Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah
menjadi gembur sesuai untuk perkembangan akar tanaman, menstabilkan
peredaran air, peredaran udara dan suhu di dalam tanah. Pada tanah-tanah berat, terutama tanah yang
kandungan liatnya tinggi, diperlukan pembajakan untuk meningkatkan peredaran
air dan udara di dalam tanah sehingga volume tanah menjadi lebih besar. Sebelum dibajak lahan digenangi sehari semalam
agar tanah menjadi lunak dan tidak melekat pada mata bajak saat
pembajakan (Prajnanta, 2009). Setelah dibajak lahan dikeringkan dan digaru,
kemudian diangin-anginkan selama 5-7 hari. Plot dibuat dengan ukuran panjang 10-12 m.
lebar 110-20 cm, tinggi 30-40 cm (untuk musim kemarau) 50-70 cm (untuk musim
hujan), lebar parit 50-55 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm pada musim hujan
(Zulkifli, 2011).
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah
unsur hara yang di butuhkan tanaman, unsur tersebut terdiri dari unsur makro
yaitu N, P, K, Ca, S, C, H dan Mg dan unsur mikro yaitu Fe, B, Zn, Cu dan Mo.
Jenis dan dosis pupuk makro dan mikro, yang diberikan melalui akar maupun
melalui daun.
Pemupukan pertama masing-masing pupuk kandang (pupuk
organik) sebanyak 100%, pupuk buatan (an-organik) sebanyak 40% dan nematisida
furadan diberikan 7-10 hari sebelum tanam menjelang pemasangan mulsa. Pemupukan
kedua dan ketiga masing-masing 30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60
hari setelah tanam melalui lubang yang dibuat antar tanaman (Zulkifli, 2011).
Pemasangan Mulsa
Mulsa adalah material penutup tanaman
budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan
baik (Anonymous, 2011)a. Bedengan yang sudah di olah ditutupi dengan
mulsa. Selain mulsa plastik hitam-perak
(MPHP) mulsa jerami dapat juga diberikan sebanyak 5 ton/ha. Pemasangan mulsa dikerjakan setelah penyiraman
secukupnya dan pemberian pupuk dasar (Zulkifli, 2011).
Pembuatan Lubang Tanaman
Lubang tanam dibuat berdasarkan larikan tanaman.
Umumnya setiap bedengan terdapat dua larikan. Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan
selama 5-7 hari agar unsur hara dengan pupuk bereaksi dan dalam bentuk tersedia
hingga segera dapat diserap tanaman muda. Satu atau dua hari sebelum penanaman, lubang
tanaman sudah dipersiapkan dengan ukuran diameter 10 cm (Zulkifli, 2011).
Persiapan Pembenihan
Sebaiknya persemaian cabai merah
dilakukan dalam polybag sebelum penanaman ke lapangan. Media tanam dalam polybag merupakan campuran
tanah yang telah diayak terlebih dahulu kemudian dicampur dengan pupuk kandang
atau kompos, dengan dosis 1:1. Pemberian pupuk anorganik dan kapur pada media
persemaian masing-masing pupuk majemuk NPK sebanyak 2 kg dan kapur 10 kg/ton
media kompos dan tanah. Setelah media tanam diisi dalam polybag, lalu dibiarkan
antara 5-7 hari sebelum benih disemai (Zulkifli, 2011).
Sebelum disemai, benih yang
terpilih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida sampai 12 jam dan
dikering-anginkan hingga airnya kering. Setelah itu, benih ditebarkan ke dalam
media tanam (polybag) sebanyak 1 biji benih per polybag.
Untuk mendapatkan bibit yang siap tanam, semaian
harus dirawat dengan baik. Perawatan persemaian terdiri dari penyiraman,
pengaturan cahaya, dan pengendalian hama/penyakit (Zulkifli, 2011). Hama dan
penyakit yang sering mengganggu persemaian antara lain semut, cacing, dan jamur
(Setiadi, 2008).
Penanaman dan Model Tanam
Setelah umur bibit di persemaian 18-25 hari, bibit
sudah dapat dipindahkan ke lapangan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi
sebelum terik matahari atau sore hari. Jarak
tanam dianjurkan bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini
tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk
pertanaman sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zigzag) (Zulkifli, 2011).
Penyulaman
Bibit atau tanaman muda yang mati
harus diganti atau disulam. Penyulaman
dilakukan pada minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua setelah
penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah tanam
mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dengan
tanaman sulaman (Prajnanta, 2009).
Bibit sulaman yang baik diambil dari tanaman yang
sehat dan tepat waktu (umur bibit) untuk di tanam. Sebaiknya penyulaman dilakukan pagi atau sore
hari saat cuaca tidak terlalu panas (Zulkifli, 2011).
Perempelan
Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kualitas produksi. Bagian yang dirempel yaitu tunas samping, yang keluar di
ketiak daun pada saat tanaman berumur 10-20 hari. Perempelan dilakukan 2-3 kali
sampai terbentuk percabangan utama yang ditandai dengan munculnya bunga
pertama, sekitar umur 18-22 HST dataran rendah, dan 25-30 HST dataran tinggi.
Selain perempelan tunas, perempelan bunga pertama dan bahkan sampai bunga kedua
pada tanaman yang cukup sehat perlu dilakukan. Perempelan bunga bertujuan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dengan menunda pertumbuhan generatif
(Zulkifli, 2011).
Pemasangan Ajir (sokongan)
Pemasangan anjir dilakukan untuk menopang
pertumbuhan tanaman. Sokongan harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada
saat tanam atau maksimal 1 (satu) bulan setelah penanaman. Sokongan dipasang
sekitar 10 cm dari pangkal batang tanaman. Ukuran sokongan 125 - 150 cm, lebar 4 cm, dan
tebal 2,5 cm. Sisi ajir perlu dihaluskan untuk mengurangi kerusakan mekanis
pada tanaman akibat gesekan (Zulkifli, 2011).
Pengairan
Pengairan harus senantiasa
diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi tanaman cabai. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali)
yaitu, pada fase vegetative < 40 HST. Sistem pengairan dapat dengan
menggunakan selang yang dimasukkan ke mulsa plastik melalui lubang tanaman,
hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah tempat tanaman cabai. Untuk
pertanaman pada lahan sawah, sistem pengairan dilakukan dengan cara
penggenangan pada saluran drainase antar bedengan dengan ketinggian air sekitar
3/4 tinggi bedengan (Zulkifli, 2011).
Pengendalian Hama/penyakit
Manajemen
hama dan penyakit, mencakup kegiatan-kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan mutu, dengan
memperhatikan aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber
daya alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Penyakit
Terpadu (PHT).
Gangguan hama pada tanaman cabai merah
dapat berbahaya bila tidak segera diatasi. Demikian juga, penyakit pada cabai
merah pun banyak ragamnya, jenis penyakit dan sistem pengendaliannya (Zulkifli,
2011).
Panen
Panen adalah kegiatan memetik hasil dari tanaman
cabai yang telah mencukupi umur fisiologisnya. Bila tidak ada hambatan dan
perawatan cukup intensif, tanaman akan dapat dipanen pertama kalinya pada usia
70-75 hari. Untuk selanjutnya, tanaman dapat dipanen secara terus menerus
dengan selang waktu pemanenan 3-4 hari sekali (Setiadi, 2008).
No comments:
Post a Comment