BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman wijen
merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi
cukup tinggi. Minyak wijen mengandung protein tinggi dan mengandung asam lemak
tidak jenuh (40,0 - 45,4%). Biji wijen selain diambil minyaknya juga dapat digunakan
sebagai bahan makanan. Biji wijen termasuk bahan makanan yang bermutu tinggi
sehingga sering digunakan untuk penderita kelebihan kolesterol. Selain untuk
bahan makanan minyak wijen dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri
diantaranya sabun, kosmetik, dan pestisida. Di bidang farmasi tanaman wijen
juga dimanfaatkan sebagai obat alami yang potensial diantaranya untuk obat
batuk, kholik, disentri, tumor bahkan untuk sakit kanker.
Di Indonesia dikenal dua jenis wijen yaitu
wijen putih dan wijen hitam. Wijen putih (sesamum white seed) banyak digunakan
untuk industri makanan ringan, sedangkan wijen hitam (sesamum black seed) di samping
untuk industri makanan juga banyak digunakan untuk bahan industri minyak wijen.
Seiring dengan berkembangnya industri di negara Indonesia baik industri makanan,
kosmetika dan farmasi, dengan meningkatnya laju pertambahan penduduk maka
kebutuhan akan komoditas ini juga semakin meningkat. Akan tetapi peningkatan permintaan
terhadap tanaman ini tidak diiringi oleh produktivitas tanaman yang tinggi (350
kg/ha/tahun) sehingga negara Indonesia harus mengimpor wijen setiap tahunnya.
Kendala pengembangan tanaman wijen di Indonesia
adalah produktivitasnya rendah (350 kg/ha), serta adanya gangguan penyakit.
Oleh sebab itu program pemuliaan wijen diarahkan untuk mendapatkan varietas
yang berdaya hasil tinggi (> 1 ton/ha) dan tahan terhadap penyakit.
Terlaksananya program pemuliaan wijen harus didukung oleh tersedianya plasma
nutfah dalam jumlah banyak, agar mudah dalam merakit varietas unggul baru
dengan sifat-sifat yang diinginkan. Variasi genetik pada plasma nutfah wijen
yang ada dirasa masih sangat kurang. Untuk memperluas variasi genetik dapat
ditempuh dengan melakukan eksplorasi dan introduksi dari luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesame
atau yang biasa di sebut wijen adalah salah satu minyak tanaman tertua yang di
kelola oleh manusia. Pada mulanya sesame merupakan komoditas asli negara
ethopia dan di perkenalkan ke khalayak dunia oleh negara India dan China. Dan
kini menjadi sangat populer hampir di seluruh dunia. Biji Sesame mengandung
minyak sebanyak 58% . Meski harganya mahal, permintaan minyak sesame di
industri makanan tetap tinggi sebab pemakaian minyak sesame menjadikan makan
tinggi akan protein dan rendah lemak. Selain itu minyak sesame juga sering
digunakan pada persiapan antioksidant, kosmetik dan formulasi obat-obatan.
I.
MATERI
INDUK
Materi
genetik sesame terdapat pada family pedaliaceae yang terdiri dari dari 16 genus
dengan 16 spesies yang terdapat di Afrika, Australia dan Asia. Family
pedaliaceae memiliki atasan indung telur, biasanya terdiri dari dua sel, yang
melengkapinya atau secara parsial dibagi dengan septa yang salah, masing-masing
bagian mempunyai satu ovul yang dipasang
pada tengah plasenta.
Nama
umum sesamum diambil dari kata Arab yaitu “simsim”. Kerja sitogenetik pada sesamum dimunculkan oleh Joshi (1996).
Nomer kromosom pertama kali dipublikasikan sebagai 2n=26 yang diterima oleh
kita dan pekerja umum lainnya. Nomer kromosom 7 dari 36 spesies yang terdaftar
pada index kawansis di beritahukan sebagai berikut: S. capense, S. malabaricum,
dan S. schenkii, 2n = 26; S. angolense, S. laciniatum, S. prostatum,2n = 64.
Nomer kromosome pada genus di pedaliceae tidak dapat ditentukan kecuali untuk
pedalium dan Cheratotheca dimana 2n = 16. Uji silang yang dilakukan pada
spesies yang berbeda tidak selalu berhasil. Uji silang akan berhasil jika
dilakukan pada spesies yang memiki nomer kromosomyang sama dengan kelompok yang
memiliki n=13 dan n=32.
