2.1 Sejarah Tanaman Mawar
Sebenarnya
mawar berasal dari negeri Rusia, tetapi ada yang mengata-kan dari Persia,
bahkan negeri Cinapun mengaku telah mananam sejak 1500 tahun sebelum Masehi.
Kemungkinan saja tanaman mawar mempunyai daerah distribusi yang luas dari
daerah primer sampai tersier. Di Babilonia kita kenaI dengan adanya "hanging
garden" yang dipenuhi tanaman mawar. Menurut Beiley dan Beiley (1976)
serta Zieslin dan Moe (1985) mawar ditemui didaerah musiman, di Hemisphere
bagian Utara termasuk Cina, Himalaya, Bengal sampai Ethiopia, Amerika Barat
sampai Utara, terus ke Meksiko. Mawar masuk ke Yunani pada abad ke-5, banyak
gunakan sebagai penghias istana terutama dalam jamuan makan malam dan
acara-acara kenegaraan lainnya. Setelah itu mawar menyebar luas ke
negara-negara di benua Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia dan Amerika Serikat.
(Rukmana, 1995)
2.2 Klasifikasi Tanaman mawar
Menurut Rukmana ( 1995 ) tanaman
Mawar diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies
: Rosa damascena Mill.
2.3 Morfologi Tanaman mawar
Berikut adalah morfologi tanaman mawar
menurut Lingga (2008).
Akar
Mawar memiliki akar tunjang yang dalam dan menyebar
seluas tajuk yang dimilikinya. Perakaran mawar sangat kuat sehingga mampu
menembus tanah yang keras dan berdiri kokoh.
Akar muda berwarna putih dan lunak serupa dengan
akar serabut. Akar muda berumur singkat sebab segera berubah menjadi akar liat
yang mengandung jaringan kayu. Setelah tua, akar berubah warna menjadi
kecokelatan.
Ciri lain akar mawar adalah kemampuannya untuk
membentuk akar semu serupa stolon. Pada beberapa spesies, terutama pada jenis
menjalar, akar tersebut muncul ke permukaan tanah dalam bentuk batang. Batang
tersebut pertumbuhannya lemah, karenanya bila tumbuh harus dibuang agar batang
utama tumbuh lebih baik.
Fungsi utama akar adalah menopang berdirinya
tanaman, sedangkan fungsi yang lain adalah sebagai penyerap air dan unsur hara.
Kemampuan akar mawar dalam menyerap air sangat kuat karena kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman cukup besar. Saat kondisi lahan kering, akar akan cepat
berusaha mencukupi kebutuhan air dengan cara tumbuh ke lapisan tanah yang lebih
dalam. Kemampuan ini hanya dimiliki tanaman dewasa yang sudah kuat.
Meskipun kuat menyerap air buka berarti akar mawar
tahan terhadap air yang berlebihan. Volume air yang berlebihan di daerah
perakaran akan menurunkan ketersediaan oksigen sehingga pernapasan akar
terhambat. Dalam kondisi seperti ini akar mawar akan terhenti aktivitasnya
bahkan rusak.
Banyak hobiis mawar menganggap bahwa setelah tua,
akar tumbuh kuat sehingga dalam kondisi apa pun mampu berfungsi dengan baik.
Tidak selamanya anggapan tersebut benar, sebab hal tersebut hanya terjadi pada
lahan gembur. Sebaliknya, pada lahan yang terlalu keras pertumbuhan akar
terhambat.
Beberapa hobiis lain rajin melakukan penyiraman
dengan harapan tanaman akan tumbuh lebih baik. Kenyataannya, hasil yang
diharapkan bisa jadi tidak sesuai keinginan. Dengan terpenuhinya kebutuhan air
di lapisan tanah yang dangkal, akar tidak berkembang lebih dalam sehingga
pertumbuhannya tidak kokoh. Selain itu, genangan air dalam waktu lama justru
membuat akar mawar mengalami kerusakan fisiologis, seperti busuk akar,
penguningan daun , atau layu.
Batang
Batang mawar berkayu. Sebagai tanaman berbiji belah
(dikotil), batang mawar memiliki kambium yang memperkuat jaringan batang. Saat
masih muda batang umumnya berwarna hijau namun setelah dewasa berubah menjadi
cokelat sejalan dengan pembentukan jaringan kayu. Pada beberapa spesies, saat
masih muda batang berwarna ungu atau kemerahan tetapi saat dewasa berubah
menjadi kecokelatan.
