FAKTOR SOSIAL-KOMUNIKASI PETANI DALAM USAHA TANI


MAKALAH PENGANTAR USAHA TANI
“FAKTOR SOSIAL-KOMUNIKASI PETANI DALAM USAHA TANI”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.


1.2  Tujuan
a)      Agar mahasiswa mengetahui tentang interaksi sosial dan komunikasi petani
b)     Agar mahasiswa mengetahui tentang pengaruh interaksi dan proses sosialisasi petani pada perkembangan manajemen usaha tani
c)      Agar mahasiswa mengetahui tentang pengembangan kelembagaan
d)     Agar mahasiswa mengetahui tentang faktor sosial dan komunikasi petani dalam berusaha tani




BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Interaksi Sosial dan Komunikasi Petani
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dan merupakan bentuk yang paling umum dari proses sosial. Bentuk lain dari proses osial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk aktivitas sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
a)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antar Petani
                        Salah satu tujuan utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga tentang corak usahatani, bagaimana petani memilih kombinasi pembudayaan tanaman dengan ternak, teknik dan strategi apa yang harus diterapkan. Jadi petani membutuhkan interaksi sosial terhadap petani lain.
Dengan adanya interaksi sosial, petani bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara bertani dari petani lain. Hal ini tentu saja menjadi pelajaran terpenting bagi petani karena dengan adanya interaksi antar sesama petani, diharapkan nantinya petani bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara bertani yang baik dan benar sehingga petani dapat mengkaji dan menerapkannya dalam sistem pertanian mereka agar didapatkan produktivitas hasil pertanian mereka yang maksimal.
b)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Penyuluh
Penyuluh pertanian merupakan suatu lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pertanian dimana penyuluh pertanian ini bertugas memberikan informasi dan keterampilan tentang pertanian kepada para petani. Selain itu, Penyuluh disini bertugas menampung seluruh aspirasi dan permasalahan yang ada pada petani tentang pertanian mereka. Mulai dari permasalahan dalam bercocok tanam, serangan hama dan penyakit, serta permasalahan dalam pemilihan bibit unggul. Jika petani tidak dapat memecahkan masalahnya maka produktivitas hasil pertanian mereka tidak dapat  menghasilkan secara maksimal.
Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para petani dengan penyuluh pertanian sangat penting adanya agar berbagai permasalahan tentang pertanian dapat terpecahkan sehingga produktivitas hasil pertanian para petani dapat maksimal dan kesejahteraan petani dapat terwujud.
c)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Keluarga
Sebelum petani melakukan proses sosialisasi dengan masyarakat pertanian lainnya, interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga petani tersebut. keluarga disini tampat keluh kesah petani dalam kehidupannya. Mulai dari masalah dari segi psikis, ekonomi, dll keluargalah yang membantu petani dalam menyelesaikan masalahnya.
d)     Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Kelembagaan
Lembaga merupakan adalah pelaku atau wadah untuk menjalankan satu atau lebih kelembagaan, memiliki struktur yang tegas dan diformalkan. Adanya lembaga disini berfungsi untuk memberi pedoman pada msyarakat bagaimana harus berbuat dalam menghadapi permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok manusia, menjaga keutuhan masyarakat, memberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) yang merupakan pengawasan masyarakat terhadap perilaku anggotanya.
Dengan adanya fungsi dari lembaga tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para petani dengan lembaga tersebut perlu adanya. Misalnya, Lembaga sosial seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga masyarakat ini bertujuan untuk menampung seluruh aspirasi masyarakat yang nantinya berbagai permasalah yang ada dapat terpecahkan.