II.
KULTUR
TANAMAN
Sesame
dapat tumbuh dengan baik pada lahan atau lingkungan yang terkontrol, sebab ia
bereaksi dengan kuat terhadap gangguan lingkungan.
A.
Lahan
Pertumbuhan terbaik
untuk Sesame jika teksture sedang atau ringan dengan tekanan air dan drainase
yang baik. Sedangkan untuk hasil benih dan perkembangan tanaman, membutuhkan
tanah yang memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi. Aplikasi nitrogen dapat
membuat kandungan protein didalam biji tanaman menjadi lebih luas dan tinggi,
namun tidak dapat meningkatkan meningkatkan hasil biji.
Lingkungan tumbuh atau
syarat tumbuh tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh.
Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun
jika kurang mendapat pengairan. Untuk lahan kering dimusim hujan yaitu wilayah
yang bercurah hujan pendek wijen ditanam pada awal musim penghujan agar tanaman
tidak mengalami hambatan suhu tanah, ketersediaan air, dan jazad pengganggu.
Sesame dirusak oleh
pengembunan yang berlebih pada semua tahapan pertumbuhan. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan sesame yaitu 22’C, suhu yang lebih rendah akan meperpanjang periode
pertumbuhan dan melemehnya kemampuan sesameuntuk bersaing dengan pertumbuhan
biji.
B.
Ruang
tumbuh dan Greenhouse
Wijen dapat tumbuh dibawah kondisi yang terkendali.
Dapat di tanam di plastik
besar (polibag), logam, atau pot tanah liat.
Namun tanaman inijika
ditanam dalam rumah kaca memiliki kelemahan batang, sehingga memerlukan alat
bantu untuk menopang ketika tinggi tanaman 30 cm.
Untuk hasil yang baik, media
tanam yang digunakan terdiri dari lumut gambut, pasir dan tanah liat dengan
proporsi yang sama. Pot harus disimpan relatif kering untuk
menghindari perkembangan
hama dan penyakit.
III.
KARAKTERISTIK TANAMAN
Batang tanaman wijen hampir seperti kayu, namun
kelihatannya tidak banyak terbagi dalam cabang-cabang. Batang
berbentuk bulat atau segi 4 tergantung pada jenisnya.Daun tanaman wijen tersusun berselang-seling, hampir berhadapan, daun
bagian bawah atas tengah memiliki bentuk bervariasi lonjong, menjari, ataupun
tidak menjari. Demikian jugg type daun bervariasi, bergerigi dan tidak
bergerigi. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan tangkai daun berwarna
keunguan. Ukuran panjang daun berkisar antar 30 -17,5 cm dengan
lebar 1-7 cm.
Secara
morfologi biji wijen berukuran kecil, oval, dan salah satu ujungnya runcing.
Berat 1.000 biji bervariasi yaitu antara 2-4 gram. Kulit biji umumnya halus dan
ada beberapa varietas berkulit kasar. Ada korelasi antara kekasaran kulit biji
dengan kandungan minyak, makin kasar kandungan minyak makin rendah. Kulit biji
semakin tipis, mutu wijen dinilai semakin baik. Warna kulit biji bervariasi
tergantung varietasnya yaitu putih, kuning, cokelat, abu-abu, dan hitam. Warna kulit
biji juga berpengaruh terhadap kandungan air, minyak, albumin, karbohidrat,
serat kasar, dan abu pada bijinya. Koleksi plasma nutfah wijen di Balittas
berat 1.000 bijinya berkisar antara 2-3,5 g, umumnya berkulit halus dan warna
kulit adalah putih, cokelat,dan hitam. (Weiss, 1971).
Bunga tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun
hanya satu yang biasanya berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga
berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari
bunga tumbuh 4-5 kepala sari.
Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk
polong.
Bunga tnman wijen
muncul dari ketiak daun sebanyak 1-3 kuntum per ketiak daun, bunga bertangkai
pendek, berukuran kecil dan memiliki 5 buah kotak. Bunga tersusun atas 5
daun bunga yang berbentuk seperti corong. Berukuran panjang antara
2,5-3 cm. dan diameter 0,5-1 cm, serta berbau harum yang khas. Benang sari menempel
didalam mahkota bunga warna bunga bervariasi seperti putih, merah jambu, atau
ungu dengan bintik-bintik kuning atau lembanyung bagian dalam.
