“Mikroba Google “Pupuk Hayati Bio P 2000 Z”
Sebagai Solusi Permasalahan Budidaya Tebu Di Lahan Kering”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tebu merupakan sumber pemanis utama di
dunia, hampir 70 % sumber bahan pemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya
berasal dari bit gula. Produksi gula tebu nasional pada tahun 2008 sebesar 2.8
juta ton. Luas areal pertanaman tebu sekitar 438 960 ha dengan produktivitas
nasional 6.11 ton tebu/ha dan rendemen tebu sekitar 7.75 %. Produktivitas tebu
nasional 64 % dihasilkan di pulau Jawa. Total produksi gula pada tahun 2009
sekitar 4,5 juta ton, kebutuhan impor rafinasi 379.000 ton dan konsumsi gula
sekitar 4,3 juta ton (Dewan Gula Indonesia, 2009).
Pengembangan tebu lahan kering di luar
pulau Jawa menghadapi sejumlah kendala terutama sifat tanah yang kurang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman semusim. Keberhasilan usaha budidaya tebu di lahan
kering selalu dibatasi dengan faktor alam yang sulit dikendalikan. Salah satu
faktor ini adalah iklim (Premono, 1984). Kondisi iklim yang paling berperan dan
sangat berkaitan dengan masalah ketersediaan air bagi tanaman tebu adalah curah
hujan dan laju penguapan air. Curah hujan memiliki jumlah dan penyebaran yang
tidak merata dalam setiap tahunnya. Jumlah dan penyebaran curah hujan tersebut
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu (Yusuf,
1988).
Pengelolaan air pada budidaya tanaman
tebu berkaitan dengan kebutuhan air yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan
tanaman. Wardojo dan Priyono (1996) menyatakan bahwa pada masa pertumbuhan,
tanaman tebu banyak memerlukan air sedangkan menjelang tua dan panen tidak
memerlukan banyak air. Penanaman tebu pada lahan beririgasi dilakukan pada
musim kering, sedangkan untuk lahan yang pengairannya memanfaatkan air hujan,
penanaman dilakukan pada saat musim hujan.
Dalam kondisi jumlah air yang terbatas
maka perlu dilakukan pengaturan guna melakukan optimasi pemanfaatan air
irigasi. Ada dua azas yang dapat digunakan dalam optimasi pemanfaatan air
irigasi yaitu : azas prioritas dan azas proposionalitas (Irianti dan Agus,
2000). Azas prioritas artinya pemanfaatan airirigasi didasarkan pada prioritas
tanaman tanaman yang akan diairi, sedangkan azas proposionalitas mengetengahkan
bahwa penggunaan air dibagi secara proposional antar tanaman untuk mencari
kombinasi optimumnya. Pengaturan waktu tanam harus disesuaikan dengan kondisi
iklim. Pengaturan tata waktu tanam yang kurang cermat seringkali menimbulkan
masalah yang diakibatkan kelebihan atau kekurangan air sehingga perlu dilakukan
pengelolaan air yang baik.
Menurut Hoffman et. al.(1992)
pemberian irigasi dilakukan dengan tujuan pemberian dan penyimpanan air dalam
profil tanah untuk tanaman. Untuk mencapai keseragaman pertumbuhan tanaman,
diperlukan pemberian air yang merata dalam suatu luasan lahan sehingga air yang
diberikan menjadi efisien. Waktu pemberian irigasi dipengaruhi oleh beberapa
parameter diantaranya fase pertumbuhan tanaman, kebutuhan evaporasi,
ketersediaan air, kapasitas sistem irigasi, budaya pemberian irigasi, nilai
ekomomi tanaman, dan prakiraan cuaca (Hoffman et. al.,1992).
1.2. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini diantaranya :
·
Meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam menganalisis masalah masalah yang terdapat di lapang.