Lapisan kulit batang pada mawar tipis. Pengenalan
karakter kulit batang sangat penting terutama bagi pekebun yang bermaksud melakukan
okulasi atau cangkok. Bagi pekebun mawar potong, mereka harus mengetahui bahwa
kulit batang yang tebal menandakan daya tahan bunga lebih kuat daripada yang
berkulit tipis.
Setiap spesies memiliki sifat percabangan yang
berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan keragaman bentuk tajuk. Ada mawar yang
percabangannya rapat, ada pula yang sulit bercabang. Mawar yang banyak cabang
akan membentuk tajuk yang rimbun dengan tunas produktif yang lebih banyak
disbanding jenis yang bercabang sedikit.
Selain percabangan, setiap jenis mawar memiliki
kelenturan batang yang berbeda: ada yang lentur, ada pula yang kaku. Sifat
batang ini menentukan bentuk tajuk yang diinginkan. Mawar perdu berbatang kaku
sedangkan mawar merambat berbatang lentur.
Panjang ruas setiap spesies berbeda: ada jenis mawar
beruas pendek, ada pula yang beruas panjang. Jenis mawar beruas pendek umumnya
memiliki percabangan yang lebih banyak disbanding jenis beruas panjang.
Kriteria ini pun penting untuk menentukan pilihan jenis mawar yang akan ditanam.
Untuk produksi bunga potong sebaiknya dipilih mawar beruas panjang sedangkan
untuk perdu dan pot plant sebaiknya dipilih yang beruas pendek.
Daun
Mawar berdaun majemuk, yaitu tipe daun dengan lebih
dari satu helai daun yang disebut anak daun. Jumlah anak daun maupun bentuk
serta warna daun berbeda-beda tergantung spesies. Tepi daun mawar umumnya
bergerigi, ada yang bergerigi tajam dan ada yang tumpul hampir atau rata.
Permukaan daun setiap spesies juga berbeda sehingga
menjadi cirri khas untuk determinasi spesies. Ada spesies yang daunnya mengilap
ada pula yang tidak mengilap, ada yang permukaan daunnya rata, ada pula yang
daunnya berkerut.
Warna daun mawar tidak melulu hijau. Sesungguhnya
setiap spesies dan varietas hijau tua kehitaman. Beberapa kultivar bahkan
memiliki daun berwarna kebiruan, ungu, kemerahan, atau kecokelatan Di antara
jenis mawar liat ada yang mengalami perubahan.
Setiap jenis mawar memiliki ukuran daun yang
berbeda. Mawar perdu dan hibrida perpetual umumnya berdaun besar, panjangnya hingga
10 cm sedangkan mawar ini daunnya tidak lebih dari 3,5 cm.
Bunga
Bunga mawar merupakan bunga sempurna, yang artinya
memiliki organ seksual yang lengkap dan perhiasan bunga berupa kelopak dan
mahkota.
Ahli botani dan hobiis membedakan jenis bunga mawar
berdasarkan jumlah helai mahkotanya. Bunga mawar terbagi atas jenis bunga
tunggal, semi ganda (semi double) dan ganda (double) yang terbagi lagi menjadi
golongan setengah penuh (moderately full:terdiri dari 21-29 helai mahkota),
penuh (full:terdiri dari 30-39 helai mahkota), dan sangat penuh (very full:
lebih dari 40 helai mahkota).
Setiap spesies ataupun hibrida memiliki bentuk helai
mahkota yang berbeda-beda, yaitu tipe rata (plain), menggulung (reflexed),
berkerut (ruffed), dan pinggir bergerigi (frilled).
Penggolongan jenis mawar juga didasarkan pada bentuk
bunga. Berdasarkan bentuk kuntum bunga, ada sembilan macam bentuk bunga mawar.
Bentuk tersebut adalah tengah bunga lebih tinggi daripada pinggir bunga (high
centred), tengah bunga merekah (split
centred), merekah penuh ( blown), bulat (globular), mekar seperti mangkuk
(open-cupped), tengah bunga terpisah 4 bagian (quartered), rata (flat), helai
bunga rapat sejajar (rosette), dan setengah lingkaran (pompon).