Akar dari Tanaman wijen adalah berakar tunggang,
pada akar lateralnya tumbuh akar rambut cukup banyak. Sistem perakaran tanaman
wijen berbeda antara varietas yang satu dengan lainnya. Pada varietas yang
tidak bercabang, perakaran cenderung berkembang ke arah dalam; sedangkan untuk
jenis yang bercabang, perakarannya cenderung menyebar. Selain itu kegenjahan
tanaman juga mempengaruhi sistem perakaran. Tanaman yang berumur genjah
perakarannya lebih dangkal daripada tanaman yang berumur dalam. (Weiss, 1971).
Buah atau polong, tanaman wijen berbentuk lonjong
dengan ukuran panjang 2,5-3 cm dengan diameter 0,5-1 cm. Buah tersusun
berkelompok dalam tangkai yang berukuran panjang 2 cm dan tebal 5mm. Dalam setiap polong terdapat 4-8
kotak sebgai tempat biji. Jika biji telah matang polong aken terbuka mulai dari
bagian atas. Biji wijen berbentuk gepeng atau seperti telur, berada
dalam polong dengan jumlah sangat banyak dan terletak berhadap-hadapan dengan
posisi horizontal, warna biji berbeda-beda tergantung pada jenisnya.
IV.
HIBRIDISASI
TIRUAN DAN PENYERBUKAN SENDIRI
Peralatan
pinset untuk melepaskan
anther dari bunga Jarum tajam panjang untuk membelah dan menutup sebagian
anther dan untuk penegakkan gaya membungkuk Soda sedotan untuk menghilangkan
yang tidak diinginkan dalam proses penyerbukan Tag perhiasan yang terikat
dengan bunga-bunga untuk mengidentifikasi setiap silang Kokot digunakan untuk
selfing wijen di lapangan.
Persiapan
Bunga
Bunga wijen memiliki corolla
hijau yang agak tebal dan kaku, namun saat mendekati tahap penyerbukan corolla
berubah menjadi hijau ke putih dengan dinding lebih tipis dan lembut. Di dalam corolla tersebut, anther berada di sekitar
puncak stigma yang putih pucat, permukaan yang lembab, tetapi belum pecah. Untuk mengebiri, perlu dilakukan pembuangan benang
sari yang melekat pada mahkota. Karena beberapa kepala sari dapat membuka
sewktu-waktu dan melepaskan benang sari yang masih prematur. Jika induk betina
memiliki tiga bunga per ketiak, buga tengah dikebiri, sementara dua bunga
samping dikeluarkan anternya menggunakan
pinset. Sedangkan untuk mencegah
terjadinya penyerbukan melalui seranga maka bunga dengan memasukkan sepotong
jerami atau kertas soda yang ujungnya dilipat atau dijepit.
Penyerbukan
Pada umumnya bunga wijen,
membuka pada pagi hari. Sedangkan dalam green house agak menentu, sehingga emaskulasi dan
polinasi dapat dilakukan saat serbuk sari bunga induk tersedia dan stigma pada
tahap yang tepat. Tanaman wijen adalah tanaman menyerbuk
sendiri. Untuk memperbaiki populasi yang ada baik dari varietas lokal maupun
introduksi dapat dilakukan seleksi massa dan seleksi galur.
2.1 Seleksi Massa
Seleksi massa adalah pemilihan
sekelompok tanaman pada suatu populas berdasarkan fenotipenya. Benih yang
dihasilkan dipanen secara curah (bulk). Seleksi ini dapat dilakukan satu atau beberapa generasi,
sampai didapatkan populasi yang seragam. Agar seleksi efektif diperlukan
pengalaman dan kemampuan untuk menilai fenotipe yang benar. Sebagian besar dari
varietas lokal telah diperbaiki dengan seleksi massa negatif yaitu membuang
tanaman yang menyimpang (off type). Seleksi ini diulang tiga generasi
untuk mendapatkan populasi yang seragam. Galur wijen hasil seleksi massa yang
berdaya hasiltinggi dan elah diuji daya hasilnya di beberapa lokasi di Jawa,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Seltan adalah galur Sesamindo. Galur ini
berasal dari varietas lokal Bojonegoro dan mempunyai keistimewaan jumlah ruang
polong 6-8 dan disukai konsumen, terutama pengusaha makanan ringan, karena
bijinya kedl (berat 1.000 biji < 3 g). Produktivitasnya dapat mencapai 1.300
kg/ha.