·
Mempelajari pengelolaan irigasi
curah pada budidaya tebu lahan kering dan menganalisis pengaruh pemberian
mikroba google terhadap produktivitas
tanaman.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Komoditas Tanaman Tebu
Tanaman
tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun
masih dapat tumubh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai
jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut
(dpl). Tanaman tebu telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa
Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan
sebagai bahan pangan benilai tinggi yang dianggap sebagai emas putih, yang
secara berangsur mulai bergeser kedudukan bahan pemanis alami seperti madu. Berdasarkan catatan sejarah, sekitar
tahun 400-an tanaman tebu telah ditemukan tumbuh di beberapa tempat di P. Jawa,
P. Sumatera, namun baru pada abad XV tanaman tersebut diusahakan secara
komersial oleh sebagian imigran Cina. Diawali kedatangan bangsa Belanda di
Indonesia tahun 1596 yang kemudian mendirian perusahaan dagang Vereeniging
Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret 1602, mulailah terbentuknya
industri pergulaan di Indonesia, yang kemudian dipacu dengan semakin meningkatnya
permintaan gula dari Eropa pada saat itu. Sejarah Indusri gula di Indonesia,
khususnya di Jawa penuh dengan pasang surut. Pada dekade 1930-an industri gula
di Indonesia mencapai puncaknya dengan produksi gula sebesar 3 juta ton dengan areal
pertanaman seluas 200.000 ha yang terkonsentrasi di Jawa. Pada masa itu
terdapat +179 pabrik gula yang mampu memproduksi 14,8 ton gula/ha.
Usaha budidaya
tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan dan tadah hujan serta
pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan dan 35% pada lahan
sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau
Jawa yakni di Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan Jawa Barat
yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan usahatani tebu pada lahan
tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti di Provinsi Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Kedepan
Pemerintah juga telah mecanangkan rencana pengembangan ke provinsi lain yang
cocok dan sesuai berdasarkan agroklimat dengan membuka peluang investasi pembangunan
industri gula berbasis tebu yang terintegarasi di beberapa provinsi seperti Provinsi
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat. Adapun berdasarkan
hasil survey P3GI potensi untuk pengembangan industri gula masih terbuka
seperti di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi
Tengah seluas + 800.000 Ha. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan usaha industri gula berbasis tebu adalah
·
Pengelolaan pada aspek
on-farm yakni penerapan kaidah teknologi pertanaman yang baik dan benar mulai
dari persiapan lahan, pengolahan dan penanaman yang mengikuti kaidah masa tanam
optimal,
·
Pemilihan dan komposisi
varietas bibit unggul bermutu,
·
Penggunaan,
pemeliharaan serta tebang angkut muat (panen).
Dalam budidaya
tanaman tebu bibit merupakan salah satu modal (investasi) yang menentukan jumlah
batang dan pertumbuhan selanjutnya hingga menjadi tebu giling beserta potansi
hasil gulanya. Oleh karena itu penggunaan bibit unggul bermutu merupakan faktor
produksi yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah merasa perlu mengatur
pengawasan peredaran bibit melalui sertifikasi yang merupakan satu proses
pemberian sertifikat bibit setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan
pengawasan untuk persyaratan dapat disalurkan dan diedarkan. Sampai saat ini
pusat Penelitian telah menghasilkan berbagai macam varietas unggul seperti
PS851, PS862, PS863, PS864, PSBM901, PS921, Bululawang, PSCO902,PSJT941, Kidang
Kencana, PS865, PS881, PS882 dan varietas Kentung yang merupakan
varietas-varietas unggulan dengan kategori pengelompokan masak awal, masak
tengah dan masak akhir sebagai salah satu penerapan manajemen pembibitan untuk
menyelaraskan pelaksanaan tertib tanam dan panen.
Sejauh ini
pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan,
mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), KebunBibit Induk
(KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau
Kebun Tebu Giling (KTG). Kedepan dalam mengantisipasi ketersediaan bibit telah
dicanangkan pengadaan bibit melalui tahapan kultur jaringan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dalam jumlah maupun waktu. Pada aspek off-farm peranan
Pabrik Gula selaku unit pengolah tebu menjadi gula kristal putih sangat
menentukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan produk berupa gula kristal
putih yang dikenal dipasar dengan plantation white sugar atau gula
pasir.
