Insektisida
adalah bahan kimia yang bersifat racun yang digunakan untuk meracuni serangga.
Insektisida yang digunakan dalam kesehatan masyarakat dianggap perlu memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) Insektisida tersebut sedapat mungkin selektif. Hanya
serangga sasaran yang terbunuh, tetapi aman untuk serangga lain terutama
serangga yang bermanfaat.
b) Bahaya terhadap
manusia dan hewan piaraan ringan.
c) Biaya termasuk pengadaan bahan dan biaya operasional
relatif ringan.
d) Aplikasi mudah.
e) Status kekebalan vektor terhadap insektisida bersangkutan
masih memungkinkan.
a. Klasifikasi Insektisida
1) Berdasarkan cara kerjanya (mode of action)
a) Peracun fisik, bekerja secara fisik misalnya menyebabkan
dehidrasi.
b) Peracun protoplasma, bekerja dengan mengendapkan protein
dalam tubuh serangga.
c) Peracun pernafasan, bekerja dengan jalan menghambat
aktifitas enzim pernafasan.
2) Berdasarkan cara masuk (mode of entry)
a) Insektisida yang masuk melalui makanan merupakan peracun
lambung yang mengganggu pencernaan (stomach poisons).
Insektisida masuk
ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan. Biasanya serangga
yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini mempunyai bentuk mulut
menggigit, lekat isap, kerat isap dan bentuk menghisap.
b) Insektisida yang masuk dari kutikula, serangga mengalami
kontak langsung dengan bahan kimia (contact poisons).
Insektisida masuk
melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantaraan tarsus (jari-jari
kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung residu insektisida.
Pada umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai mulut tusuk
isap.
c) Insektisida yang masuk melalui alat pernafasan (fumigants)
Insektisida masuk
melalui sistem pernafasan (sperakel) dan juga melalui permukaan badan serangga.
Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa
harus memperhatikan bentuk mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati-hati
sekali terutama bila digunakan untuk pemberantasan serangga di ruang tertutup.
3) Berdasarkan struktur kimia
Pembagian
insektisida berdasarkan susunan kimia dari bahan yang dihasilkan oleh alam
misal nikotin, retenon, piretrum yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan dan yang
dihasilkan oleh pabrik sebagai bahan sintetis misal DDT (Dikloro difenil
trikloroetan).
b. Uji Efikasi Insektisida
Uji efikasi insektisida adalah kekuatan atau daya bunuh insektisida yang
digunakan untuk pemberantasan vektor cara kimiawi terhadap nyamuk maupun
larva/jentik.
Kriteria Keberhasilan Uji:
Kriteria efikasi insektisida yang dilakukan di laboratorium ditentukan
berdasarkan persentasi kelumpuhan dan kematian serangga uji pada periode waktu
tertentu. Koreksi angka kelumpuhan dan kematian dilakukan apabila angka
kelumpuhan dan kematian pada kelompok kontrol lebih dari 5% tetapi tidak
melebihi angka 20%, maka angka kelumpuhan dan kematian pada perlakuan dikoreksi
dengan Rumus Abbot :
100
Keterangan :
AL = % kematian setelah dikoreksi
A = % kematian nyamuk uji
B = % kematian nyamuk kontrol
Apabila persentase kematian pada kontrol lebih besar dari 20% pengujian
dianggap gagal dan harus diulang.Hasil pengulangan dianggap efektif bila
kematian nyamuk uji kurang dari nilai tersebut.
Uji patogenisitas terhadap larva/jentik nyamuk dilakukan menurut prosedur
WHO untuk memperoleh nilai LC50 dan LC90 yang dihitung dengan analisis probit
yaitu analisis untuk mengetahui statistik suatu estimate dari rangkaian
percobaan. Hasil menunjukan pengujian insektisida memberikan hasil yang efektif
(98%-100%) sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Komisi Pestisida.
c. Dosis Insektisida
Dosis adalah jumlah insektisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan vektor tiap satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah
insektisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Toksisitas insektisida merupakan kemampuan untuk membunuh kehidupan
biologis. Berdasarkan Djoyosumarto (2000) toksisitas insektisida dinyatakan
dalam :
1) Lethal dose 50 (LD50), yaitu dosis yang diperlukan (dalam mg) untuk mematikan 50%
binatang percobaan, dinyatakan dalam mg/Kg BB.
2) Lethal concentration 50 (LC50), yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mematikan 50% binatang
percobaan dalam jangka waktu tertentu.
3) Lethal time 50 (LT50), yaitu waktu yang diperlukan untuk mematikan 50% binatang
percobaan pada dosis atau konsentrasi tertentu.
d. Konsentrasi Insektisida
Berdasarkan Djoyosumarto (2000) ada tiga macam konsentrasi yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan insektisida:
1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif
suatu insektisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan pelarut.
2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya insektisida dalam
cc atau gram setiap liter pelarut.
3) Konsentrasi larutan atau konsentrasi insektisida yaitu
persentase kandungan insektisida dalam suatu larutan jadi.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.
Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit, maka dikatakan
bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat
terlarut sedikit sedangkan pelarutnya sangat banyak, maka dikatakan bahwa
larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu persen volum, persen
masa, molaritas, normalitas, molalitas, dan fraksi mol.
Molaritas menyatakan jumlah mol yang terlarut dalam 1 liter larutan. Dalam
laboratorium biasa dilakukan pembuatan larutan dengan molaritas tertentu.
Banyak zat di laboratorium yang dibeli dalam bentuk larutan dengan konsentrasi
tinggi. Maka untuk menurunkan konsentrasi tersebut perlu dilakukan pengenceran.
Pengenceran merupakan proses penambahan pelarut pada suatu larutan. Bila volum
suatu larutan dikalikan dengan molaritasnya akan diperoleh jumlah mol zat
terlarut. Hal itu yang
menjadi dasar pembuatan larutan dilaboratorium. Dalam rumus pengenceran pun
dapat dilihat bahwa penambahan air atau zat pelarut akan menurunkan konsentrasi
larutan. Rumusnya :
V1 . C1 = V2 . C2
Jika V1 adalah volume pekat dan C1 adalah
konsentrasi pekat. Kemudian ditambahkan pelarut untuk proses pengenceran sehingga
menjadi V2 (Volume encer) maka C2 sebagai konsentrasi pengenceran yang memiliki
konsentrasi lebih kecil dari pada konsentrasi sebelumnya. Jadi intinya
pengenceran dapat menurunkan harga konsentrasi.
No comments:
Post a Comment