Ekosistem dapat dikenal dalam ekologi. Ekologi berasal dari kata oikos
artinya rumah dan secara luas berarti rumah tangga alam dan dari kata logos
yang definisinya adalah ilmu. Jadi ekologi adalah salah satu cabang biologi
yang mempelajari segala sesuatu tentang rumah tangga alam atau ilmu yang
mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya.
Kesatuan antara komunitas dengan lingkungan abiotiknya disebut ekosistem. Halaman
rumah, akuarium, kebun dan kolam merupakan ekosistem kecil sedangkan gurun dan
hutan merupakan ekosistem besar. Ekosistem besar terdiri atas beberaa ekosistem
kecil dan setiap ekosistem kecil terdiri atas beberapa ekosistem yang lebih
kecil lagi.
Ekologi
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup
dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis mahkluk hidup, mulai
dari tumbuhan dan binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana
seperti jamur, amuba dan bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali,
tidak bisa hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang
lain ataupun benda mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang membutuhkan
tumbuh-tumbuhan tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di lingkungan sekitarnya
dirusak maka kijang tersebut harus berpindah atau mati kelaparan. Sebaliknya
tumbuhan agar bisa hidup juga tergantung pada binatang untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Kotoran binatang, bangkai binatang maupun tumbuhan, menyediakan
berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman.
Mempelajari
ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat tergantung pada hubungan
ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan terjadi di tempat lain di bumi
ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada lingkungan di sekitar kita. Meskipun
ekologi adalah cabang dari biologi, namun seorang ahli ekologi harus menguasai
ilmu lain seperti kimia, fisika, dan ilmu komputer. Ekologi juga berhubungan
dengan bidang ilmu-ilmu tertentu seperti geologi, meteorologi, dan oseanografi,
guna mempelajari lingkungan dan hubungannya antara tanah, air, dan udara.
Pendekatan dari berbagai ilmu membantu ahli ekologi untuk memahami bagaimana
lingkungan nonhidup mempengaruhi mahkluk hidup. Hal ini juga bisa membantu
untuk memperkirakan atau meramalkan dampak dari masalah lingkungan seperti
hujan asam atau efek rumah kaca.
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1]
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.[1]
Ekosistem merupakan penggabungan
dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme.[1]
Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.[1]
Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.[2]
Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2]
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme,
khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik
menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan".[2]
Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali
dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.[2]
Kehadiran, kelimpahan dan
penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan
sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran
yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum
toleransi.[3]
Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki
toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.[1]
Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan
dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya.[1]
Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi
dan memanipulasi alam.
KOMPONEN
PEMBENTUK EKOSISTEM
Ekosistem
merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam suatu
ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengauhi antar
semua komponen.Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup[biotik] dan
komponen tak hidup[abiotik].
1. KOMPONEN
BIOTIK
Manusia,hewan
dsn tumbuhan termasuk koomponen biotik yaang terdapat dalamsuatu ekosistem.
Komponen biotik di bedakan menjadi 3golongan yaitu ;produsen,konsumen dan
dekomposer.
a.Produsen
Semua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga
disebut organisme autotrof. Sebagai produsen,tumbuhan hijau mnghasilkan
makanan[karbohidrat] melalui proses potosintesis. Makanan di manfaatkan oleh
tumbuhan itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian produsen
merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu konsumen.
b.Konsumen.
Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam
tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik yang
telah di bentuk oleh produsen,atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.
Berdasarkan jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai
berikut;
a.Pemaken tumbuhan [herbivora],nisalnyakambing,kerbau,kelini
dan sapi.
b.Pemakan daging[karnivora],misalnya harimau,burung elang,dan
serigala,
c.Pemeken tmbuhan dan daging[omnivora],misalnya ayam,itik,
dan orabg hutan.
d.Pengurai [dekomposer].
Kelompok ini berperan penting dalam ekosistem.Jika kelompok
ini tidak ada, kita akan melihat sampah yang menggunung dan makhluk hidup yang
mati tetap utuh selamanya. Dekomposer berperan sebagai pengurai,yang
menguraikan zat-zat organik[dari bangkai] menjadi zat-zat organik penyusunnya.
2.