Disamping hasil
ikutan lainnya berupa tetes (molases) yang saat ini masih dimanfaatkan untuk
bahan baku pabrik alkohol/spritus dan bumbu masak/MSG disamping hasil ikutan lainnya
berupa Particle Board, pakan ternak, kertas dan bahan baku industri
lainnya. Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula ditempuh melalui berapa tahapan
yaitu pasokan tebu ke pabrik gula, penilaian tebu, penggilingan, pemurnian
nira, penguapan, pengkristalan, pengeringan dan pengemasan serta penyimpanan.
2.2. Permasalahan Budidaya Tanaman
Tebu.
Tanaman
tebu merupakan tanaman perkebunan rakyat dimempunyai lokasi sama yaitu lahan
sawah, lahan ladang dan lahan pekarangan atau disebut dengan lahan kering. Pada
masa dahulu, lahan yang digunakan untuk tebu lebih banyak di lahan sawah dan
ladang. Desakan kebutuhan akan pangan (padi dan jagung) membuat lahan tebu
bergeser ke lahan ladang dan pekarangan. Penanaman di lahan sawah untuk tebu
sudah relative kecil kemungkinannya, hanya pada program-program tertentu masih
mampu menanam di lahan sawah. Sedangkan tanaman masih banyak di lahan sawah,
hal ini dikarenakan nilai jual per satuan luas jauh lebih tinggi dari tanaman
pangan. Permasalah lain berkaitan dua komodite tersebut adalah kualitas produk
yang mengalami kemerosotan. Banyak faktor yang membuat kualitas , diantarannya:
2.2.1.
Varietas Tanaman.
Varietas tanaman menentukan
kualitas ini bukan dikarenakan kualitas tanamannya jelek. Namun lebih banyak
kepada kandungan gula atau rendemen dari tanamannya itu sendiri. Dengan
demikian sebelum menanam komodite ataupun tebu sebaiknya mengetahui varietas
dan tujuan serta distribusi penjualan setelah panen nantinya.
2.2.2. Kondisi Lahan.
Tanaman tebu lebih luas dan tidak
memerlukan tanah yang khas seperti halnya . Pada akhir-akhir ini kualitas tebu
dari beberapa daerah tersebut mulai merosot. Kemerosotan ini dimungkinkan besar
karena kandungan tanah dan unsur hara tanaman yang mulai berubah dengan adanya
penambahan sarana produksi berupa bahan an organik seperti pupuk maupun
pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba. Akibatnya
terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah.
a. Perubahan Sifat Kimiawi Tanah:
·
Adanya kurang
keseimbangan antara unsur-unsur hara baik makro (N,P,K) maupun unsur mikro.
Sehingga terdapat unsur yang berlebihan yang membuat kondisi tanaman kurang
stabil. Misalnya kelebihan Nitrogen dari urea menjadikan tanaman mempunyai
struktur lebih keras dan kurang halus, yang berpengaruh terhadap produksi yaitu
rendemen pada tebu maupun yang semakin jelek.
·
Ketidak seimbangan
unsur hara menyebabkan kekurangan atau defisiensi salah satu unsur mikro yang
selanjutnya berdampak pada kesuburan dan ketahanan tanaman.
·
Penambahan unsur an
organik memberikan pengaruh tingkat keasaman tanah. Pada lahan yang mengalami penambahan
pupuk dan pestisida kimia mengubah sifat tanah menjadi lebih masam dikarenakan
adanya penggumpalan senyawa yang mengikat senyawa basa dan menghasilkan asam.
b.
Perubahan Kandungan Biota Tanah.
Perlakukan budidaya pertanian yang
kurang benar misalnya menggunakan pestisida yang berlebihan dan penggunaan pupuk
an organik yang berlebihan menjadikan Biota tanah banyak yang mati.
·
Berkurangnya biota
tanah (mikroba, fungi, cacing, biota lainnya) yang menggemburkan tanah,
memberikan oksigen tanah, menyerap air, dan lain-lainnya. Sehingga tanaman tebu
kurang optimal dalam pertumbuhannya karena media tumbuhnya secara fisik kurang
mendukung.
·
Berkurangnya biota
tanah (mikroba) sebagai pengelola unsur hara. Unsur tanah baik dari pemberian
pupuk maupun dari alami akan lebih baik jika diolah dahulu oleh mikroba.