Biji Mawar
Bunga mawar yang telah gugur meninggalkan tangkai
dan dasar bunga yang menggelembung yang dinamakan hip---orang awam
menganggapnya buah. Bentuk dan warna hip ini dijadikan kunci determinasi untuk
menamakan spesies mawar.
Bunga mawar termasuk buah buni (pomegrate fruit).
Biji pada golongan buah buni terdapat di dalam lapisan buah yang terdiri dari
lapisan luar dan lapisan dalam. Biji tersimpan di dalam ruang biji yang
dilapisi jaringa tebal.
2.4 Manfaat Tanaman Mawar
Menurut Rukmana (1995) dalam kehidupan sehari-hari tanaman Mawar dimanfaatkan
untuk berbgai keperluan, diantaranya adalah :
1) Tanaman hias di taman/halaman
terbuka (out doors).
2) Tanaman hias dalam pot pengindah
dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.
3) Dijadikan bunga tabur pada
upacara kenegaraan atau tradisi ritual.
4) Diekstraksi minyaknya sebagai
bahan parfum atau obat-obatan (pada skala penelitian di Puslitbangtri).
2.5 Sentra Penanaman Tanaman
mawar
Daerah
pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India,
Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman
pot di Indonesia dihasilkan dari
daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta. (Soekarno
dan Nampiah. 1990)
2.6 Syarat Tumbuh Tanaman mawar
2.6.1 iklim
1) Angin tidak mempengaruhi dalam
pertumbuhan bunga mawar.
2) Curah hujan bagi pertumbuhan
bunga mawar yang baik adalah 1500-3000mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 5-6
jam per hari. Di daerah cukup sinarmatahari, mawar akan rajin dan lebih cepat
berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar
matahari sore, yang menyebabkan pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya
adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah
beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk
18-26 derajat C dan kelembaban 70-80 %. (Soekarno dan Nampiah. 1990)
2.6.2 Media Tanam
1) Penanaman dilakukan secara
langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar
cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %), subur, gembur, banyak
bahan organik, aerasi dan drainase baik.
2) Pada tanah latosol, andosol yang
memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik.
3) Derajat keasaman tanah yang ideal
adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit,
Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk
menaikan pH tanah, menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan
mikroorganisme, memperbaiki bintil-bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn,
dan Al, serta menambah ketersediaan unsurunsur P dan Mo. Tanah berpori-pori
sangat dibutuhkan oleh akar mawar. (Soekarno dan Nampiah. 1990)
2.6.3 Ketinggian tempat
Menurut
(Rukmana, 1995 )Mawar tumbuh baik pada :
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu
udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara
minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara
minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum 19,5-22,6 derajat C.
Di
daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif
berbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.
(Rukmana, 1995)
2.7 Budidaya Tanaman Mawar
2.7.1
Pembibitan
1)
Persyaratan Benih
Supaya biji tumbuh dengan baik,
pilih biji yang sehat dengan memasukan ke dalam air (yang baik akan tenggelam,
yang mengapung dibuang). (Soekarno dan Nampiah. 1990)
2)
Penyiapan benih
Tahap-tahap penyiapan benih
tanaman dari biji:
a) Pemilihan buah
- Pilih buah mawar dari tanaman induk yang sudah
produktif berbunga dan jenis unggul sesuai keinginan.
- Petik buah mawar terpilih yang sudah matang (masak)
di pohon.
b) Perlakuan After Ripening
- Siapkan media semai berupa tanah berhumus dan
berpasir (1:1).
- Masukkan (isikan) media tadi ke dalam bak persemaian
atau wadah yang praktis dan layak digunakan untuk tempat semai.
- Siram media semai dengan air bersih hingga cukup
basah (lembab).
- Tanamkan buah mawar satu persatu kedalam media semai
hingga cukup terkubur sedalam 0,5-1,0 cm.
