campuran tepung kacang hijau dan tepung beras masing-masing 50 % sangat baik untuk konsumsi anak balita karena kandungan lisin dan asam amino-sulfur sangat serasi. Implikasi dari sosialisasi konsumsi kacang hijau hingga mencapai 2,5 kg/tahun /kapita bila untuk 225 juta penduduk memerlukan tambahan produksi kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Tambahan produksi tersebut memerlukan tambahan areal tanam, yang berarti akan menampung tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan lahan kering.

3.3.2  Syarat Tumbuh
a. Tanah
  • Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.
  • Struktur tanah gembur
  • Ph 5,8  7,0 optimal 6,7
b. Iklim
  • Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln
  • Temperatur 25o - 27o C dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari.


3.3.2 Teknologi Budidaya
a. Benih

Varietas
Hasil
(1/ha)
Umur (hari)
Posisi polong
Berat 100 biji (g)
Sifat Khusus
Murai
1,5
63
Terkulai
6
Tahan penyakit bercak daun
Perkutut
1,64
60
Terkulai
5
Tahan penyakit embun tepung : Agak tahan penyakit bercak daun
Kenari
1,64
60-65
Terkulai
6,7
Agak tahan penyakit bercak daun : Toleran penyakit karat
Sriri
1,58
60-65
Terkulai
6
Toleran penyakit embun tepung

b. Pengelolaan Tanah
  • Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak dilakukan pengolahan tanah ( TOT ). Penyiapan lahan yang baik dilakukan sebelum tanam.
  • Pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
  • Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-4 m.
  • Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu pengolahan tanah minimal.
  • Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan perbaikan struktur tanah.

c. Penanaman
  • Waktu Tanam
Pada lahan sawah tanaman kacang hijau ditanam pada musim kemarau setelah padi. Sedangkan dilahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan.
  • Cara Tanam
Benih ditanam dengan cara tugal, dengan jarak 40 cm x 10 cm atau 40 cm x 15 cm, tiap lubang diisi 2 biji.

d. Pemupukan
  • Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu dilakukan pemupukan.
  • Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK.
  • Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha.
  • Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat meningkat kapasitas menahan air didalam tanah.

e. Pengairan
  • Tanaman kacang hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan terutama pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang berbungan dan pembentukan polong.

f. Penyiangan
  • Penyiangan dilakukan seawal mungkin karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu.

g. Pengendalian hama dan penyakit
1. Hama
·         Hama yang sering menyerang adalah agromyza phaseolli (lalat kacang) meruca testualitis, spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.
·         Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit.
·         Penggunaan pestisida dilakukan apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi.

2. Penyakit
·         Penyakit kacang hijau yang sering ditemui antara lain Scierotium rolfsii, Cercospora Canescens (bercak daun).
·         Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang tahan penyakit atau dengan menggunakan fungisida.
3. Panen dan Pasca panen
a. Panen
Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, Tanda-tandaq lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali tergantung varietas. Jarak antara panen kesatu dan ke dua 3-5 hari.

b. Pasca Panen
Pengeringan Polong Dilakukan Selama 2-3 Hari Dibawah Sinar Matahari. Pembijian Dilakukan Secara Manual Yaitu Dipukul-Pukul Dengan Tongkat Kayu. Pembijian Dilakukan Di Dalam Kantong Atau Karung Untuk Menghindari Kehilangan Hasil. Pembersihan Niji Dari Kulit Polong Dilakukan Dengan Tampi. Sebelum Disimpan Biji Kacang Hijau Di Jemur Kembali Sampai Mencapai Kering Simpan Yaitu Kadar Air 8 - 10 %.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Suku polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Ciri ciri
·       Biji berkotil dua. (dikotiledon)
·       Buah bertipe buah polong
·       Pada umumnya berdaun majemuk berpasangan.
·       Perbungaan tunggal pada subsuku Faboideae serta majemuk pada
     Caesalpinioideae dan Mimosoideae.

Leguminoseae ini terbagi menjadi 3 subsuku, yaitu
-          Faboideae (atau Papilionoideae, tumbuhan berbunga kupu-kupu) seperti kacang tanah (Arachis hypogaea), Kedelai (Glycine max), Buncis (Phaseolus vulgaris), Kapri (Pisum sativum), Orok-orok (Crotalaria juncea).
-          Caesalpinioideae seperti Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) Secang (Caesalpinia sappan)
-          Mimosoideae seperti  Jengkol (Archidendron pauciflorum), Jeungjing (Paraserianthes falcataria), Lamtoro (Leucaena glauca).



Pemeliharaan tanamn
1) Penyulaman
2) Penyiangan
3) Pembubunan
4) Pemupukan
5)  Pemberian pupuk MiG-6PLUS
6) Pengairan dan Penyiraman
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
8) Pemeliharaan Lain



Hama dan Penyakit
Hama
-          Uret
-          Ulat berwarna
-          Ulat grapyak
-          Ulat jengkal
-          Kumbang daun
Penyakit
-          Penyakit layu
-          Penyakit sapu setan
-          Penyakit bercak daun



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Teknis Budidaya Kacang Panjang.
Anonymous. 2011. Wikipedia.org
Anonymous. 2011. Google.co.id
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp.
Kasno,A. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. Balitkabi. Dimuat dalam tabloid Sinar Tani, 23 Mei 2007.
Jurnal Panduan Menanam Kacang Panjang.
Samsudin, U. 1985. Sayuran Kacang-kacangan. Bandung: Pustaka Buana.
Soeprapto. 1989. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.

FAHMI

No comments:

Post a Comment

Instagram