Studi Kasus Keragaman dan Dampak Penerapan Sistem Usaha Tani KonservasiTerhadap
Tingkat Produksivitas Lahan Perbukitan Yogyakarta
Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Teknologi Konservasi Sumberdaya
Lahan
Oleh
:
M. G. ARIF ZULFAHMI
105040201111091
Kelas H
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanah yang merupakan sumberdaya alam
mempunyai pengaruh yangbesar bagi kehidupan manusia, baik dipandang sebagai
tempat melakukansegala aktifitas dipermukaan bumi, maupun sebagai media alami
bagipertumbuhan tanaman, sehingga tanah akan mempunyai pengaruh langsungmaupun
tidak langsung bagi kehidupan manusia. Penggunaan lahan yang tidaksesuai dengan
kemampuannya serta tidak diikuti dengan usaha-usahakonservasi tanah dan air,
akan menyebabkan tanah menjadi kritis, sehinggaakan menurunkan kualitas
sumberdaya alam yang ada. Penurunan kualitassumberdaya alam tersebut salah
satunya bisa di sebabkan karena kerusakanlingkungan, erosi merupakan salah satu
dari sekian banyak kerusakan lingkungan yang terjadi. Erosi tanah adalah proses
penguraian dan prosespengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi,
seperti air dan angin(Morgan, 1979 dalam Taryono 1995). Bentuk-bentuk erosi ada
4 macam yaitu: erosi percik (Splash erosion), erosi lembar (Sheet
erosion), erosi alur (Rillerosion) dan erosi parit (Gully
erosion). Dengan menjaga keutuhan tanahinilah, maka adanya
tindakan-tindakan konservasi tanah akan sangatdiperlukan (Sitanala Arsyad,
1989).
Erosi tanah
merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi.Besarnya
erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi
tersebut,akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya
erosi. faktor-faktor yangmempengaruhi erosi adalah iklim, topografi, vegetasi,
tanah dan manusia. Akibat dari adanyapengaruh manusia dalam proses peningkatan
laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidaksesuai dengan peruntukannya
dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakankonservasi tanah dan air
menyebabkan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanahsehingga bisa
dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untukmemaksimalkan
produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan darisumberdaya
lahan.
Penelitian kehilangan tanah yang disebabkan oleh erosi pada lahan
kering telah banyak dilakukan dan hasilnya telah banyak dipublikasikan.
Banyaknya kehilangan tanah dapat diduga dengan menggunakan rumus Universal
Soil Loss Equation (USLE, Wischmeier and Smith, 1960). Rumus tersebut
paling mudah dan operasional, serta banyak digunakanuntuk menduga besarnya kehilangan
tanah akibat erosi pada lahan kering. Penelitian untuk mengetahui jumlah tanah
tererosi pada lahan sawah belum banyak dilakukan sehingga diperlukan penelitian
yang khusus menelaah kehilangan tanah tersebut.
Kehilangan tanah pada lahan sawah terhambat karena adanya teras
dan pematang, namun erosi tetap terjadi terutama pada saat pengolahan tanah.
Partikel tanah terangkut ke luar petakan sawah bersamaan dengan mengalirnya air
pada saat pekerjaan pelumpuran tanah dan penyiangan sedang dilaksanakan. Besarnya
jumlah tanah yang hilang inilah yang perlu dikuantifikasi, sehingga dapat
diketahui penambahan erosi dari sawah terhadap besarnya erosi pada suatu daerah
aliran sungai (DAS).
Lahankritisdiperkirakanmencapai 18.600 ha
(World Bank 1991), tersebar di tigazonaagroekosistem. Zonaagroekosistem II
berupaperbukitankapurPegununganSeribu di KabupatenGunungKidul. Zonaagroekosistem
III meliputiPerbukitanBaturagung, KabupatenGunungKidul; PerbukitanDlingo,
KabupatenBantul;jugaPerbukitanSentolohdanManorehddiKabupatenKulonprogo.
Zonaagroekosistem I termasuklahantidakkritisyaitudatarantinggiWonosari.SedangkanzonaagroekosistemVameliputiwilayahlahanlabillerengvulkanik
di KabupatenSleman.Kekritisanlahandapatdisebabkanolehdua factor penting, yaitu
factor endogen daneksogen (Notohadiprawiro, 1978). Khususlahankering di
perbukitan DIY, factor endogen meliputisifatbahaninduk, sifattanah,danbentukfisiografilahan
(Suryanto, 1995; Sunarminto, 1997). Sedangkan factor eksogenadalahiklim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi secara alamiah dapat dikatakan
tidak menimbulkan keseimbangan bagi kehidupan manusia atau terganggunya
keseimbangan lingkungan. Aktivitas manusia dalam berbagai bidang pada umumnya
tidak memperlambat erosi, namun menjadikan erosi dipercepat. Dengan menjaga
keutuhan tanah inilah, maka adanya tindakan-tindakan konservasi tanah akan
sangat diperlukan (Sitanala Arsyad, 1989).
Proses erosi merupakan kombinasi dua proses
yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk
butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang
(proses depresi), serta pemindahan butir tanah oleh percikan air hujan dan
penghancuran struktur tanah diikuti penggangkutan butir tanah oleh air yang mengalir
di permukaan tanah.
Metode untuk mengetahui erosi yang
dikembangkan oleh Wischmeierdan Smith (1978 dalam Sitanala Arsyad, 1989), yang
disebut dengan metode USLE adalah metode yang paling umum.
Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemakaian rumus USLE
antara lain :
1). USLE
hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur, dan tidak untuk erosi parit.\
2). USLE
tidak memperhiraukan endapan sedimen, hanya memperkirakan besarnya tanah yang
tererosi, tetapi tidak memperhatikan deposisi sedimen dalam perhitungan
besarnya perkiraan erosi.
Metode USLE adalah model prediksi erosi yang
dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar dan alur
pada keadaan tertentu dengan menggunakan rumus :
A = R x K x LS x C x P
Dimana :
A = jumlah kehilangan tanah akibat erosi
(t/ha/tahun),
R = indeks erosivitas hujan,
K = faktor erodibilitas tanah,
LS = faktor panjang dan kemiringan lahan,
C = faktor penutupan vegetasi dan pengelolaan
tanaman, dan
P = faktor pengelolaan lahan/tindakan
konservasi tanah.
2.1 Karakteristik Permasalahan dan
Kerusakan Lahan
Tanah utamatergolongpadaordoEntisol,
Alfisol, Inceptisol, danAndosol (PusatPenelitian Tanah danAgroklimat, 1993)
yang berasaldaribahanindukkapur/karst. Sehinggatanahpadaumumnyaamiskinbahan
organic danunsurhara N, P, K sehinggaproduktivitaslahantergolongsedangsampaisangatrendah.
Kondisibiofisiklahan di zona II, III, danVadicirikanolehsolumtanahdangkal,
sebagian horizon B telahtererosi, lerengrelatifcuram,
teksturpasirataufregmentasidanterdapatsingkapan di batuanpermukaan.Meskipunsebagianlahansudah
di teras, lahanmasihrawanerosidanlongsorkarenatampinganterasumumnyategak,
anpatamananpenguat, dankondisisaluranpembuangan
Tingkat bahaya erosirendah terdapat di bagian
punggung dan lereng bawah yang mempunyai kemiringan < 15%, bahaya erosi
sedang pada lereng bagian atas dan bawah dengan kemiringan 15-45%, tingkat
bahaya erosi berat terdapat pada lereng bagian ata, tengah, dan bawah dengan
kemiringan 30 sampai >45%. Zona IIImemilikicurahhujan 2.300 mm/th,
sedangkanzonaVarelaifleebihbasahdengancurahhujan 3.100 mm/th.Padalahan yang
berlereng>15%, intesitashujanrelatifbesardanberlangsung 4-5 bulan (November-Februari/Maret)
memacuterjadinyaerositanah. Serta nilaieroddibilitas yang tinggidanlereng yang panjangpadatanahbersolumdangkalakanmemperbesarlajuerositanah.
Upaya yang dilakukan didaerahtersebut adalah
dengan membentuk usaha tani.Para petani melakukan konservasi di lahan kering
dengan tanaman pohon-pohon bernilai ekonomis tinggi, dikombinasikan dengan
pengembangan usaha ternak ruminansia sebagai pendukung komponen usaha
tani.Untuk mepercepat terjadinya konservasi tanah dan memacu integrasi antara
teknologi konservasi dan perbaikan lahan, diperlukan startegi khusus bagi tiap
zona agroekosistem, yang kemudian permasalahn tersebut di bahas oleh kelompok
petani. Konservasi dilakukan dengan cara :
·
Efektivitas tanaman rumput untuk mengurangi erosi dan sumber
hijauan pakan
Pada lahan yang berlereng
15-45%, petani telah mengadopsi teknologi konservasi dengan baik, sehingga
erosi dapat dikendalikan sampai mendekati batas laju erosi yang diperbolehkan
sebesar 6-8 t/ha/thn. Pemeliharaan ternak juga mendorong petani di wilayah
perbukitan kritis untuk menanam rumput yang efektif untk mencegah erosi dan
longsor. Teknologi konservasi tanah dan air yang terintergasi dengan ternakdan
penanaman rumput pakan dalam bentuk strip sebagai penguat teras terbukti mampu
menekan erosi , dan meningkatkan kesuburan tanah.
·
Menanam tanaman tahunan
Tanman tahunan mempunyai peran
penting dalam stabilisasi lereng curam. Karakteristik tanah sangat berkorelasi
dengan pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang dangkal, perkembangan akar
cenderung terhambat karena terbatasnya volume tanah juga rendahnya unsur hara
dan air.
Lahan bersolum relatif
dalam (> 50 cm) sebaiknya dimafaatkan untuk penanaman tanaman industri dan
buah-buahan bernilai ekonomi tinggi seperti durian, rambutan, jati, dll.
Sedangkan lahan bersolum dangkal sebaiknya digunakan umtuk yanaman hutan,
seperti jati dan mahoni. Pemberian mulsa dan pupuk organik serta pembuatan
naungan dapat mempertahankan legas tanah di bawah batas kritis (pF 3,90) dan
mendukung pertumbuhan selama musim kemarau.
·
Peningkatan Hara Tanah
Dalam kurun waktu 3-6th
penyempurnaan teras diikuti rehabilitasi lahan dengan pemberian pupuk kandang
5-10 ton/ha dan pergiliran tanaman pangan dengan legum mampu memperbaiki
kondisi tanah, kadar C-organik meningkat sehingga kandungan K dan Mg ikut
meningkat. Peningkatan ini dapat memperbaiki daya pegang tanah terhadap pupuk
sehingga tanah kritis dapat mendekati normal.
·
Konservasi Air
Untuk meningkatkan Indeks Pertanaman dengan
cara membuat embung. Air embung digunakanuntuk mengairi tanaman yang bernilai
ekonomi tinggi. Embung juga juga berpengaruh terhadap sebaran lengas yang
berasal dari rembesan air, sehingga membuat tanaman dibawah lereng embung lebih
segar dibanding daerah lain.
No comments:
Post a Comment