MAKALAH
PENGANTAR USAHA TANI
“FAKTOR
SOSIAL-KOMUNIKASI PETANI DALAM USAHA TANI”
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor
pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.
Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan
tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan
pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan
hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang
mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting,
antara lain: potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap
pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional,
besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di
pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai
saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan
miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja
kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
1.2 Tujuan
a) Agar
mahasiswa mengetahui tentang interaksi sosial dan komunikasi petani
b) Agar
mahasiswa mengetahui tentang pengaruh interaksi dan proses sosialisasi petani
pada perkembangan manajemen usaha tani
c) Agar
mahasiswa mengetahui tentang pengembangan kelembagaan
d) Agar
mahasiswa mengetahui tentang faktor sosial dan komunikasi petani dalam berusaha
tani
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Interaksi
Sosial dan Komunikasi Petani
Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dan merupakan bentuk yang
paling umum dari proses sosial. Bentuk lain dari proses osial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Apabila dua orang
bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk aktivitas sosial. Walaupun orang-orang yang
bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar
tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar
akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan
maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau
keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Kesemuanya itu
menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan
apa yang akan dilakukannya.
Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan
biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut
lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan
dengan kepentingan kelompok.
a) Interaksi
Sosial dan Komunikasi Antar Petani
Salah satu tujuan utama
dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga
tentang corak usahatani, bagaimana petani memilih kombinasi pembudayaan tanaman
dengan ternak, teknik dan strategi apa yang harus diterapkan. Jadi petani
membutuhkan interaksi sosial terhadap petani lain.
Dengan
adanya interaksi sosial, petani bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
tentang cara bertani dari petani lain. Hal ini tentu saja menjadi pelajaran
terpenting bagi petani karena dengan adanya interaksi antar sesama petani,
diharapkan nantinya petani bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang
cara bertani yang baik dan benar sehingga petani dapat mengkaji dan
menerapkannya dalam sistem pertanian mereka agar didapatkan produktivitas hasil
pertanian mereka yang maksimal.
b) Interaksi
Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Penyuluh
Penyuluh
pertanian merupakan suatu lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pertanian
dimana penyuluh pertanian ini bertugas memberikan informasi dan keterampilan
tentang pertanian kepada para petani. Selain itu, Penyuluh disini bertugas
menampung seluruh aspirasi dan permasalahan yang ada pada petani tentang
pertanian mereka. Mulai dari permasalahan dalam bercocok tanam, serangan hama
dan penyakit, serta permasalahan dalam pemilihan bibit unggul. Jika petani
tidak dapat memecahkan masalahnya maka produktivitas hasil pertanian mereka
tidak dapat menghasilkan secara maksimal.
Dengan
adanya berbagai permasalahan tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para
petani dengan penyuluh pertanian sangat penting adanya agar berbagai
permasalahan tentang pertanian dapat terpecahkan sehingga produktivitas hasil
pertanian para petani dapat maksimal dan kesejahteraan petani dapat terwujud.
c) Interaksi
Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Keluarga
Sebelum
petani melakukan proses sosialisasi dengan masyarakat pertanian lainnya,
interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga petani tersebut.
keluarga disini tampat keluh kesah petani dalam kehidupannya. Mulai dari
masalah dari segi psikis, ekonomi, dll keluargalah yang membantu petani dalam
menyelesaikan masalahnya.
d) Interaksi
Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Kelembagaan
Lembaga
merupakan adalah pelaku atau wadah untuk menjalankan satu atau lebih
kelembagaan, memiliki struktur yang tegas dan diformalkan. Adanya lembaga
disini berfungsi untuk memberi pedoman pada msyarakat bagaimana harus berbuat
dalam menghadapi permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan
pokok manusia, menjaga keutuhan masyarakat, memberikan pegangan pada masyarakat
untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) yang merupakan
pengawasan masyarakat terhadap perilaku anggotanya.
Dengan
adanya fungsi dari lembaga tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para
petani dengan lembaga tersebut perlu adanya. Misalnya, Lembaga sosial seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga masyarakat ini bertujuan untuk
menampung seluruh aspirasi masyarakat yang nantinya berbagai permasalah yang
ada dapat terpecahkan.