- Biarkan buah mawar hingga kulit luarnya membusuk
pada kondisi media yang lembab, beraerasi baik, dan suhu udaranya sekitar 5
derajat C. Waktu yang diperlukan pada perlakuan After Ripening berkisar antara
50-270 hari (tergantung jenis mawar). (Soekarno dan Nampiah. 1990)
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Ambil (angkat) biji-biji mawar
dari buah yang telah membusuk dalam media semai.
b) Pilih biji-biji mawar yang baik,
yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
c) Cuci biji mawar dengan air
bersih.
d) Tiriskan biji-biji mawar terpilih
ditempat teduh untuk segera disemaikan pada bak persemaian. Semaikan biji mawar
secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5 -10 cm. Biji akan
berkecambah pada umur empat minggu setelah semai. (Soekarno dan Nampiah. 1990)
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a) Siram media persemaian mawar
secara kontinu 1-2 kali sehari.
b) Sapih (perjarang) bibit mawar
yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil yang sudah diisi media campuran
tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1). (Soekarno dan Nampiah. 1990)
5) Pemindahan Bibit
Pindahkan
tanam bibit mawar yang sudah berumur 22 bulan ke kebun/tempat penanaman yang
tetap (permanen).
2.7.2 Pengolahan Media Tanam
Tempat
penanaman mawar dapat dilakukan di lahan kebun, taman dan dalam pot. Tata cara
penyiapan lahan untuk kebun mawar agak berbeda dengan dalam pot/polybag.
1) Persiapan
a) Penyiapan lahan kebun/taman
- Lahan untuk kebun/taman mawar
dipilih tanah gembur, subur dan mendapat sinar matahari langsung (terbuka).
- Bersihkan lokasi kebun dari
rumput-rumput liar/batu kerikil.
b) Penyiapan media dalam pot
- Siapakan media tanam berupa
tanah subur, pupuk organik (pupuk kandang, kompos, Super TW Plus) dan pasir.
Komposisi media campuran tanah, pupuk kandang, kompos dan pasir, 1:1:1.
Campuran tanah dengan Super TW Plus perbandingan 6:1.
- Sediakan pot yang ukurannya
disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman mawar. Pot yang paling baik adalah
pot yang terbuat dari bahan tanah dan tidak dicat.
- Siapkan bahan-bahan penunjang
lainnya seperti pecahan bata merah atau genteng atau arang. Bahan tersebut
dapat berfungsi sebagai pengisap kelebihan air (drainase) dan memudahkan
sewaktu pemindahan tanaman ke pot atau tempat tanam yang baru.
c) Pengisian media tanam ke dalam
pot
- Dasar pot dilubangi untuk
kelebihan air.
- Basahi pot dengan air hingga
cukup basah.- Isikan pecahan bata merah/genting/arang pada dasar pot setebal 1
cm sampai sepertiga bagian pot, lubang pembuangan air di dasar pot jangan tersumbat.
- Isikan serasah (humus) secara
merata setebal 1cm di atas lapisan bata
merah/genting.
- Isikan media tanam campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang/ kompos
(1:1:1) atau campuran tanah
dengan pupuk organik Super TW Plus (6:1) ditambah sedikit abu dapur. Pengisian
media sampai 90 % penuh atau 0,5- 1,0 cm di bawah batas permukaan pot sebelah
atas. Pot siap ditanami bibit (tanaman) mawar. (Soekarno dan Nampiah. 1990)
2) Pembukaan Lahan
a) Tanah dicangkul/dibajak
sedalam 30 cm hingga gembur.
b) Biarkan tanah dikeringanginkan
selama 15–30 hari agar matang dan bebas dari
gas-gas beracun. (Soekarno dan
Nampiah. 1990)
3) Pembentukan Bedengan
Buat bedengan-bedengan dengan
ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 30-40 cm, dan
panjangnya tergantung keadaan lahan. Bila akan dirancang taman mawar yang
asimetris, maka penyiapan lahannya dibuat bentukbentuk yang diinginkan,
misalnya lingkaran (bulat) atau guludan-guludan yang serasi dengan lingkungan
sekitarnya.
4) Pemupukan
Pupuk
organik (pupuk kandang/kompos) 20-30 ton/hektar atau Super TW Plus 4 5 ton/hektar diberikan secara disebar
dan dicampur merata bersama tanah sambil
merapikan lahan (bedengan). Pemberian pupuk organik dengan dimasukkan (diisikan) ke dalam lubang tanam
rata-rata 1-2 kg/tanaman.
2.7.3 Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Buat
lubang tanam pada jarak 60 x 60 cm atau 70 x 70 cm, tergantung jenis mawar
dan kesuburan tanahnya.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk
membuat lubang diperlukan sekop melengkung supaya diperoleh lubang berbentuk
silindris. Ukuran lubang 45 x 45 x 45 cm. Kedalaman yang baik yaitu bila tanaman
diletakkan dalam lubang, kedudukan bagian percabangan utama (bud union)
letaknya sejajar dengan permukaan tanah. Akar mawar tidak dapat menembus tanah
terlalu dalam, maka tidak perlu mencangkul tanah terlalu dalam, cukup 45–55 cm.
