Transformasi Genetik


RESUME JURNAL
Transformasi Genetik Nicotiana benthamiana dengan Gen CP untuk Mendapatkan Ketahanan Tanaman terhadap Peanut Stripe Virus
Nur YASIN
Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,Jl. Prof. Dr. Sumantri
Brojonegoro 1, Bandar Lampung 35145

Di Indonesia, PStV (Peanut Stripe Virus) menjadi masalah dalam usaha budidaya kacang tanah. Perkembangan teknologi DNA rekombinan telah memberikan harapan dan ca-krawala baru dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh virus tanaman. Transfer gen pada tanaman telah dapat menghasilkan tanaman transgenik yang mengandung gen asing yang berfungsi dan terintegrasi ke dalam genom tanaman tersebut. Beberapa metode telah dikembangkan untuk membuat tanaman transgenik. Salah satu metodenya adalah penggunaan Agrobacterium tumefaciens. Karena kemampuannya untuk melakukan rekayasa sel tanaman secara genetik melalui T-DNA maka setiap strain A. tumefaciens secara alami mampu melakukan rekayasa genetika tanaman.
Gen coat protein (CP) kini telah dapat dimanfaatkan dalam rekayasa genetika tanaman. Gen CP telah digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan tanaman kedelai transgenik yang tahan terhadap Soybean dwarf virus (Tougou et al., 2007).  Dalam penelitian ini digunakan 4 tipe konstruksi gen CP yang ditransformasi ke tanaman model Nicotiana benthamiana dengan bantuan A. tumefaciens AGL0. Inokulasi virus untuk pengujian ketahanan tanaman transgenik model terhadap PStV (Peanut Stripe Virus) menggunakan cara mekanik.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi (1) transformasi genetik (proses rekayasa genetika) tanaman dan (2) ketahanan tanaman transgenik model (Nicotiana benthamiana) generasi T0 yang membawa beberapa tipe gen CP (Tabel 1) dan gen GUS terhadap infeksi PStV. Beberapa tanaman yang diuji adalah (a) tanaman transgenik yang membawa tipe gen CP PStV sebagaimana yang dipunyai oleh cistron CP dari genom PStV (gen CP-1), (b) tanaman transgenik dengan gen CP PStV yang telah mengalami mutasi titik alias kehilangan DAG-box motif-nya (gen CP-2) , (c) tanaman transgenik dengan gen CP PStV yang mengekspresikan mRNA dan mRNA-nya yang tidak dapat ditranslasi menjadi protein (gen CP-3), dan (d) tanaman transgenik dengan gen CP PStV yang mengekspresikanbagian tengah CP (gen CP-4).