2.2 Pengaruh
Interaksi dan Proses Sosialisasi Petani pada Perkembangan Manajemen Usaha Tani
Interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar
individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Proses sosialadalah suatuinteraksi atau hubungan timbal
balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang
hidupnya didalam amasyarakat. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial
saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Padainteraksi
sosial terjalin hubungan erat yang akan menciptakan keselarasan sosial. Oleh
karena itu, interaksi social berpengaruh besar terhadap terbentuknya
keselarasan social masyarakat yang bersangkutan. Melalui interaksi
sosial, manusia saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun,
dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut mampu menciptakan keteraturan dan
ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang mendorong munculnya keselarasan
sosial. Keteraturan sosial merupakan suatu kondisi yang sendi-sendi
kehidupan bermasyarakatnya berjalan tertib dan teratur sehingga tujuan kehidupan
bermasyarakat dapat tercapai
Berikut
beberapa pengaruh akibat adanya interaksi dan proses sosialisasi terhadap
perkembangan petani dan masyarakat
·
Amalgamasi
Dengan
adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa menimbulkan
kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang lebih peduli terhadap
inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian mereka sehingga
memungkinkan terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti: hama dan penyakit
tanaman melalui obat-obat kimia modern yang dapat meningkatkan hasil panen
mereka. Jadi perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akibat
heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi baru dari saling
bertukarnya pengalaman diantara mereka.Kemudian timbulah kebudayaan baru diantara
mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di desanya.
· Asimilasi
Dari
kelompok buruh tani yang beranggotakan masyarakat dari berbagai desa
dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda, petani ini berusaha
untuk mengurangi perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga
terbentuklah suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan
bersama, yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
·
Konflik
Tidak
jarang kelompok sosial buruh tani di berbagai desa mengalami suatu konflik baik
yang bersifat individual maupun kelompok.Konflik yang bersifat individu
biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal diantara mereka.Sebagai
contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah mereka yang biasanya terjadi di
musim kemarau, masalah ini biasanya dapat menimbulkan konflik diantara petani
yang juga dapat terbawa di dalam kelompok sosial mereka.Di dalam kelompok
biasanya mereka saling menjatuhkan dan mencari kawan dalam kelompok yang bisa
mengakibatkan konflik yang lebih besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok
sosial mereka.Itulah dampak negatif yang bisa timbul dari adanya kelompok
sosial. Tidak jarang juga konflik tersebut diakibatkan karena adanya
desosialisasi antar petani desa maupun masyarakat desa. Proses desosialisasi
mengakibatkan antar petani saling acuh tak acuh.
2.3 Pengembangan
Kelembagaan
Lembaga
di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosialmasyarakatnya. Sifatnya tidak
linier, namun cenderung merupakan kebutuhanindividu anggotanya, berupa :
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan
pengembangan pengakuan.Manfaat utama lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah
satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol sosial, sehingga
setiap orang dapat mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat.
Prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi oleh suatu kelembagaan petani agartetap eksis dan
berkelanjutan adalah :
- Prinsip otonomi (spesifik
lokal).Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi kedalam dua bentuk
yaitu :
a)
Otonomi individu.
Pada
tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi adalah mengacu padaindividu sebagai
perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada diri manusia sebagai salah
satu anugerah paling berharga dari sang pencipta. Kebebasan inilah yang
memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga mereka dapat
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan
membentuk komunitas yuang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul.
b)
Otonomi desa (spesifik lokal).
Pengembangan
kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensidesa itu sendiri (spesifik
lokal). Pedesaan di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan sistem,
nilai, dan budaya; juga memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan
beragam pula. Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkat-perangkat aturan
danhukum memerlukan penyesuaian sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat
untuk bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang berintikan gerakan dapat
tumbuh di semua bidang kehidupannya. Disamping itu, harus juga memperhatikann
elemen-elemen tatanan yang hidup di desa, baik yang berupa elemen lunak (soft
element)seperti manusia dengan sistem nilai, kelembagaan, dan teknostrukturnya,
maupun yang berupa elemen keras (hard element) seperti lingkungan alam dan
sumberdayanya, merupakan identitas dinamis yang senantias menyesuaikan diri
atau tumbuh dan berkembang
2.4 Faktor
Sosial dan Komunikasi Petani dalam Berusaha Tani
Masyarakat desa masih mempunyai sosial
budaya yang sangat kental. Oleh karena itu pada aktivitas sehari hari mereka
selalu berkomunikasi dengan baik karena mereka adalah kumpulan manusia yang
saling membutuhkan satu sama lainnya.
Masyarakat desa kebanyakan berprofesi
sebagai petani. Baik petani yang mengolah lahannya sendiri maupun sebagai
petani buruh. Keadaan inilah yang membuat mereka selalu mempunyai hubungan yang
erat karena seprofesi. Interaksi antarpetani sering terjadi diantara mereka.