Pada
saat membuat lubang, tanah di permukaan (top soil), sub-soil dikumpulkan terpisah,
karena akan digunakan untuk menutup lubang kembali. Bila daerah itu tertutup
rumput, harus diambil dalam bentuk lempengan-lempengan dan diletakkan di tempat
teduh, untuk digunakan sebagai pupuk, dengan memasukkannya ke dalam lubang.
Lempengan rumput diletakkan terbalik. Top soil dicampur dengan bahan organik
(seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandang dan sebagainya) perbandingan 4
bagian tanah dan 1 bagian bahan organik. Lubang ditimbuni sub-soil dicampur
dengan bahan organik (dalam jumlah lebih banyak dari pada campuran untuk top
soil) dan super fosfat (dapat juga dipakai tepung tulang) 20%. Jumlah super
fosfat 1,5-2 kg per 10 m2 tanah, tepung tulang 1,5-3 kg per 10 m2. Lubang diisi
top soil dan bahan organik sampai membentuk gundukan.
3) Cara Penanaman
Waktu tanam mawar adalah pada
awal musim hujan (bila keadaan airnya memadai
dapat dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yang ditanam berupa bibit cabutan (tanpa tanah), dan bibit yang berasal
dari polybag.
Cara
penanaman bibit mawar cabutan :
a) Bongkar bibit tanaman mawar
dari kebun pembibitan secara cabutan.
b) Potong sebagian batang dan
cabang-cabangnya, sisakan 20–25 cm agar
habitus tanaman menjadi perdu
(pendek).
c) Potong sebagian akar-akarnya
dengan gunting pangkas tajam dan steril.
d) Rendam bibit mawar dalam air
atu larutan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti
Dekamon 1–2 cc/liter selama 15–30
menit.
e) Tanam bibit mawar di
tengah-tengah lubang tanam dan akarnya diatur menyebar ke semua arah. Timbun (urug)
dengan tanah hingga batas pangkal leher batang.
f) Padatkan tanah di sekeliling
batang tanaman mawar pelan-pelan agar akarakarnya dapat kontak langsung dengan
air tanah.
g) Siram tanah di sekeliling
perakaran tanaman hingga basah.
h) Pasang naungan sementara dari
anyaman bambu/bahan lain untuk melindugi tanaman mawar dari teriknya sinar
matahari sore hari.
Penanaman
bibit mawar dari polybag berbeda dengan penanaman bibit mawar cabutan. Bibit
mawar dari polybag dipindahtanamkan secara lengkap bersama tanah dan
akar-akarnya.
Tata
cara penanaman bibit mawar dari polybag adalah sebagai berikut:
a) Siram media dalam polybag yang
berisi bibit mawar hingga cukup basah.
b) Angkat polybag kemudian
balikkan posisinya sambil ditekuk-tekuk bagian dasarnya agar bibit mawar
bersama tanah dan akar-akarnya terlepas (keluar) dari polybag. Bila polybag
berukuran besar, maka pengeluaran bibit mawar dapat dengan cara menyobek atau
menyayat polybag tersebut.
c) Tanamkan bibit mawar ke dalam
lubang tanam yang telah disiapkan jauh hari sebelumnya. Letak bibit mawar tepat
di tengah-tengah lubang tanam, kemudian urug dengan tanah sampai penuh sambil
dipadatkan pelan-pelan
d) Siram tanah di sekeliling
perakaran tanaman mawar hingga cukup basah. Bibit mawar akan langsung segar dan
tumbuh tanpa melalui pelayuan atau istirahat dulu.
2.7.4 Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Kegiatan
penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar dapat menghemat biaya dan
tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh pada selokan/parit antar bedengan dibersihkan
agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Penyiangan
sebulan sekali (tergantung pertumbuhan gulma), dengan mencabut rumput rumput
liar (gulma) secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman atau membersihkan
dengan alat bantu kored/cangkul.
2) Pemupukan
Jenis
dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar adalah pupuk NPK
(5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan tunas lambat dipupuk NPK
pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah perbandingan
pupuk NPK 5:15:5.