Kemampuan mikroba adalah mengubah unsur anorganik menjadi organik,
menyeimbangkan unsur hara di lahan, menetralkan unsur yang menjadi racun
tananam, dll.
·
Jika mikroba pengolah
tanah mempunyai jumlah berkurang, maka penyediaan unsur hara untuk tanaman juga
kurang optimal. Pada umumnya penggunaan pupuk an organik semakin tidak efektif
dan efisien, karena tidak terolah oleh mikroba sehingga justru lebih banyak
yang larut dalam air dan menguap serta menggumpal dalam tanah.
c.
Perubahan Sifat Fisik Tanah:
·
Lahan yang dilakukan
budidaya kurang baik maka sifat fisik tanah menjadi berubah lebih mampat. Hal
ini dikarenakan terjadikan struktur tanah menggumpal senyawa kimia dari
penggunaan pupuk an organik yang tidak tepat.
·
Porositas dan kandungan
oksigen berkurang karena banyak biota yang berkurang, sehingga tidak
mengeluarkan oksigen, membentuk atau menggemburkan tanah. Pengaruh pada tanaman
dan tebu dengan adanya sifat fisik tersebut yaitu pertumbuhan perakaran tanaman
kurang optimal sehingga suplay makanan kurang optimal pula. Banyak kandungan
unsur hara yang terikat dalam gumpalan yang sulit diserap oleh tanaman.
3. Iklim
Kualitas tebu dipengaruhi oleh iklim.
Walaupun tanaman yang sama namun iklim yang berbeda, maka kualitasnyapun
berbeda. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman tebu adalah sebagai
berikut: curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Untuk tanaman dataran rendah,
curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk dataran tinggi, curah
hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Suhu udara yang cocok antara 21-32
derajat C, pH antara 5-6. Ketinggian tempat yang paling cocok adalah 0 – 900 mdpl.
Beberapa kondisi iklim yang membuat kualitas tebu menurun adalah sebagai
berikut:
a.
Tanaman pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang
sangat basah.
b.
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tebu
sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan
jenisnya.
c. Curah hujan yang terus menerus
mengurangi kualitas tebu.
d. Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tebu berkisar antara 21-32,30 C.
e.
Khusus kelembaban yang tinggi memudahkan pertumbuhan penyakit yang mengurangi kualitas.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
Supriyadi Ahmad
(1992) mengatakan tebu tidak menyukai tempat yang terlalu kering tetapi juga
tidak menyukai tempat yang terlalu basah. Bila tersedia, cukup air maka
tanah-tanah yang ringan dapat diusahakan untuk budidaya tebu. Tanah yang tidak
cocok untuk tanaman tebu adalah tanah masam dan tanah garaman. Tanah garaman
ini menghasilkan tebu yang kaya garam dan sukar diambil gulanya. Tanah dengan
lapisan kedap menyukarkan pertumbuhan tebu. Tebu yang berkualitas baik adalah
tebu yang memiliki kandungan sukrosa tinggi. Untuk menghasilkan tebu
berkualitas baik, penanamannya harus memperhatikan beberapa faktor antara lain
sebagai berikut :
a. Iklim
Bila iklim
panas, kurang lebih tiga hari sekali tanaman tebu harus disiram. Namun bila
curah hujan agak banyak maka harus diperhatikan saluran airnya, karena jika
sampai air itu menggenang akan dapat menimbulkan kerusakan pada bibit (terjadi
pembusukan) yang dapat mengakibatkan turunnya kadar gula karena terlalu banyak
air.
b. Pengairan
Air sangat
dibutuhkan untuk mempercepat tumbuh mata tunas, memperbanyak batang dan
menyuburkan tanaman tebu. Masa tebu membutuhkan air hingga pada umur 8 bulan,
setelah itu pada bulan selanjutnya air harus dikurangi karena kandungan sukrosa
akan bertambah jika airnya berkurang.
c. Tanah
Tanah yang
paling banyak untuk tanaman tebu adalah tanah yang bertekstur geluh. Keadaan
tanah ini dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu. Pengolahan tanah
dilakukan dengan cara memperbaiki sifat tanah yang pengolahannya dipadu dengan
teknik bercocok tanam.