2.2 Seleksi galur
Seleksi galur ialah memilih individu
tanaman terbaik dari populasi tanaman yang beragam. Benih dari setiap individu
terpilih dikembangkan menjadi galur. Pada tahun kedua benih dari individu
terpilih ditanam secara bergalur; seleksi ditujukan untuk memilih galurgalur yang
berpotensi dan seragam. Perbanyakan galur murni pada umumnya cukup dilakukan satu
generasi, karena galur generasi lanjut umumnya sudah homozigot. Pada tahun
ketiga dan tahun berikutnya galur-galur terpilih diikutkan pada uji multi
lokasi untuk persiapan pelepasan varietas. Balittas telah melakukan seleksi
galur terhadap tiga varietas introduksi yaitu varietas Pachequino dan Colade
Borrego dari Australia serta aksesi dari India yaitu SI.35. Pada ujidaya
hsil pendahuluan terlihat bahwa beberapa
galur menunjukkan peningkatan produksi. Alurgalur hasil seleksi varietas
Pachequino produktivitasnya meningkat dari 1.258 kglha menjadi 1.391 kglha atau
meningkat 10,5%; scleksi varietas Colade Borrego meningkat dari 752 kg/ha menjadi
1.164 kg/ha atau meningkat 54,8%; seleksi dari aksesi SI.33 meningkat dari
873kg/ha menjadi 1.010 kg/ha atau meningkat 15,7%.
Persilangan (hibridisasi)
Persilangan
buatan adalah salah satu cara yang banyak dilakukan oleh pemulia tanamanuntuk
mendapatkan gabungan gen-gen terbaik yang berasal dari tetuanya. Keturunan dari
persilangan merupakan populasi yang mengandung keragaman genetik, sehingga
seleksi dapat dilakukan. Keberhasilan persilangan tergantung pada ketepatan
dalam memilih tetua yang akan dikombinasikan dan seleksi pada generasi yang
sedang bersegregasi. Jika pemilihan tetua ini tepat, maka dapat diharapkan akan
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat-sifat seperti yang kita kehendaki.
Sifat- sifat tersebut dapat sifat kualitatif maupun kuantitatif.
Metode
persilangan dan cara seleksi yang digunakan tergantung pada tujuan yang akan dicapai
dari persilangan. Persilangan wijen umumnya bertujuan untuk mengatasi gangguan penyakit.
Metode yang sering digunakan adalah silang balik. Varietas A yang berumur
genjah dan daya hasil tinggi, tetapi peka terhadap penyakit busuk pangkal
batang dipakai sebagai tetua penerima (recurrent parent) disilangkan
dengan varietas B yang memiliki ketahanan terhadap penyakit busuk pangkal
batang sebagai donor (donor parent). F1 dari persilangan ter sebut disilangkan
kembali dengan tetua A yang menghasilkan SBI. Seleksi dilakukan pada SBI untuk memilih
tanaman yang tahan terhadap busuk pangkal batang dan mempunyai sifat umum dari A
yaitu berumur genjah dan daya hasil tinggi. lndividu-individu terpilih disilang
balik lagi dengan A yang menghasilkan generasi SB2. Silang balik dilakukan
beberapa kali sampai diperoleh keturunan yang diharapkan. Kemudian benih dari
tanaman terpilih digalurkan dan dilanjutkan dengan uji daya basil dan uji
ketabanan terbadap busuk pangkal batang. Galurgalur yang terbaik diikutkan pada
uji multilokasi.
Berbagai ahli botani dapat menggunakan penanda genetik, meliputi :
ü Warna ungu lebih rendah, dominan ungu-putih dan putih
(Pal, 1934)
ü Warna bunga merah doian terhadap putih (Khidir, 1973)
ü Daunberbulu dominan (Langham)
ü Benih berwarna dominan untuk sementara , bercabang
dominan untuk non-percabangan, satu kapsul dominan untuk tiga kapsul per ketiak
daun, kapsul bicarpellate dominan atas kapsul tetracarpllate(Nohara, 1933)
ü Corolla terbuka dominan normal (Nohma, 1933)
Faktor
mempengaruh efisiensi
ü Setiap kultivar memerlukan jumlah hari yang berbeda
untuk berbunga.