2.2    Pengaruh Interaksi dan Proses Sosialisasi Petani pada Perkembangan Manajemen Usaha Tani
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosialadalah suatuinteraksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Padainteraksi sosial terjalin hubungan erat yang akan menciptakan keselarasan sosial. Oleh karena itu, interaksi social berpengaruh besar terhadap terbentuknya keselarasan social masyarakat yang bersangkutan. Melalui interaksi sosial, manusia saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang mendorong munculnya keselarasan sosial. Keteraturan sosial merupakan suatu kondisi yang sendi-sendi kehidupan bermasyarakatnya berjalan tertib dan teratur sehingga tujuan kehidupan bermasyarakat dapat tercapai


Berikut beberapa pengaruh akibat adanya interaksi dan proses sosialisasi terhadap perkembangan petani dan masyarakat
·                                                      Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian mereka sehingga memungkinkan terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti: hama dan penyakit tanaman melalui obat-obat kimia modern yang dapat meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akibat heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi baru dari saling bertukarnya pengalaman diantara mereka.Kemudian timbulah kebudayaan baru diantara mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di desanya.
·      Asimilasi
Dari kelompok  buruh tani yang beranggotakan masyarakat dari berbagai desa dengan  kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda, petani ini berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama, yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
·                                                                            Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di berbagai desa mengalami suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok.Konflik yang bersifat individu biasanya terjadi karena adanya perselisihan personal diantara mereka.Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan diladang sawah mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini biasanya dapat menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam kelompok sosial mereka.Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan dan mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan konflik yang lebih besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka.Itulah dampak negatif yang bisa timbul dari adanya kelompok sosial. Tidak jarang juga konflik tersebut diakibatkan karena adanya desosialisasi antar petani desa maupun masyarakat desa. Proses desosialisasi mengakibatkan antar petani saling acuh tak acuh.

2.3    Pengembangan Kelembagaan
Lembaga di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosialmasyarakatnya. Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhanindividu anggotanya, berupa : kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan pengembangan pengakuan.Manfaat utama lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol sosial, sehingga setiap orang dapat mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat.


Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh suatu kelembagaan petani agartetap eksis dan berkelanjutan adalah :
  1. Prinsip otonomi (spesifik lokal).Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi kedalam dua bentuk yaitu :
a)         Otonomi individu.
Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi adalah mengacu padaindividu sebagai perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada diri manusia sebagai salah satu anugerah paling berharga dari sang pencipta. Kebebasan inilah yang memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga mereka dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan membentuk komunitas yuang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul.
b)         Otonomi desa (spesifik lokal).
Pengembangan kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensidesa itu sendiri (spesifik lokal). Pedesaan di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan sistem, nilai, dan budaya; juga memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan beragam pula. Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkat-perangkat aturan danhukum memerlukan penyesuaian sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat untuk bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang berintikan gerakan dapat tumbuh di semua bidang kehidupannya. Disamping itu, harus juga memperhatikann elemen-elemen tatanan yang hidup di desa, baik yang berupa elemen lunak (soft element)seperti manusia dengan sistem nilai, kelembagaan, dan teknostrukturnya, maupun yang berupa elemen keras (hard element) seperti lingkungan alam dan sumberdayanya, merupakan identitas dinamis yang senantias menyesuaikan diri atau tumbuh dan berkembang

2.4    Faktor Sosial dan Komunikasi Petani dalam Berusaha Tani
        Masyarakat desa masih mempunyai sosial budaya yang sangat kental. Oleh karena itu pada aktivitas sehari hari mereka selalu berkomunikasi dengan baik karena mereka adalah kumpulan manusia yang saling membutuhkan satu sama lainnya.
        Masyarakat desa kebanyakan berprofesi sebagai petani. Baik petani yang mengolah lahannya sendiri maupun sebagai petani buruh. Keadaan inilah yang membuat mereka selalu mempunyai hubungan yang erat karena seprofesi. Interaksi antarpetani sering terjadi diantara mereka. Ketika mereka sedang melakukan kegiatan usahatani, banyak sekali informasi-informasi yang saling mereka tukar, baik informasi mengenai pertanian maupun non-pertanian. Adanya pertukaran informasi dalam berusahatani ini membawa dampak yang positif. Kegiatan usahatani dapat lebih berkembang karena adanya informasi-informasi baru yang berasal dari individu petani yang dapat memajukan kegiatan usahatani mereka. Pertukaran informasi ini merupakan sebuah pembelajaran bagi masyarakat petani, sehingga semakin sering dan intens mereka berinteraksi dan berkomunikasi, semakin banyak hal-hal baru yang dapat mereka pelajarai, sehingga akan berdampak positif terhadap kegiatan usahatani mereka.