KOMPONEN ABIOTIK
Bagian dari komponen abiotik adalah ;
·
Tanah.
Sifat-sifa fisik
tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,kematangan, dan kemapuan
menahan air. Tanah dan batu.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.
·
Air.
Hal-hal penting pada air yang
mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air,kadar mineral
air,salinitas,arus air,penguapan,dan kedalaman air.
Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun. –
·
Udara.
Udara merupakan
lingkungan abiotik yang berupa gas.Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi
makhluk hidup. Oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen merupakan gas yang paling
pentung bagi kehidupan makhluk hidup.
·
Cahaya matahari
Cahaya matahari
merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun
demikian,penyebara cahaya ddi bumi belum merata.Oleh karena itu, organisme
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas
cahayanya berbeda.
Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar
membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan. –
·
Suhu atau temperatur.
Setiap makhluk hidup memerlukan
suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya. Proses
biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi
temperatur dalam tubuhnya. –
·
Iklim
Iklim adalah
kondisi cuaca dalam
jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam
suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen
[fisik] dan [kimia] yang merupakan [medium] atau [substrat] tempat
berlangsungnya [kehidupan], atau [lingkungan] tempat hidup.Sebagian besar
komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat
berupa bahan organik, senyawa anorganik.
B.Autotrof Komponen [autotrof] terdiri dari organisme
yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan
[energi] seperti sinar [matahari] (fotoautotrof) dan bahan kimia
(kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong
autotrof adalah tumbuhan berklorofil. C.Heterotrof Komponen heterotrof terdiri
dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan [organik] yang disediakan
[organisme] lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen
makro [fagotrof] karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang
tergolong heterotrof adalah [manusia], [hewan], [jamur], dan[mikroba].
D.Pengurai Pengurai atau dekomposer adalah organisme
yang menguraikan bahan [organik] yang berasal dari organisme mati. Pengurai
disebut juga konsumen makro [sapotrof] karena makanan yang dimakan berukuran
lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
[produsen].Yang tergolong pengurai adalah [bakteri] dan [jamur]. Ada pula
pengurai yang disebut [detritivor], yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa
bahan organik, contohnya adalah [kutu kayu]. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
-[anaerobik]
: oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
-[fermentasi]
: anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima
[elektron].
2.3 KEBERGANTUNGAN
Kebergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar
komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik[2].
Antar
komponen biotik
- Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan
energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap
tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena
organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka
tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen.
Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan
tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga,
terdiri atas hewan-hewan karnivora.
Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya,
sebagian energi akan hilang.[2]
Perpindahan materi dan energi
melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut rantai makanan
Tiap tingkat
dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme
pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa
disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
2.
Jaring- jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup
lainnya.
Pada
hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber
materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa setiap
jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem,
rantai-rantai makanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-jaring
makanan.
Antar
komponen biotik dan abiotik
Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk
materi menumpuk pada suatu tempat.[2] Ulah
manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik,
manusia cenderung mengganggu keseimbangan lingkungan.[2]
2.4 Pola-Pola Interaksi
Simbiosis
adalah bentuk interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup
yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.
Simbiosis dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya :
a)Simbiosis mutualisme, yaitu interaksi antara dua
individu ataupun populasi yang saling menguntungkan. Misalnya, simbiosis antara
jenis jamur tertentu dan jenis alga tertentu membentuk likenes, antara bunga
dengan kupu-kupu.
b)Simbiosis parasitisme, yaitu interaksi dua individu/populasi di mana salah satu individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu yang tumbuh pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia.
c)Simbiosis komensalisme, yaitu interaksi antara individu/populasi yang satu untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak rugi. Contohnya, interaksi antara ikan remora kecil yang menempel pada ikan hiu.
b)Simbiosis parasitisme, yaitu interaksi dua individu/populasi di mana salah satu individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu yang tumbuh pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia.
c)Simbiosis komensalisme, yaitu interaksi antara individu/populasi yang satu untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak rugi. Contohnya, interaksi antara ikan remora kecil yang menempel pada ikan hiu.