Ketika mereka sedang melakukan kegiatan usahatani, banyak sekali
informasi-informasi yang saling mereka tukar, baik informasi mengenai pertanian
maupun non-pertanian. Adanya pertukaran informasi dalam berusahatani ini
membawa dampak yang positif. Kegiatan usahatani dapat lebih berkembang karena adanya
informasi-informasi baru yang berasal dari individu petani yang dapat memajukan
kegiatan usahatani mereka. Pertukaran informasi ini merupakan sebuah
pembelajaran bagi masyarakat petani, sehingga semakin sering dan intens mereka
berinteraksi dan berkomunikasi, semakin banyak hal-hal baru yang dapat mereka
pelajarai, sehingga akan berdampak positif terhadap kegiatan usahatani mereka.
2.5 Perkembangan
Teknologi Dan Informasi Petani
Dalam
hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok
Late Majority. Yaitu kelompok
yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada disitu saja, tidak berjalan
maju ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic
dan lambat dalam hal mengadopsi sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun
mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau menerapkan suatu teknologi tersebut.
Mereka hanya mengikuti teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat
umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang. Rendahnya tingkat pendidikan
petani menyebabkan kemampuan dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi
relatif sangat terbatas sehingga menghasilkan produk yang berkualitas
rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan
dan keterampilan petani berakibat pada
rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya.
Rendahnya soft skill (kemampuan petani dalam bekerja sama
dan kurangnya motivasi untuk meningkatkan mutu/nilai tambah produk yang
dihasilkannya) mendorong rendahnya kinerja pembangunan pertanian secara
keseluruhan. Petani yang semula dijadikan obyek dalam pembangunan, sudah
sepantasnya untuk saat ini dijadikan sebagai subyek pembangunan. Fokus pembangunan pertanian yang diarahkan
pada petani tidak terlepas dari tuntutan perubahan pola pikir petani dalam berusaha
tani maupun dukungan dari agen pembaharuan dan peran pemerintah yang secara
tidak langsung mendukung pola usaha tani agar dapat bersaing dalam iklim
global.
Dengan demikian strategi komunikasi pembangunan pertanian
menggunakan model komunikator pendukung pembangunan (Development Support Communicator) memusatkan pada penyusunan
posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang
sejajar, tidak memusatkan pada media, sebaliknya mengembangkan komunikasi
antara pemerintah dan masyarakat. Komunikator berperan sebagai mediator antara
tenaga ahli dan pemanfaat pembangunan, sehingga kesenjangan informasi antara
tenaga ahli dengan pemanfaat pembangunan dapat dikurangi.
2.6 Strategi
Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu kunci penting yang
menentukan berhasil tidaknya penyuluh dalam menyampaikan materi-materi tentang
pertanian di masrayakat pedesaan. Seringkali, penyuluh hanya mempresentasikan
apa yang ada di dalam pikirannya, mempresentasikan suatu materi dengan banyak
tulisan dan kata-kata yang sulit dimengerti oleh petani pada umumnya. Materi
yang dipresentasikan pun terkadang sulit diterima oleh target penyuluh, karena
materi yang disampaikan kurang memperhatikan aspek psikologis dan akademis. Untuk
itu, agar materi-materi yang berisi temuan-temuan teknologi baru mengenai
pertanian dapat diterima sesuai sasarannya, hendaknya penyuluh memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Bahasa
yang digunakan tidak harus baku atau mudah dimengerti.
Petani (target penyuluh) akan lebih menghargai penyuluh
apabila mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani, seperti
bahasa daerah di daerah tersebut. Tutur kata yang halus disertai canda tawa
adalah hal yang paling disukai petani, sehingga nantinya diharapkan petani
dapat mengerti mengenai materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh.
2.
Memperhatikan
strata sosial suatu masyarakat pedesaan dalam melakukan penyuluhan.
Dalam mempresentasikan suatu temuan-temuan baru, penyuluh
hendaknya memperhatikan, kepada siapa temuan-temuan tersebut dipresentasikan.
Bila dipresentasikan kepada kaum petani, hendaknya penyuluh menggunakan bahasa
lokal yang mudah dimengerti, sehingga memudahkan petani untuk memahami dan
mengadopsi temuan-temuan baru tersebut. Bila dipresentasikan kepada kaum
terpelajar di desa tersebut, penyuluh dapat menggunakan bahasa-bahasa ilmiah
dalam menyampaikan temuan-temuannya tersebut, karena kaum terpelajar mampu
memahami bahasa-bahasa ilmiah yang disampaikan oleh penyuluh.
3.
Materi
presentasi sebaiknya lebih banyak berupa visual daripada tulisan.
Umumnya, penyuluh
hanya mempresentasikan suatu materi/ temuan-temuan barunya dengan lebih banyak
tulisan daripada gambar, sehingga terkadang petani merasa bosan dengan materi
tersebut. Berawal dari rasa bosan, petani menjadi tidak tertarik dengan materi/
temuan tersebut, walaupun sebenarnya materi/temuan tersebut sangat bagus.