Adapun bahan dan metode yang diperlukan sebagai berikut:
Penyediaan Kultur Agrobacterium
Untuk menyegarkan stok Agrobacterium, bakteri, yang masing-masing membawa gen marker atau salah satu dari tipe gen CP PStV, dari stok penyimpanan dibiakkan di cawan petri yang mengandung media YEP, antibiotik rifampisin (20 mg/l), dan kanamisin (50 mg/l). Biakan ini diinkubasi selama dua hari pada ruang inkubasi dengan temperatur 28oC.  Biakan dikocok dengan kecepatan 100 rpm, selama satu malam menggunakan pengocok (shaker) yang diinkubasikan dalam ruang bersuhu 28oC.
Setelah pembiakan dalam YEP padat yang kedua, tiga sampai lima koloni bakteri yang didapat dipindahkan ke media YEP cair (50 ml) dengan kedua antibiotik tersebut, dikocok dengan kecepatan 100 rpm pada shaker dan diinkubasikan dalam ruang kultur bersuhu 28oC selama semalam. Biakan yang didapat siap digunakan untuk transformasi tanaman.
Kultur bakteri yang telah disiapkan disentrifugasi (5000 rpm, selama 10 menit) pada suhu 40C dan endapan bakteri yang didapat dicuci tiga kali dengan media regenerasi tunas cair tanpa antibiotik. Setelah pencucian, endapan bakteri diresuspensikan ke dalam 10 ml media regenerasi dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm (λ600) dengan blanko media regenerasi. Suspensi bakteri diencerkan dengan media regenerasi sampai mencapai nilai OD (optic density) sebesar 0,2—0,5. Suspensi bakteri diletakkan dalam remahan es dan siap digunakan untuk transformasi tanaman.
Transformasi dan Regenerasi N. Benthamiana Transgenik Inokulasi Agrobacterium. Transformasi gen dilakukan dengan metode kokultivasi daun N.benthamiana dengan Agrobacterium. Daun tembakau dipotong-potong selebar 3—5 mm dengan gunting steril dan ditampung dalam botol steril yang berisi sedikit cairan media regenerasi. Untuk menginokulasi potongan daun dengan Agrobacterium suspensi bakteri sebanyak 50 ml yang telah disesuaikan OD-nya dituangkan ke botol steril yang telah berisi potongan daun tersebut. Botol steril ditutup dan disegel denganYasin.  parafilm kemudian dikocok pelan-pelan pada shaker selama 5—10 menit. Selanjutnya, potongan daun yang telah diinokulasi dipindahkan ke kertas tissu steril pada cawan petri untuk menyerap kelebihan cairan dan suspensi bakteri.
Kokultivasi.
Kokultivasi potongan daun dengan Agrobacterium dilakukan dengan menanam potongan daun tersebut dalam botol yang berisi media regenerasi (media agar) tanpa antibiotik. Pada tahap ini daun-daun ditata/disusun agak padat dalam media regenerasi. Botol disegel dan diinkubasi dalam almari es pada suhu 15oC selama satu hari. Setelah melewati masa kokultivasi, eksplan dicuci dengan aquades steril beberapa kali sampai aquades tampak bening dan akhirnya dicuci dengan 50 ml media regenerasi cair yang mengandung cefotaksim (300 mg/l).
Regenerasi tanaman transgenik.
Eksplan yang telah dibersihkan dipindahkan ke media regenerasi padat yang mengandung antibiotik cefotaksim 300 mg/l selama 3—5 hari. Setelah itu, eksplan dicuci kembali sebagaimana sebelumnya dan ditanam pada media regenerasi yang mengandung cefotaksim (300 mg/l) dan kanamisin (100 mg/l) hingga membentuk tunas (1—2 bulan). Setelah tunas yang terbentuk memanjang, tunas dipotong menjadi 3 bagian untuk perbanyakan dan ditanam bersama dalam botol media yang mengandung cefotaksim dan kanamisin. Jika 3 eksplan ini telah tumbuh dengan baik maka 1 eksplan disubkultur di media regenerasi yang mengandung cefotaksim dan kanamisin untuk konservasi (disimpan) dalam bentuk kultur. Dua eksplan lainnya ditanam di media perakaran (MS0). Jika plantlet dari 2 eksplan ini telah berakar dengan baik maka 1 plantlet dibersihkan dari agar kemudian dipindahkan ke media tanah untuk aklimatisasi dan 1 plantlet lagi untuk disubkultur lagi ke media perakaran untuk cadangan jika planlet yang diaklimatisasi mati.
Aklimatisasi dan Produksi Benih T0:1
Plantlet yang telah berakar dengan baik dibersihkan agarnya dari perakaran kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida Dithane (1g/l) dan dipindahkan ke pot plastik yang berisi media tanah steril yang telah disiram pupuk N-P-K cair (0,5 gr/l) dan disungkup dengan botol untuk mengurangi penguapan. Biji yang pertama dihasilkan merupakan biji atau benih T0:1. Biji-biji T0:1 dari tanaman transgenik CP-1, CP-2, CP-3, dan transgenik CP-4 setelah ditanam kemudian diuji dengan PStV.
Uji Ketahanan N. benthamiana Transgenik terhadap PStV
Untuk menentukan keefektifan gen CP PStV yang diuji, populasi tanaman transgenik yang masing-masing membawa satu tipe gen CP diinokulasi dengan PStV dan respon tanaman terhadap inokulasi virusnya ditentukan berdasarkan ada tidaknya replikasi dan penyebaran PStV di dalam tanaman transgenik.
Sumber inokulum.
Perbanyakan sumber inokulum dilakukan pada tanaman kacang tanah cv kelinci yang diinokulasi secara mekanik dengan PStV isolat Bogor yang tergolong sebagai isolat "severe bloth-stripe" (Akin, 1998).



Inokulasi tanaman transgenik dengan PStV.
Inokulasi PStV dilakukan dengan cara mengoleskan cairan perasan daun kacang tanah terinfeksi PStV yang telah disiapkan ke N. benthamiana yang telah ditaburi Carborundum tersebut dengan menggunakan cotton buds.

Hasil Dan Pembahasan
Dari data dapat dilihat bahwa masa kritis untuk regenerasi tanaman transgenik hasil kultur jaringan adalah tahapan aklimatisasi. Dari 180 pucuk calon tanaman transgenik yang didapat dari proses transformasi yang berhasil menjadi tanaman di rumah kaca setelah diaklimatisasi hanya 88 tanaman (49%). Selanjutnya, dari 88 tanaman yang didapat tersebut hanya 43 tanaman transgenik generasi T0 (24%) yang dapat menghasilkan biji T0:1. Untuk gen CP PStV tipe CP-1 didapatkan dua genotip tanaman transgenik yang menghasilkan biji, sedangkan untuk tipe CP-2 — 5 genotipe, tipe CP-3 — 6 genotipe, CP-4 — 6 genotipe.  Untuk gen marker NPTII/GUS didapat 7 genotipe tanaman transgenik yang menghasilkan biji T0:1. Tidak semua tanaman transgenik dapat tumbuh dan berkembang sampai menghasilkan biji. Respon tanaman T0 terhadap PStV telah diuji. Beberapa tanaman transgenik menunjukkan respon tahan terhadap PStV, ada juga tanaman yang rentan terhadap PStV. Tanaman kontrol yang terdiri dari tanaman transgenik NPTII/GUS dan tanaman non transgenik semuanya rentan terhadap PStV. Ketahanan tanaman transgenik terhadap PStV terjadi akibat integrasi gen CP dan bukan karena integrasi gen marker atau karena proses-proses lain yang dilalui dalam kegiatan transformasi tanaman dengan bantuan Agrobacterium.

FAHMI

No comments:

Post a Comment

Instagram