2.5 TIPE-TIPE
EKOSISTEM
Tipe-tipe
Ekosistem
Akuatik
(air)
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu
tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[4] Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji.[4] Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar
pada umumnya telah beradaptasi.[4]
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara
habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat
berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme
dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen),
yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme
dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis
a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis
·
Danau
Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. |
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari.
Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis
disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari
disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang
hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah
sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang
melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea,
ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa,
dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya,
yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya
materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat
dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi
membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar
garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah
laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.[4] Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas
dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.[4]
- Ekosistem estuari.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai
dengan laut.[4] Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki
produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi[1]. Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.[4] Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.[4]
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.[4] Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.[4]
Sungai adalah suatu badan air yang
mengalir ke satu arah.[4] Air sungai
dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air[4]. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.[4] Ekosistem
sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.[4] Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu
arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.
Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda
dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan
komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai
gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar,
sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda
antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air
tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar
dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni
oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak
terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis
dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di
sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
- Ekosistem terumbu karang.
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat
pantai.[1] Efisiensi
ekosistem ini sangat tinggi.[1] Hewan-hewan
yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.[5] Berbagai
invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.[5] Herbivora seperti
siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.[5] Kehadiran
terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.[1]
Kedalamannya lebih dari 6.000 m.[5] Biasanya
terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya.[5] Sebagai
produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.[5]
- Ekosistem lamun.
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut[6]. Tumbuh‑tumbuhan
ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.[6] Seperti halnya
rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai
yang merayap yang efektif untuk berbiak.[6] Berbeda
dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga,
berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal
untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara.[6] Sebagai
sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.[6]
Terestrial
(darat)
ekosistem hutan hujan tropis memiliki produktivitas
tinggi.
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah
tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
ekosistem taiga merupakan hutan pinus dengan ciri
iklim musim dingin yang panjang.
Bioma taiga terdapat di
belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah
sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
ekosistem
tundra didominasi oleh vegetasi perdu. Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran
kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di
daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken,
tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya,
tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang
menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan
yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa
kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan
oleh temperatur dan curah hujan.[2] Ekosistem
terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan.[2] Iklim
sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada
suatu tempat tertentu.[2] Pola
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.[2]
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan
subtropik.[4]
Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun.[4] Spesies
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung letak geografisnya.[4] Tinggi
pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga
membentuk tudung (kanopi).[4] Dalam hutan
basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di
sekitar organisme.[4] Daerah
tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi,
suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.[4] Dalam hutan
hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit.[4] Hewannya
antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.[4]
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan
curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih
tergantung musim.[6] Sabana yang
terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana
yang luas.[6] Hewan yang
hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.[1]
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari
daerah tropik ke subtropik.[5] Ciri-ciri
padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun
tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran
air) cepat.[5] Tumbuhan
yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung
pada kelembapan.[5] Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.[5]
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan
padang rumput.[6] Ciri-ciri
ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun).[6] Perbedaan
suhu antara siang dan malam sangat besar.[6] Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil[6]. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk
menyimpan air.[6] Hewan yang
hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan
beberapa hewan nokturnal lain.[6]
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang
memiliki emapt musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun.[5] Jenis pohon
sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.[5] Hewan yang
terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun
(sebangsa luwak).[5]
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.[4] Biasanya
taiga merupakan hutan yang
tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya.[4] Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali,
sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam,
ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.[4]
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam
lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi.[4] Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari.[4] Contoh
tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang.[4] Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.[4]
- Karst (batu gamping /gua).
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di
wilayah Yugoslavia.[6] Kawasan
karst di Indonesia rata-rata
mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif
terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh
pori-pori mikro.[6] Ekosistem
karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak
dijumpai di ekosistem lain.[6]
Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.[4] Ekosistem
buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[1] Contoh
ekosistem buatan adalah[4]:
- bendungan
- hutan tanaman produksi
seperti jati dan pinus
- agroekosistem berupa sawah tadah hujan
- sawah
irigasi
- perkebunan sawit
- ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
- ekosistem ruang angkasa.[1]
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga
butuh energi yang banyak.[2] Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang
eksesif seperti polusi dan panas.[2]
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem
tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari
luar.[1] Semua
ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.[1]
No comments:
Post a Comment