PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kutu daun (aphid) umumnya dikenal sebagai green flies atau black flies merupakan kelompok yang paling sukses sebagai vektor. Individunya kecil ukuran 2-3 mm dan kadang tidak menarik perhatian orang. Meskipun kemampuan reproduksinya sangat tinggi. (Untung, 1991). Banyak aphid merupakan hama tanaman pertanian karena sifat mereka yang menghisap cairan tanaman dari floem, hal ini menjadikan aphid sebagai penyebar virus tanaman. Kebanyakan aphid adalah monophagus, hidup pada satu tanaman inang. Tetapi kepentingan pertanian menyebabkan banyak alternatif yang menyebabkan berpeluang menjadi polyphagus. Akibatnya aphid tidak hanya menularkan satu jenis virus tetapi lebih dari satu virus.
Virus merupakan salah satu pathogen penyebab penyakit pada tanaman yang penyebarannya dibantu serangga. Patogen ini mengganggu metabolisme tanaman sehingga terbentuk zat-zat abnormal dan keadaan yang merusak fungsi serta kehidupan tanaman. (Mardinus, 1987). Cucumber mosaic virus (CMV) pada tanaman cabe, merupakan virus non persisten dan dapat ditularkan secara mekanis sehingga dapat dipindahkan ke lapangan untuk penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penularan CMV oleh Aphis sp
- Pengertian vektor
- Macam – macam vektor
- Mekanisme virus non persisten
- Mekanisme virus persisten
- Mampu menularkan virus melalui vektor
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Vektor
Vektor merupakan penyabar virus tumbuhan yang penting dilapangan. Sebagian besar virus tumbuhan menyebar dari tanaman satu ke tanaman lain melalui vektor. (Martosudiro, 2013)
Macam – Macam Vektor
Non-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama <10 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Semi-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama 10-100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Persisten, yaitu bila virus masih infektif selama >100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi, selama vektor hidup, dan bahkan sampai selama umur keturunan vektor. Hubungan virus-vektor dalam bentuk persistensi dianggap kurang memuaskan sehingga digunakan cara lain: Terbawa stilet (stylet-borne), bila virus menular karena terbawa pada stilet vektor. Sirkulatif, virus masuk ke perut vektor, mencapai haemolimfa, dan akhirnya mencapai bagian mulut melalui saliva. Propagatif, virus berkembangbiak di dalam tubuh vektor. Infeksi menyebabkan tumbuhan mengalami perubahan fisiologis maupun anatomis sebagai tanggapan terhadap patogen. Perubahan fisiologis dan anatomis pada akhirnya dimanifestasikan sebagai perubahan morfologis yang kasat mata. Perubahan morfologis yang terjadi pada tumbuhan sebagani manifestasi atas tanggapan fisiologis dan anatomis terhadap infeksi yang dilakukan oleh patogen disebut gejala (symptom) (Mardinus, 1987).
Mekanisme Virus Non Persisten
Pada penularan non persisten kutudaun menularkan virus dari dan ke dalam parenkima inang. Perolehan dan inokulasi terjadi dalam periode makan yang pendek dari beberapa detik sampai beberapa menit. Vektor segera menjadi infektif sesudah pengambilan virus. (Bos 1990) Virus non persisten adalah virus yang sesudah terhisap vektor dari tanaman sakit, segera atau dalam waktu singkat dapat ditularkan pada tanaman sehat. Setelah akuisisi virus tidak memerlukan periode latin dalam tubuh vektor. Vektor segera kehilangan daya infeksinya setelah menginokulasi tanaman sehat atau ketika terjadi pergantian kulit. Periode retensi sebentar dan umumnya mudah ditularkan secara mekanik (Maramorosch dan Harris, 1980).
Mekanisme Virus Persisten
Pada sisi ekstrem yang lain adalah penularan persisten. Biasanya penularan virus tetap persisten dalam tubuh vektor meskipun telah lebih dari 100 jam meninggalkan sumber virus. Penularan persisten dibedakan dalam bentuk sirkulatif dan propagatif. Virus sirkulatif masuk dalam tubuh vektor, menuju ke usus dan hemolimfe kemudian menetap sampai dapat dikeluarkan lagi melalui kelenjar saliva (ludah) dan cairan liur dalam mulutnya, sedangkan virus propagatif memperbanyak diri dalam tubuh vektor (Bos 1990)
Virus persisten adalah virus yang di dalam badan serangga mula-mula mengalami periode laten sebelum ditularkan ke tanaman sehat. Vektor tidak kehilangan daya infeksinya setelah menginokulasi tanaman sehat atau ketika terjadi ganti kulit, bahkan ada virus yang dapat ditularkan ke generasi berikutnya (transovarial passage). virus persisten tidak dapat ditularkan secara mekanis (Maramorosch dan Harris, 1980).