2.4. Peran Mikroba Google “Pupuk
Hayati Bio P 2000 Z”.
Peran
mikroba google “Pupuk Bio P 2000 Z” diantaranya memperbaiki tanah disesuaikan
dengan keadaan secara alami. Beberapa faktor yang merusak kondisi lahan seperti
kelebihan bahan kimia dari pupuk an organik dan pestisida seperti digambarkan
di atas sedapat mungkin dilakukan perbaikan/diuraikan secara alami. Proses
tersebut dapat dilakukan hanya dengan penggunaan jazat renik yaitu mikroba.
Sebenarnya mikroba pelapuk/ pengurai material yang beracun maupun tidak beracun
sudah ada di alam ini namun jumlahnya relative bervariasi. Di beberapa tempat
mempunyai mikroba yangmenguntungkan tanaman, sedangkan di tempat lain mempunyai
kandungan relative sedikit. Dengan demikian proses pelapukan/ penguraian bahan
beracun maupun tidak beracun kurang optimal.
Peranan
mikroba di alam bukan hanya sebagai pengurai dan pelapuk saja tetapi terdapat
beberapa mikroba yang mempunyai kemampuan di berbagai hal. Pupuk hayati Bio P
2000 Z berisikan mikroba pilihan dan dilakukan proses bio kimiawi yang dibuat
dari sekumpulan bakteri yang dapat bekerja sama dengan tanaman dalam penyerapan
unsur hara yang saat ini bakteri tersebut di alam relatif kurang. Dari awalnya
18 bakteri diproses secara bio teknologi menghasilkan 11 bakteri. Bakteri
tersebut hidup bekerja sama (simbiosis mutualisme) dengan tanaman hidup dan
mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dari alam (tanah dan udara) untuk
disediakan ke tanaman. Dengan kekuatan sinergi Enzim & Mikroorganisme di
seluruh tanaman berperan dalam pertumbuhan dan produksi pada tanaman.
Disebut
dengan ”mikroba google” karena kemampuannya mikroba tersebut mencari
hambatan-hambatan atau kerusakan lahan kemudian diperbaiki secara alami sesuai
dengan kebutuhan tanaman pada umumnya. Di tanaman “mikroba google “ ini mencari
sifat-sifat atau gen-gen yang masih tidur ditanaman kemudian dibangunkan untuk
mendapatkan kemampuannya merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman. Kemampuan tersebut dimiliki oleh mikroba google karena sifat mikroba
ini mampu memproduksi semacam enzym yang disesuaikan dengan permasalahan yang
dihadapi (proses kerjanya seperti tubuh membuat antibody). Kemampuan mikroba
Google yang ada di pupuk hayati Bio P 2000 Z diantaranya adalah:
2.4.1. Memperbaiki Kondisi Tanah.
a. Kemampuan yang mengikat
kelebihan senyawa racun
di alam seperti Al+, Fe2+, Mn2+,
H2S, hal ini telah dibuktikan dengan adanya uji lokasi di daerah-daerah
bukaan baru yangmengandung unsur-unsur tersebut. Budidaya penanaman
dengan menggunakan pupuk hayati Bio
P 2000 Z pengaruh racun tersebut pada tanaman menjadi relatif hilang. Setelah
di chek laboratorium dapat bukti bahwa kadar unsur tersebut yang bersifat racun
jauh berkurang atau bahkan hilang. Hak ini terjadi karena senyawa tersebut
diubah dalam bentuk senyawa tidak beracun.
b. Keasaman (pH) tanah
sebagai faktor penghambat
pertumbuhan tanaman. Budidaya di tanah masam yang biasanya di lahan gambut
dengan menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z telah terbukti tanpa menggunakan
kapur atau dolomit tanaman tumbuh subur dan berbuah lebat. Setelah di chek
laboratorium pada tanah sehabis panen dapat diketahui keasaman tanah mendekati
normal.
c. Tekstur, struktur dan
porositas tanah
yang kurang baik merupakan suatu
penghambat pertumbuhan tanaman akibat kejenuhan budidaya dan pengaruh
penggunaan pupuk an organik. Beberapa penelitian dilakukan di lahan di Pulau
Jawa dapat dibandingkan budidaya menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z dan
dengan yang tidak menggunakan diketahui bahwa tingkat tekstur, struktur dan
porositas menjadi lebih baik.