ü Tanggal berbunga dapat diubah oleh mengekspos kultivar
wijen untuk fotoperioda berbeda. Fotoperiode pendek dapat mempercepat onset
berbunga.
ü Mengurangi jumlah hari untuk berbunga, biasanya
disertai oleh pertumbhan vegetatif yang berkurang.
V.
HIBRIDISASI
ALAMI
Percobaan yang dilakukan di Shafter, California,
menunjukkan bahwa kurang dari 1070 penyerbukan silang alam ketika plot wijen
dikelilingi tanaman lain. Wijen hanya tanaman yang mampu mekar di tengah-tengah
daerah semi kering dengan sedikit vegetasi lain.
Menurut Ali dan Alam (1933),
hama pengunjung yang umum bunga wijen di India adalah Apisflorea (lebah madu),
Andrena verda, Ceralina sexmacuara, and Tricllomeranae poninosa
Tingkat penyerbukan silang kurang kurang dari 2 % dan
tampaknya bahwa ini dihasilkan dari ketidak mampuan lebah peliaraan bertubuh
besar untuk masuk ke bunga wijen yang cukup dalam untuk penyerbuk efektif.
Lebah liar bertubuh kecil akan tampak lebih cocok untuk fungi tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Sesame
atau yang biasa di sebut wijen adalah salah satu minyak tanaman tertua yang di
kelola oleh manusia. Biji Sesame mengandung minyak sebanyak 58% . Meski
harganya mahal, permintaan minyak sesame di industri makanan tetap tinggi sebab
pemakaian minyak sesame menjadikan makan tinggi akan protein dan rendah lemak.
Selain itu minyak sesame juga sering digunakan pada persiapan antioksidant,
kosmetik dan formulasi obat-obatan.
Sesame dapat
tumbuh dengan baik pada lahan atau lingkungan yang terkontrol, sebab ia
bereaksi dengan kuat terhadap gangguan lingkungan. Pertumbuhan terbaik untuk Sesame jika teksture
sedang atau ringan dengan tekanan air dan drainase yang baik. Sedangkan untuk
hasil benih dan perkembangan tanaman, membutuhkan tanah yang memiliki
tingkat kesuburan yang tinggi.
Pada umumnya bunga wijen, membuka pada pagi hari. Sedangkan dalam green house agak menentu, sehingga
emaskulasi dan polinasi dapat dilakukan saat serbuk sari bunga induk tersedia
dan stigma pada tahap yang tepat. Tanaman wijen adalah
tanaman menyerbuk sendiri. Untuk memperbaiki populasi yang ada baik dari
varietas lokal maupun introduksi dapat dilakukan seleksi massa dan seleksi
galur. Metode persilangan dan cara seleksi yang digunakan tergantung pada
tujuan yang akan dicapai dari persilangan. Persilangan wijen umumnya bertujuan
untuk mengatasi gangguan penyakit. Metode yang sering digunakan adalah silang
balik.
Abajoglou, K.
1981. Sesame breeding at the Cotton Research Institute in Greece. Sesame status and improvement. Proc. of Expert
Consultation. 8-12 December 198.0. FAD, Rome, Italy. p.132-133.
Auckland, A.K.
1981. Sesame breeding and selection in East Africa. Sesame status and
improvement. Proc. of Expert Consultation. 8-12 December 1980. FAO, Rome,
Italy. p.129-131.
Loknathan, T.R,
D.P. Patel, V.D. Verma, R.K. Mahajan, Bhagsingh, R.S. Rana. 1993. Catalogue on sesame
(Sesamum indicum L.) germplasm. NBPGR-IBPGR Collaborative Project.
National Bureau of Plant Genetic Resources. New Delhi, India. 111p.
Poespodarsono,
S. 1986. Pemuliaan tanaman I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.181 p.
Rajan, S.S.
1981. Sesame breeding material and methods. Sesame status and improvement.
Proc. of Expert Consultation. 8-12 December 1980. FAD, Rome, Italy.
p.138-140.
Van-Rheenen,
H.A. 1981. Time of crossing and capsule set in sesame (Sesamum indicum L.).
Sesame status and improvement. Proc. of Expert Consultation. 8-12 December
1980. FAD, Rome, Italy. p.151- 153.
Weiss, E.A. 1971.
Castor, sesame, and safflower. Leonard Hill, London. p.311-519.
MAKASIH MAS, KEBENERAN LAGI CARI LITERATUR TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
ReplyDelete