Jenis
dan dosis pupuk lain adalah campuran pupuk yang terdiri atas: 90–135 kg N ditambah
400 kg P2O5 ditambah 120 kg K2O/ha/tahun atau setara dengan 200– 300 kg Urea
ditambah 840 kg TSP ditambah 250 kg KCL/ha/tahun. Berdasarkan hasil penelitian
Balai Penelitian Hortikultura (Balitro), tanaman mawar perlu dipupuk pupuk NPK
5 gram/pohon pada saat tanam atau 7–15 hari setelah tanam. Pemupukan berikutnya
secara kontinu tiap 3–4 bulan sekali, tergantung keadaan pertumbuhan tanaman.
Dosis dan jenis pupuk yang dianjurkan adalah campuran pupuk Nitrogen 600 kg N
ditambah Fosfat 1000 kg P2O5 ditambah Kalium 400 kg K2O/ha/tahun atau setara
dengan urea 1350 kg ditambah TSP 2100 kg ditambah KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap
kali pemupukan diberikan 1/4 - 1/3 dosis pupuk 337,5–450 kg Urea ditambah
525–700 kg TSP ditambah 100–133 kg KCl per hektar.
Pemberian
pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga, dan setelah kuntum
bunga layu. Cara pemberian pupuk dengan ditabur dalam paritparit kecil dan
dangkal diantara barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian
ditutup dengan tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.
3) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan
dan penyiraman dilakukan:
a) Pada fase awal pertumbuhan
(sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam), dilakukan secara kontinu tiap hari 1-2
kali. Pengairan berikutnya berangsur-angsur dikurangi atau tergantung keadaan
cuaca dan jenis tanah (media).
b) Waktu pemberian air yang baik
pada pagi dan sore hari, saat suhu udara dan penguapan air dari tanah tidak
terlalu tinggi.
c) Cara pengairan adalah dengan
disiram secara merata menggunakan alat bantu
emrat (gembor).
2.8 Hama dan Penyakit Tanaman Mawar
2.8.1 Hama
1) Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn., Aphids)
Kutu
daun, kecil, panjang 0,6 mm, berwarna hijau, kadang-kadang tidak bersayap.
Menyerang pucuk, sering menempel pada ranting dan kuncup bunga.
Gejala, mengisap cairan (sel) tanaman, sehingga menyebabkan
gejala abnormal, pada daun atau pucuk jadi keriting/mengkerut. Dapat berperan
sebagai vektor virus dan sering meninggalkan cairan madu manis yang menempel
pada permukaan daun, sehingga menjadi penyebab penyakit embun jelaga (Capnodium
sp.).
Pengendalian, menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan disemprot insektisida
Decis 2,5 EC atau Buldok 25 EC, Confidor 200 LC, Curacron 500 EC, Fastac 15 EC
pada konsentrasi yang dianjurkan.
2) Kumbang
Tiga
jenis kumbang penyerang tanaman mawar: kumbang Chafer (Macrodactylis subspinosus),
Fuller (Autoserica castanca) dan Curculio (Rhyncite bicolor). Kumbang
Chafer warna coklat kekuning-kuningan panjang tubuh sekitar 12 mm, kumbang
Fuller warna coklat keabu-abuan, panjang 10 mm. Kumbang Curculio berwarna merah
bergaris hitam 5 mm.
Gejala, memakan daun, tangkai dan kuntum bunga, sehingga
bolong-bolong/rusak pada bagian yang diserang. Larva sering memakan perakaran
tanaman. Pengendalian, mengumpulkan dan memusnahkan hama tersebut dan cara
kimia disemprot dengan insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2 EC,
Elsan 60 EC, dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
3) Siput berbulu
Tubuh
berwarna putih kehijau-hijauan, panjang 12 mm, ditutupi bulu-bulu kasar. Gejala, pada stadium larva, menyerang
tanaman dengan cara memakan daun sebelah bawah yang menyebabkan daun berlubang
tinggal tulang daun. Pengendalian,
merontokkan kepompong yang menempel pada tanaman, dan disemprot dengan
insektisida Brestan 60 (Moluskasida) pada konsentrasi yang dianjurkan.