Hasil analisis diketahui sebagai
berikut: Secara filosofi bahwa bakteri merupakan makluk hidup yang memerlukan
kondisi lingkungan sesuai dengan faktor tumbuh yang dimilikinya. Jika ada
faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai maka bakteri tersebut dengan sifat
biotiknya berusaha mengubah kondisi lingkungan agar nyaman untuk tumbuh kembangnya.
Di pihak lain, faktor tumbuh bakteri tersebut telah disesuaikan dengan faktor
tumbuh tanaman, dengan demikian lingkungan yang mempunyai faktor penghambat
tersebut di atas diubah oleh bakteri sesuai faktor tumbuh bakteri secara
otomatis selaras dengan faktor
tumbuh tanaman.
2.4.2.
Mengelola Unsur Hara Di Sekitarnya Dan
Disediakan Untuk Tanaman.
Salah satu keunggulan pupuk hayati
Bio P 2000 Z adalah berfungsi sebagai pengelola unsur hara yang siap tersedia
setiap saat untuk tanaman. Beberapa proses pengelolaan mikrobia tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menyerap unsur hara bebas di
alam
baik di udara maupun di tanah dalam
proses kehidupan bakteri, hasil proses tersebut berupa unsur hara yang siap
diserap oleh tanaman. Termasuk juga unsur racun yang semula menjadi penghambat
dapat diubah menjadi senyawa tidak beracun yang siap diserap tanaman.
b. Menguraikan unsur yang terikat
oleh tanah
yang pada keadaan biasa tidak dapat
diserap oleh tanaman, namun dengan bantuan mikrobia di dalam pupuk hayati Bio P
2000 Z maka unsur tersebut terlepas kemudian diikat oleh mikrobia dan selanjutnya
disediakan untuk diserap tanaman.
c. Mengubah unsur an organik
menjadi unsur hara organik
merupakan proses makhluk hidup
termasuk bakteri. Unsur an organik baik dari alami maupun pemupukan dicerna dan
diikat oleh bakteri yang ada di pupuk hayati Bio P 2000 Z dalam proses
kehidupannya. Selanjutnya unsur tersebut akan dilepas sesuai dengan daya serap
tanaman. Berdasarkan proses tersebut maka pupuk selalu tersedia bagi tanaman,
pemberian pupuk lebih efektif dan efisien karena terikat oleh bakteri sehingga
tidak menguap atau terbawa oleh air, unsur hara tanaman disediakan dalam bentuk
unsur organik dan mudah
terserap tanaman.
2.4.3. Memproduksi dan Merangsang
Bio Aktif seperti Enzim, Senyawa Organik dan Energi Kinetik.
Mikroba Google memproduksi dan
merangsang bio aktif enzym, senyawa organik dan energi kinetik yang memacu
metabolisme tumbuh kembang akar dan bagian atas tanaman. Terdapat 2 sumber bio
aktif pada proses pemupukan ini, yaitu: (a) berasal dari pupuk itu sendiri dan
(b) hasil kerja bakteri merangsang bio aktif tanaman:
a. Bio aktif yang berasal dari
pupuk itu sendiri, sewaktu memproduksi pupuk hayati Bio P 2000 Z disertakan
juga beberapa hormon yang langsung diserap tanaman dan enzim dan hormon
tersebut merangsang pertumbuhan tanaman.
b. Bio aktif yang dirangsang oleh
bakteri yang terdiri hormon auxin dan hormon pertumbuhan lainnya
yang membuat pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi cepat dan besar.
c. Merangsang hormon florigen
merupakan hormon yang dirangsang oleh mikriobia dari pupuk hayati Bio P
2000 Z. Hormon ini berfungsi merangsang pembungaan, sehingga tanaman dapat
berbunga dan berbuah lebih lebat.
Berdasarkan fungsi tersebut di atas
maka pupuk hayati Bio P 2000 Z merangsang pertumbuhan tanaman lebih subur, dan
hasil bunga dan buah lebih lebat dengan pengisian biji yang penuh.
