Tanaman cabai
merah memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu dapat ditanam di berbagai
lahan dan sembarang waktu (Siswanto et al.,
1995). Tanaman ini dapat diusahakan baik di lahan sawah, kering, pinggir laut
(dataran rendah ataupun pegunungan (dataran tinggi). Pengusahaannya juga dapat
dilakukan pada musim kemarau, musim hujan maupun bedengan. Namun demikian ada
beberapa persyaratan tertentu yang harus diperhatikan.
Jenis
Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk
tanaman cabai merah (terutama cabai hibrida) adalah tanah yang
bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya
bahan organik. Tanah yang terlalu liat kurang baik karena sulit diolah,
drainasenya jelek, pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan dapat
menyulitkan akar dalam mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu
poros/banyak pasir juga kurang baik, karena mudah tercucinya pupuk oleh
air. Penambahan pupuk kandang 20-25
ton/ha dapat memperbaiki tanah terlalu liat atau terlalu poros (Setiadi,
2008).
Derajat
Kemasaman (pH)
Derajat kemasaman tanah yang sesuai
adalah berkisar antara pH 5,5-6,8 dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua
tingkatan pH, cendawan penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab
rebah kecambah seperti Rhizoctoma sp., Phythium sp. berkembang baik pada tanah-tanah
asam. Cendawan yang hidup pada pH > 5,5 kehidupannya bersaing dengan
bakteri, karena bakteri berkembang baik pada pH > 5,5. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan
penambahan kapur pertanian pada pH rendah dan belerang (S) pada pH
tinggi (Setiadi, 2008).
Air
Air berfungsi sebagai pelarut dan
pengangkut unsur hara ke organ tanaman, air berperan dalam proses
fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi (pernafasan). Kekurangan
air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati (Prajnanta,
2009). Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air
yang bersih yang membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, bukan air yang berasal dari suatu daerah penanaman cabai yang
terserang penyakit, karena air ini dapat menyebabkan tanaman cabai yang
sehat akan segera tertular, dan bukan air yang berasal dari limbah
pabrik yang berbahaya bagi tanaman cabai (Setiadi, 2008).
Iklim
Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya
cabai merah adalah angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan
kelembaban. Angin sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi
tanaman dari terik matahari sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang.
Selain lebah, angin juga berperan penting sebagai perantara penyerbukan, namun
angin yang kencang justru akan merusak tanaman. Curah hujan yang
diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson). Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan banyak rontok. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan penggenangan air pada lahan penanaman, sehingga aerasi
tanah menjadi buruk dan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman (Alviana dan Anas, 2009).
Lamanya penyinaran (foto
periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari,
intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan
buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara
25-30 0C. Suhu optimal untuk
pertumbuhan adalah 24-28 0C. Pada suhu <15 0C >32
0C buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang
sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Kelembaban relatif yang diperlukan 80% dan
sirkulasi udara yang lancar. Adanya
curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban sekitar pertanaman.
Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan
bakteri Pseudomonas solanacearum
penyebab layu akar serta merangsang perkembang biakan cendawan dan bakteri.
Untuk mengurangi kelembaban yang tinggi jarak tanam diperlebar dengan sistem
tanam segitiga (zigzag) dan gulma-gulma dibersihkan (Zulkifli, 2011).
Terimakasih isi blognya bermanfaat
ReplyDelete