2.5     Perkembangan Teknologi Dan Informasi Petani
Dalam hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok  Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada disitu saja, tidak berjalan maju ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadopsi sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau menerapkan suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang. Rendahnya tingkat pendidikan petani menyebabkan kemampuan dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif sangat terbatas sehingga menghasilkan produk yang berkualitas rendah.  Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani  berakibat pada rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya.
Rendahnya soft skill (kemampuan petani dalam bekerja sama dan kurangnya motivasi untuk meningkatkan mutu/nilai tambah produk yang dihasilkannya) mendorong rendahnya kinerja pembangunan pertanian secara keseluruhan. Petani yang semula dijadikan obyek dalam pembangunan, sudah sepantasnya untuk saat ini dijadikan sebagai subyek pembangunan.  Fokus pembangunan pertanian yang diarahkan pada petani tidak terlepas dari tuntutan perubahan pola pikir petani dalam berusaha tani maupun dukungan dari agen pembaharuan dan peran pemerintah yang secara tidak langsung mendukung pola usaha tani agar dapat bersaing dalam iklim global. 
Dengan demikian strategi komunikasi pembangunan pertanian menggunakan model komunikator pendukung pembangunan (Development Support Communicator) memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada media, sebaliknya mengembangkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Komunikator berperan sebagai mediator antara tenaga ahli dan pemanfaat pembangunan, sehingga kesenjangan informasi antara tenaga ahli dengan pemanfaat pembangunan dapat dikurangi.

2.6    Strategi Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu kunci penting yang menentukan berhasil tidaknya penyuluh dalam menyampaikan materi-materi tentang pertanian di masrayakat pedesaan. Seringkali, penyuluh hanya mempresentasikan apa yang ada di dalam pikirannya, mempresentasikan suatu materi dengan banyak tulisan dan kata-kata yang sulit dimengerti oleh petani pada umumnya. Materi yang dipresentasikan pun terkadang sulit diterima oleh target penyuluh, karena materi yang disampaikan kurang memperhatikan aspek psikologis dan akademis. Untuk itu, agar materi-materi yang berisi temuan-temuan teknologi baru mengenai pertanian dapat diterima sesuai sasarannya, hendaknya  penyuluh memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Bahasa yang digunakan tidak harus baku atau mudah dimengerti.
Petani (target penyuluh) akan lebih menghargai penyuluh apabila mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani, seperti bahasa daerah di daerah tersebut. Tutur kata yang halus disertai canda tawa adalah hal yang paling disukai petani, sehingga nantinya diharapkan petani dapat mengerti mengenai materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh.
2.      Memperhatikan strata sosial suatu masyarakat pedesaan dalam melakukan penyuluhan. 
Dalam mempresentasikan suatu temuan-temuan baru, penyuluh hendaknya memperhatikan, kepada siapa temuan-temuan tersebut dipresentasikan. Bila dipresentasikan kepada kaum petani, hendaknya penyuluh menggunakan bahasa lokal yang mudah dimengerti, sehingga memudahkan petani untuk memahami dan mengadopsi temuan-temuan baru tersebut. Bila dipresentasikan kepada kaum terpelajar di desa tersebut, penyuluh dapat menggunakan bahasa-bahasa ilmiah dalam menyampaikan temuan-temuannya tersebut, karena kaum terpelajar mampu memahami bahasa-bahasa ilmiah yang disampaikan oleh penyuluh.
3.      Materi presentasi sebaiknya lebih banyak berupa visual daripada tulisan.
Umumnya, penyuluh hanya mempresentasikan suatu materi/ temuan-temuan barunya dengan lebih banyak tulisan daripada gambar, sehingga terkadang petani merasa bosan dengan materi tersebut. Berawal dari rasa bosan, petani menjadi tidak tertarik dengan materi/ temuan tersebut, walaupun sebenarnya materi/temuan tersebut sangat bagus. Dengan menggunakan metode visual presentation yg lebih banyak berupa gambar, petani akan lebih tertarik dan memahami mengenai temuan-temuan baru tersebut, sehingga pada akhirnya petani menjadi yakin untuk mengadopsi temuan-temuan baru yang disampaikan oleh penyuluh.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Petani merupakan pemilik modal yang utama dalam memproduksi suatu komoditas pertanian, namun justru petani yang seringkali menanggung resiko paling besar.Ketika musim panen tiba, produksi melimpah, sehingga menyebabkan harga komoditas turun, petani tidak mampu menjual hasil produksi dengan harga yang lebih tinggi.Kelemahan daya tawar petani menyebabkan usaha tani tidak memberikan keuntungan yang memadai, terlebih lagi luas areal usaha tani yang sempit menyebabkan usaha tani kurang efisien.
Baik petani maju maupun petani berkembang sama-sama membutuhkan berbagai informasi pertanian seperti informasi tentang peningkatan produksi dan mutu komoditas; ketersediaan sarana produksi dan permodalan; lokasi pemasaran dan harga komoditas; teknologi pengolahan hasil pertanian, dan metode analisis usahatani. Perbedaannya hanya dalam hal tingkat kebutuhan untuk masing-masing jenis informasi pertanian, karena tingkat kesadaran akan pentingnya informasi dan tingkat motivasi petani maju dalam berusahatani lebih tinggi daripada petani berkembang. Jenis informasi yang paling tinggi tingkat kebutuhannya adalah informasi tentang metode analisis usahatani dimana informasi ini sangat dibutuhkan pada tahap perencanaan usahatani.
Sempitnya lahan sawah yang dikuasai oleh petani, seringkali menyebabkan kurang efisien dalam berusaha tani, dengan demikian berkelompok merupakan alternatif untuk mengatasi kurang efisien dalam usaha tani.Untuk itu diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok tani yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian.Melalui kelompok, kelompok tani dapat difungsikan sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit usaha bisnis.Sumberdaya manusia (SDM) petani anggota kelompok tani perlu ditingkatkan kemampuannya.
Melalui Gapoktan, skala usaha ekonomi dapat diperbesar, diharapkan petani melalui Gapoktan mampu berperan dalam bisnis hasil pertanian maupun industri hasil pertanian, memiliki daya tawar yang memadai dalam berbisnis.
Kemampuan Gapoktan harus terus ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai unit usaha tani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran, dan unit usaha keuangan mikro, serta unit jasa penunjang lainnya, sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Semakin kuat keyakinan diri kelompok mampu berhasil maka semakin tinggi keberhasilan kelompok sebagai unit bisnis.Semakin kuat interaksi anggota kelompok maka semakin tinggi keberhasilan kelompok sebagai unit bisnis, dan semakin baik kepemimpinan kelompok maka semakin tinggi tingkat keberhasilan kelompok sebagai unit usaha bisnis.