2.4.4. Meningkatkan Ketahanan
Internal dan Eksternal Terhadap Hama dan Penyakit.
Ketahanan
internal diperoleh karena pupuk hayati Bio P 2000 Z dilengkapi dengan unsur
hara mikro yang dapat digunakan tanaman. Disamping itu, pertumbuhan yang cepat
oleh pengaruh pupuk tersebut, memberikan kemampuan tanaman dari kerusakan hama.
2.5.1. Persiapan Lahan
Persiapan
lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu
sehingga kondisi fisik dan kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran
tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kronologis. Pada prinsipnya, persiapan lahan
untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran baru (RPC) adalah sama tetapi
untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara intensif. Hal
tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur
tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna sehingga kegiatan
mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat
sisa – sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang.
Petak dibuat dengan ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan
produksi dan jalan kebun.
2.5.2. Pembajakan
Pembajakan I
bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi
awal yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow 20 disc
dengan diameter 31 inci yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal kegiatan
pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai 25 – 30
cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak kebun (±
10 ha) dibutuhkan waktu 8 jam mesin operasi. Pembajakan dilakukan merata di
seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan
menyilang barisan tanaman tebu sekitar 450. Pembajakan II dilaksanakan sekitar
tiga minggu setelah pembajakan I dengan arah memotong tegak lurus hasil
pembajakan I dan kedalaman olah minimal 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah
Disc Plow 3 – 4 disc diameter 28 inci dan traktor 80 – 90 HP.
2.5.3. Bakar Sampah
Kegiatan bakar
sampah bertujuan untuk mempermudah operasional peralatan di areal bekas
tebangan Bundled dan Loose Cane. Jika pengolahan tanah pertama menggunakan Rome
Harrow, maka kegiatan ini tidak perlu dilakukan. Pembakaran sampah dilaksanakan
setelah sampah kering dan arah bakaran harus berlawanan dengan arah angin.
Kapasitas kerja tergantung pada ketebalan sampah. Sampah tebal bekas tebangan
Bundled Cane (hijau) adalah 0,15 HK/ha dan sampah tipis bekas tebangan Bundled
Cane (bakar) adalah 3,00 HK/ha.
2.5.4. Penggaruan
Penggaruan
bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan
permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan
menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP. Pada areal
RPC, tujuan penggaruan adalah untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah
hasil pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu.
Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang dengan arah
bajakan. Traktor yang digunakan adalah traktor 120 HP dan alat Baldan Harrow
dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
2.5.5. Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar
merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat
pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh
tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk
dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibakar di areal tersebut.
2.5.6. Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur
tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur
tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan
jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter. Pembuatan alur tanam dilaksanakan
setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur
tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus
sedikit menyilang dengan kemiringan tanah, memudahkan drainase petak dan
memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan
ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%), sedangkan pada
lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangkun (Contour Bank).
Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.
2.5.7. Penanaman
Pada prinsipnya
persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang ditanam di
sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai pula bagal mata
empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu.
Periode I
Menjelang musim
kemarau (Mei – Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan basah dan
daerah sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah
lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini.
Periode II
Menjelang musim
hujan (Oktober – November) pada daerah sedang dan kering yaitu 3 – 4 bulan
basah.
Kebutuhan bibit
yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Selain itu juga,
untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar. Bibit ditanam dengan
posisi mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara
penanaman ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu
diketahui, pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada
turunnya hujan sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu,
dengan over lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan
dapat menggantikannya.
Cara penanaman
tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: bibit yang telah diangkut
menggunakan keranjang diecer pada guludan agar mudah dalam mengambilnya,
kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup dengan tanah
setebal bibit itu sendiri, untuk tanaman pertama pada lahan kering biasanya
cenderung anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso),
sehingga jumlah bibit tiap juringan diusahakan lebih bila dibandingkan dengan
lahan sawah (± 80 ku), dan bila pada saat tanam curah terlalu tinggi,
diusahakan tanam dengan cara glatimongup (bibit sedikit terlihat).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Tanaman
tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun
masih dapat tumubh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai
jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut
(dpl). Pengembangan tebu lahan kering di luar pulau Jawa menghadapi sejumlah
kendala terutama sifat tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
semusim. Keberhasilan usaha budidaya tebu di lahan kering selalu dibatasi
dengan faktor alam yang sulit dikendalikan.