4) Tungau (Tetranychus telarius)
Tungau
mirip laba-laba, sangat kecil 0,3 mm, berwarna merah/hijau/kuning. Berkembangbiak
dengan cepat bila cuaca lembab dan panas, serta sirkulasi udara kurang baik. Gejala, menyerang tanaman dengan cara
mengisap cairan sel tanaman, pada bagian daun/pucuk, sehingga menyebabkan
titik-titik merah berwarna kuning/abu-abu kecoklat-coklatan.
Pengendalian: disemprot insektisida akarisida seperti Omite 570 EC
atau Kelthane 200 EC atau Mitac 200 EC Meothrin 50 EC, Nissuron 50 EC dan
lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
5) Thrips
Hama
ini berukuran sangat kecil 1 mm, berwarna kuning-oranye/kuning kecoklat-coklatan.
Gejala,
merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutama bunga, daun, dan cabang.
Menyenangi mawar bunga berwarna kuning/terang lainnya.
Pengendalian, pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat dan disemprot
dengan insektisida Mesurol 50 WP, Tokuthion 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5
EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
6) Nematoda akar (Meloidgyne sp.)
Nematoda
akar ukurannya sangat kecil (hanya dapat dilihat dengan mikroskop). Gejala, menyerang akar tanaman mawar,
dapat menembus ke bagian batang sehingga menyebabkan gejala pertumbuhan kerdil,
kadang layu (kehilangan kekuatan tumbuh) dan terdapat bintil-bintil pada akar.
Pengendalian, pergiliran tanaman, sterilisasi media tanam, dan
menggunakan bahan kimiawi (nematisida) : Furadan 3 G, Rugby 10 G atau Indofuran
pendidikan G pada saat tanam.
7) Hama-hama lain
a. Ulat daun (Udea rubigalis)
Menyerang
daun dan kuncup bunga sehingga menjadi rusak/bolong-bolong. Pengendalian:
disemprot insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Dekasulfan 350 EC, Nomolt
50 EC atau Confidor 70 WS pada konsentrasi yang dianjurkan.
b. Serangga malam (Night feeding insect)
Menyerang
daun dan bunga. Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang digunakan pada pengendalian
ulat daun.
c. Serangga pengisap sel tanaman (Leaf hoppers)
Menyerang
daun hingga bintik-bintik putih membentuk lingkaran. Pengendalian: disemprot
dengan insektisida yang digunakan pada pengendalian ulat daun.
d. Lalat (Dasyncura rhodophaga)
Ukuran
tubuh kecil 1,2 mm, warna coklat kemerah-merahan/kekuning-kuningan. Telur
diletakkan pada tunas baru, setelah menjadi larva akan merusak/memakan tunas.
Larva menjatuhkan diri ke tanah, kemudian dalam waktu satu minggu berubah
menjadi lalat. Pengendalian, memusnahkan tanaman yang terserang berat dengan
dibakar, menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan insektisida Agrohion 50 EC,
Meothrin 50 EC atau Ofunack 40 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
e. Kutu batang (Aulacaspis rosae)
Hama
ini dari famili Coccidae, berukuran kecil 3 mm, Gejala, mengisap cairan sel
tanaman, bagian daun dan batang. Bagian yang terserang akan layu, lambat laun mengering
(mati). Pengendalian, memangkas bagian tanaman yang terserang untuk
dimusnahkan/dibakar dan disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC, Mitac 200
EC, Monitor 200 LC atau Orthene 75 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
f. Kumbang kecil (Small carpenter bees)
ukuran
tubuh kecil panjang 8 mm,warna hitam-metalik. Gejala, melubangi sekaligus merusak batang bagian dalam. Tanaman
yang diserang menjadi layu. Pengendalian,
memangkas bagian tanaman yang diserang untuk dibakar atau disemprot
dengan insektisida : Decis 2,5 EC, Atabron 50 EC, Buldok 25 EC atau Bassa 50 EC
pada konsentrasi yang dianjurkan.
2.8.2 Penyakit
1) Bercak hitam
Penyebab, cendawan (jamur) Marsonina rosae (Lib.) Lind.
(“Black spot”). Gejala, daun
bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun bercak-bercak berdiameter
1 cm menyatu, sehingga jaringan daun di sekitarnya menjadi kuning. Dapat pula
terjadi pada tangkai daun, batang, dasar bunga, kelopak dan tajuk bunga. Daun
yang terserang akan mudah berguguran.
Pengendalian nonkimiawi, memangkas bagian tanaman yang
sakit dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi, disemprot fungisida yang berbahan aktif Propineb
dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.