3.2         Saran
Ketika mengembangkan kelompok tani menjadi Gapoktan yang mampu mengembangkan bisnis, diperlukan kepemimpinan kelompok yang baik yang mampu menggerakkan anggotanya, diperlukan interaksi anggota yang kuat, diperlukan self efficacy anggota kelompok yang tinggi, yakni keyakinan anggota kelompok mampu berhasil dalam usaha bisnis.




DAFTAR PUSTAKA


Habib, Achmad. 2004. Konflik Antar Etnik di Pedesaan Pasang Surut Hubungan Cina-Jawa. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta
Haverkort, Bortus, dkk.2003.Pertanian Masa Depan. Yogyakarta. Kanisius
Mariati Tamba dan Ma‟mun Sarma.2007.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran Di Provinsi Jawa Barat.Jurnal Penyuluhan Vol. 3, No. 1 Maret 2007, halaman :24-34
Purba, Jonny. 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta. Kanisius
Setyobudi, Imam. 2001. Menari di Antara Sawah dan Kota : Ambiguitas Diri, Petani-petani Terakhit di Yogyakarta. Magelang. IndonesiaTera
Soekartawi,1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia
Soetrisno, Loekman.1998.Pertanian pada Abad ke-21. Jakarta. Direktorat  Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sunarru Samsi Hariadi.2007.Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmu-ilmu PertanianVol. 3, No. 2, Desember 2007,halaman :79 – 86
Van Den Ban, A.W. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta. Kanisius
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung. PT Setia Purna Inves


FAHMI

No comments:

Post a Comment

Instagram