Peran
mikroba google “Pupuk Bio P 2000 Z” diantaranya memperbaiki tanah disesuaikan
dengan keadaan secara alami. Beberapa faktor yang merusak kondisi lahan seperti
kelebihan bahan kimia dari pupuk an organik dan pestisida seperti digambarkan
di atas sedapat mungkin dilakukan perbaikan/diuraikan secara alami. Peranan
mikroba di alam bukan hanya sebagai pengurai dan pelapuk saja tetapi terdapat
beberapa mikroba yang mempunyai kemampuan di berbagai hal.
Disebut
dengan ”mikroba google” karena kemampuannya mikroba tersebut mencari
hambatan-hambatan atau kerusakan lahan kemudian diperbaiki secara alami sesuai
dengan kebutuhan tanaman pada umumnya. Di tanaman “mikroba google “ ini mencari
sifat-sifat atau gen-gen yang masih tidur ditanaman kemudian dibangunkan untuk
mendapatkan kemampuannya merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman. Kemampuan tersebut dimiliki oleh mikroba google karena sifat mikroba
ini mampu memproduksi semacam enzym yang disesuaikan dengan permasalahan yang
dihadapi (proses kerjanya seperti tubuh membuat antibody).
BIO P 2000 Z PERKEBUNAN
ReplyDeleteNama Perusahaan : PT. ALAM LESTARI MAJU INDONESIA,
Deptan R.I.: L 204/HAYATI/PPI/V/2008 (perpanjangan Th. 2000)
International Patent: PCT/ID 01/00003
National Patent: ID 0 000 438 S
MURI Kedelai Terbesar, tertinggi dan terbanyak polongnya
Anugerah Kalyana Kretya Utama Tahun 2004
Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Pangan Th. 2009.
minimal order 1siklus tanam sampe panen perlu 6liter bio p 2000z + 6liter phosmit ( 1dus/12 liter ). harga khusus dari pabrik tuk agen / distributor.
order hub. Bimanuar email : konsultanpks99@gmail.com
( sms only ) 085378877277 / 02123650877
DOWNLOAD FILE BROSUR+PERIJINAN klik:https://www.facebook.com/groups/173851086038054/522874224469070/
Cara pemakaian youtobe klik:
http://www.youtube.com/watch?v=TxPFAkgwK0A&%3Bnoredirect=1
Penemuan Luar Biasa dimuat di Iptek Talk TVRI :
1. http://www.youtube.com/watch?v=X2D8bcogP3M
2. http://www.youtube.com/watch?v=uizjjmhfq_Y
3. http://www.youtube.com/watch?v=A5ODLdWZGqI
Anugerah Presiden : http://www.youtube.com/watch?v=7ZQkf5-84tQ
Padi Hibrida : http://www.youtube.com/watch?v=7ZQkf5-84tQ
Hibrida Anyer : http://www.youtube.com/watch?v=iBqjnbrTjpI
Hasil yang Berbeda Nyata : http://www.youtube.com/watch?v=9BNYkhOyfPU
Proyek Mikroba Google Qatar :http://www.youtube.com/watch?v=hgwJOjt7t9A
Perbedaan pupuk kimia vs Bio P2000Z klik:
http://www.youtube.com/watch?v=9BNYkhOyfPU&%3Bfeature=relmfu
Pengerolan pipa *** SINAR BULAN *** di JL. Kolonel Sugiono 12 A / 2 , Kota Malang - Jawa Timur ( Indonesia ) berdiri sejak 1970 hingga sekarang.
ReplyDeleteTelp : ( 0341 ) 210 5757 , Hp : 0812 1601 9980
Menerima pengerjaan Besi / Stainless >>>
# Pengerolan BERBAGAI UKURAN : PIPA BULAT / KOTAK / GEPENG , PLAT , SIKU , STRIP , KANAL U bentuk SPIRAL , TEKUK L , KERUCUT , LENGKUNG .
( Website >> wordpress / blogger SINAR BULAN KOTA MALANG )