2) Karat daun
Penyebab, cendawan (jamur) Phragmidium mucronatum (Pers.
ex Pr.) Schlecht.
Gejala: bintik-bintik warna jingga
kemerah-merahan pada sisi bawah daun, pada sisi daun atas terdapat bercak
bersudut warna kemerah-merahan. Daun yang terserang berat akan mudah gugur
(rontok). Pengendalian non-kimiawi: pemotongan/pemangkasan daun sakit kemudian
dimusnahkan.
Pengendalian kimiawi, disemprot
fungisida yang berbahan aktif Zineb atau Maneb pada konsentrasi yang
dianjurkan.
3) Tepung mildew
Penyebab, cendawan Oidium sp. Gejala: terdapat
tepung/lapisan putih pada permukaan daun sebelah bawah dan atas. Daun/bagian
tanaman yang terserang akan berubah
warna dari hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun kekuningkuningan dan
akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur).
Pengendalian nonkimiawi, memetik daun yang terserang
untuk dimusnahkan dan menjaga kebersihan
kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi,
disemprot fungisida Belerang, atau mengandung bahan aktif Pirazifos.
4) Bengkak pangkal batang
Penyebab, bakteri Agrobacterium tumefacien (E.F Sm et
Town.) Conn. Gejala, terjadi pembengkakan pada pangkal batang
dekat permukaan tanah, sehingga tanaman menjadi kerdil dan akhirnya mati.
Pengendalian non-kimiawi, mencabut tanaman yang sakit untuk
dimusnahkan dan sewaktu pemeliharaan tanaman (pemangkasan) menggunakan gunting
pangkas yang bersih dan steril. Pengendalian
kimiawi, disemprot oleh bakterisida yang berbahan aktif Streptomisin
atau Oksitetrasikin.
5) Mosaik (belang-belang)
Penyebab, virus (Virus Mosaik Mawar) (Rose mosaic Virus).
Gejala, daun menguning dan
belang-belang, tulang-tulang daunnya seperti jala. Pengendalian, penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman
secara intensif,penyemprotan insektisida untuk pengendalian serangga vektor,
dan membongkar (eradikasi) tanaman yang sakit untuk dimusnahkan agar tidak
menular kepada tanaman yang lainnya.
6) Bercak daun
Penyebab, dua patogen, yaitu cendawan Cercospora rosicola Pass.
Dan Alternaria sp. Gejala,
serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-daun tua, sedangkan bercak
alternaria berwarna kehitam-hitaman.
Pengendalian nonkimiawi, memotong/memetik daun yang
sakit untuk dimusnahkan dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi, disemprot
fungisida yang mengandung bahan aktif Tembaga (Cu)
7) Jamur upas
Penyebab, cendawan Corticium salmonicolor (Berk. et
Br.) Tjokr. Gejala: terdapat lapisan
kerak berwarna merah pada batang, dan lambat laun batang akan membusuk serta
mati. Pengendalian non-kimiawi, mengelupaskan
kulit dan mengerok bagian tanaman yang sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat
pula sekaligus memotong bagian batang yang terinfeksi berat. Pengendalian kimiawi, disemprot
fungisida yang berbahan aktif Tridemorf.
8) Busuk bunga
Penyebab, cendawan Botrytis cinerea Pers. Fr. Gejala, kuntum bunga yang telah membuka
membusuk berwarna coklat, dan berbintil-bintil hitam. Pengendalian non-kimiawi, membungkus bunga yang mulai mekar dengan
kantong kertas minyak/plastik
dan penanganan pasca panen bunga sebaik mungkin. Pengendalian kimiawi, penyemprotan fungisida yang berbahan aktif
Benomil.
9) Penyakit Fisiologis
Penyebab, kekurangan unsur hara (defisiensi), kurang Nitrogen,
Phosfor, dan Kalium. Gejala, kekurangan
nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda (pucat) kekuning-kuningan dan
pertumbuhan tanaman menjadi lambat (kerdil). Kekurangan phosfor menyebabkan
tanaman menjadi kurus dan kerdil, sedangkan kurang kalium daun-daun menjadi
mengering di sepanjang tepi/pinggirannya. Pengendalian, pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5,
dan K2O ataupun disemprot pupuk daun yang kandungan unsur haranya tinggi sesuai
dengan gejala defisiensi.
No comments:
Post a Comment