METODOLOGI
Alat dan BahanAlat
- Sangkar kasa untuk memperbanyak vektor
- Kuas untuk memindahkan vektor
Bahan
- Tanaman kedelai sehat bahan yang diuji
- Apis glycine sebagai vektor , menularkan virus
Alur Kerja
- Siapkan alat dan bahan
- Ambil vektor aphis menggunakan kuas yang telah dibasahi
- Letakkan dalam cawan petri kosong untuk dipuasakan (30 s/d 60 menit)
- Letakkan pada daun tanaman kedelai yang sehat
- Amati setiap hari selama 3 minggu
- Catat dan dokumentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
HasilHari/tanggal Masa inkubasi Gejala Dokumentasi:
29 Maret 2013 0 hari Belum ada karena vektor baru diletakkan pada daun.
1 April 2013 2 hari Belum ada gejala yang muncul
10 April 2013 11 hari Mulai terlihat gejala lession local pada daun kedelai
14 April 2013 15 hari Daun sudah rusak dan sebagian sobek
Pembahasan
Pada daun kedelai yang diberi vektor Aphis sp mulai menunjukkan gejala dalam waktu 11 hari, yaitu berupa bintik – bintik kecil pada daun kedelai. Kemudian pada hari ke tujuh pengamatan, muncul bintik – bintik berwarna putih pada daun kedelai. Diduga virus sudah menyebar ke semua bagian tanaman. Karena pada daun kedelai yang baru tumbuh menunjukkan gejala bintik-bintik kuning pada bagian ujungnya. Kemungkinan jumlah vektor yang menginfeksi tanaman kurang, karena hanya satu vektor setiap tanaman. Tanaman juga mengeluarkan zat semacam antibodi untuk melindungi dirinya dari virus. Sehingga gejala yang muncul pada tanaman tidak terlalu jelas. Seperti pada literatur, yaitu suatu gejala bermula dari gejala kecil yang bersifat lokal yang disebut lesi (lesion) yang meluas menghasilkan gejala. Suatu penyakit dapat menimbulkan beberapa gejala sekaligus dan rangkaian gejala yang timbul disebut sindrom (syndrom). (Mardinus, 1987).
Gejala biasanya tidak langsung terjadi segera setelah terjadinya inokulasi, melainkan seringkali setelah selama beberapa waktu. Selang waktu antara saat inokulasi sampai terjadinya gejala disebut masa inkubasi. Gejala kadang-kadang tidak timbul, meskipun telah terjadi infeksi. Gejala yang tidak timbul tersebut disebut gejala laten. Gejala penyakit tumbuhan diberi nama berdasarkan perubahan yang tampak dialami oleh tumbuhan inang. Pada dasarnya, gejala dapat dikelompokkan menjadi nekrotik (kematian sel atau jaringan), hipoplastik (pertumbuhan sel atau jaringan terhambat atau terhenti), dan hiperplastik (pertumbuhan sel atau jaringan berlebihan). Daftar gejala penyakit tumbuhan yang penting(Mardinus, 1987).
PENUTUP
Kesimpulan
Penularan virus bisa dilakukan oleh vektor Aphis sp dengan cara meletakkan vektor yang telah terinfeksi virus pada daun tanaman sehat. Jumlah vektor perlu diperhatikan agar proses penularan virus dapat dikatakan berhasil Pada praktikum ini tanaman kedelai sudah menunjukkan gejala berupa lessio lokal dan daun pada ujung tunas terdapat bintik-bintik berwarna kuning Pada hari ke 15 gejala yang ditunjukkan sudah sangat parah dengan adanya bagian ujung yang sobek.
Saran
Sebaiknya disediakan tempat untuk meletakkan tanaman yang telah diberi vektor, untuk meminimalisir jatuhnya vektor dijalan. Praktikan juga diajak mencari vektor supaya tahu bagaimana cara mencari vektor.
DAFTAR PUSTAKA
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Harris, F.K., K. Maramorosch. 1980. Vektor of Plant Pathogen. Academic press.
Mardinus. 1987. Pengantar Virologi Tumbuhan Bagian I. Padang.
Martosudiro, mintarto.2013. Modul virologi tumbuhan.universitas Brawijaya: Malang
Untung, S. 1991. Dasar-dasar virology Tumbuhan. Ujung Pandang.
No comments:
Post a Comment