Dengan menggunakan metode visual presentation yg lebih banyak berupa gambar,
petani akan lebih tertarik dan memahami mengenai temuan-temuan baru tersebut,
sehingga pada akhirnya petani menjadi yakin untuk mengadopsi temuan-temuan baru
yang disampaikan oleh penyuluh.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Petani merupakan pemilik modal yang
utama dalam memproduksi suatu komoditas pertanian, namun justru petani yang
seringkali menanggung resiko paling besar.Ketika musim panen tiba, produksi
melimpah, sehingga menyebabkan harga komoditas turun, petani tidak mampu
menjual hasil produksi dengan harga yang lebih tinggi.Kelemahan daya tawar
petani menyebabkan usaha tani tidak memberikan keuntungan yang memadai,
terlebih lagi luas areal usaha tani yang sempit menyebabkan usaha tani kurang
efisien.
Baik petani maju maupun petani
berkembang sama-sama membutuhkan berbagai informasi pertanian seperti informasi
tentang peningkatan produksi dan mutu komoditas; ketersediaan sarana produksi
dan permodalan; lokasi pemasaran dan harga komoditas; teknologi pengolahan
hasil pertanian, dan metode analisis usahatani. Perbedaannya hanya dalam hal
tingkat kebutuhan untuk masing-masing jenis informasi pertanian, karena tingkat
kesadaran akan pentingnya informasi dan tingkat motivasi petani maju dalam
berusahatani lebih tinggi daripada petani berkembang. Jenis informasi yang
paling tinggi tingkat kebutuhannya adalah informasi tentang metode analisis
usahatani dimana informasi ini sangat dibutuhkan pada tahap perencanaan
usahatani.
Sempitnya lahan sawah yang dikuasai
oleh petani, seringkali menyebabkan kurang efisien dalam berusaha tani, dengan
demikian berkelompok merupakan alternatif untuk mengatasi kurang efisien dalam
usaha tani.Untuk itu diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas
melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok tani yang dapat
mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian.Melalui kelompok, kelompok tani
dapat difungsikan sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit
usaha bisnis.Sumberdaya manusia (SDM) petani anggota kelompok tani perlu
ditingkatkan kemampuannya.
Melalui Gapoktan, skala usaha
ekonomi dapat diperbesar, diharapkan petani melalui Gapoktan mampu berperan
dalam bisnis hasil pertanian maupun industri hasil pertanian, memiliki daya
tawar yang memadai dalam berbisnis.
Kemampuan Gapoktan harus terus
ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai unit usaha tani, unit usaha
pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran, dan
unit usaha keuangan mikro, serta unit jasa penunjang lainnya, sehingga menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Semakin kuat keyakinan diri kelompok
mampu berhasil maka semakin tinggi keberhasilan kelompok sebagai unit
bisnis.Semakin kuat interaksi anggota kelompok maka semakin tinggi keberhasilan
kelompok sebagai unit bisnis, dan semakin baik kepemimpinan kelompok maka
semakin tinggi tingkat keberhasilan kelompok sebagai unit usaha bisnis.
3.2
Saran
Ketika mengembangkan kelompok tani
menjadi Gapoktan yang mampu mengembangkan bisnis, diperlukan kepemimpinan
kelompok yang baik yang mampu menggerakkan anggotanya, diperlukan interaksi
anggota yang kuat, diperlukan self efficacy anggota kelompok yang
tinggi, yakni keyakinan anggota kelompok mampu berhasil dalam usaha bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Habib,
Achmad. 2004. Konflik Antar Etnik di
Pedesaan Pasang Surut Hubungan Cina-Jawa. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta
Haverkort,
Bortus, dkk.2003.Pertanian Masa Depan.
Yogyakarta. Kanisius
Mariati
Tamba dan Ma‟mun Sarma.2007.Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran Di Provinsi Jawa
Barat.Jurnal Penyuluhan Vol. 3, No. 1 Maret
2007, halaman :24-34
Purba,
Jonny. 2005. Pengelolaan Lingkungan
Sosial. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Salikin,
Karwan A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta. Kanisius
Setyobudi,
Imam. 2001. Menari di Antara Sawah dan
Kota : Ambiguitas Diri, Petani-petani Terakhit di Yogyakarta. Magelang.
IndonesiaTera
Soekartawi,1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia
Soetrisno,
Loekman.1998.Pertanian pada Abad ke-21.
Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sunarru Samsi
Hariadi.2007.Kelompok
Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmu-ilmu PertanianVol. 3, No. 2, Desember 2007,halaman :79
– 86
Van
Den Ban, A.W. 1999. Penyuluhan Pertanian.
Yogyakarta. Kanisius
Waluya,
Bagja. 2007. Sosiologi : Menyelami
Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung. PT Setia Purna Inves